yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis 




Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.

Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.


Spoiler for INDEX:


Spoiler for "You":



Spoiler for MULUSTRASI:


Spoiler for Peraturan:


Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.


Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis


Quote:


Quote:


Quote:

Quote:

Diubah oleh yanagi92055 20-05-2020 06:13
arieaduh
jujur14
al.galauwi
al.galauwi dan 109 lainnya memberi reputasi
102
447.6K
4.3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
yanagi92055Avatar border
TS
yanagi92055
#71
Sekilas Tentang Rocky
Ane hari itu terus merasa dihantui rasa bersalah dan beban yang berat. Tapi senang juga sih, akhirnya cewek idaman para pria jatuh kepelukan ane. Ane merasa bangga. Adi F akhirnya pulang dengan membawa makan malam. Ane dibangunkan olehnya.

“Bangun nyet udah malem nih. Main game sampai ketiduran gitu lo.” katanya santai.

“Eh lo udah balik. Zalina mana ya?” tanya ane masih setengah ngelindur.

“Lah kok nanya gue? Kan tadi sama lo doang dikamar.” Katanya

“Oh iya benar.” Ane berdiri terus langsung menuju kamar.

Sesampainya didepan pintu kamar, ternyata terbuka sedikit. Disitu ane melihat Zalina sedang asyik memainkan jemarinya di HP nya. Lalu ane masuk kedalam kamar tanpa mengetuk dulu. Zalina kagetnya luar biasa, padahal ane juga masuknya pelan nggak ngagetin.

“Kenapa Lin? Kaya kaget banget gitu lihat gue.” Ujar ane.

“Nggak kok nggak apa-apa. Gue mau balik nih ke kostan.” Katanya.

“Yaudah gue antar ya. nanti gue minjam motor si Adi F.”

Zalina mengangguk pelan dan sedikit mengulas senyum untuk ane. Nggak pakai lama, ane langsung cium lagi dia, dan dia membalas dengan lembut. Ini yang paling ane suka deh. Hahaha. Setelah mengambil kunci motor dan ijin sama pemiliknya, ane mengantar pulang Zalina. Dijalan ternyata dia kelaparan dan memang sudah waktunya makan malam. Ane mampir dulu ke warung pecel lele langganan yang mas-mas penjualnya sudah kenal baik dengan ane, karena dulu dia merasa hutang budi sama ane, dia ane bantu ketika terjatuh dari motor dipinggir jalan dan hampir saja kesambar kendaraan lain jika saja ane yang kala itu dibelakangnya berinisiatif kode untuk para pengendara lain memelankan kendaraannya. Ane yang ketika itu sedang naik motor milik Tanto, meminggirkan motor lalu mencoba memberikan bantuan ke Mas Yanto. Dia sangat berterima kasih dan akhirnya setelah chit chatsedikit, ane tahu dia penjual pecel lele disekitaran kampus.

“Makan pecel lele ya Lin, udah lama gue nggak makan disitu.” Kata ane mengusulkan.

“Ayo aja, gue laper banget Ja. Padahal main cuman sekali tapi berasa capek ya. hahaha.” Sahut Zalina.

“Ahaha. Belum biasa aja kayaknya Lin, nanti kalau udah rutin juga staminanya bakal terlatih kali ya.” entah kenapa ane menjawab seperti itu.

“Emang lo mau lagi Ja?” tanya Zalina datar.

“Kalo lo mau, gue nggak keberatan sama sekali.” Kata ane.

“Lo tu kalo jadi cowok tegas kenapa, mau ya mau nggak ya nggak. Jangan malah ngebalikin pertanyaan dong.” Ujar Zalina agak ngegas.

“Iya maaf Lin. Gue juga biasanya gitu kok, cuman kan gue ragu lo mau lagi sama gue atau nggak. Kalau gue, jelas gue mau lah.” Kata ane sok pembelaan.

“Yauda, nanti ke kostan aja lanjutin.” Katanya datar.

“Malam ini juga? Katanya lo cape Lin.” Tanya ane.

“Demi lo gue rela kok ngos-ngosan bareng. hihi.” Jawabnya menggoda.

“Haha. Udah mulai konslet otak lo ya.” sahut ane.

“Iya mabuk rocky kayaknya gue. Perkasa bener Rocky. Gue suka Ja. Hahaha.” Kata Zalina.

“Wah kacrut lo ya. sekarang udah nggak malu-malu lagi ya. udah nggak misterius lagi ya. haha.”

“Terus kalau udah nggak misterius lagi lo udah nggak tertantang lagi dong?”

“Ya nggak gitu lah mikirnya. Sekarang itu yang gue pikirin gimana caranya ngejagain lo dari serangan para predator. Hahaha.”

“Ngapain dijagain, gue bisa jaga diri kok.” Ujar Zalina, seperti tersinggung.

“Ya emang gue nggak boleh jagain lo. Katanya lo minta kita sama-sama.” kata ane membela diri.

“sama-sama bukan berarti lo harus jagain gue terus. Gue mandiri Ja. Nggak manja.” Nada bicaranya mulai agak naik.

“Oke gue nggak mau ribut, gue mau makan. Lo kayaknya laper berat nih, bawaannya emosi, plus konslet otaknya.” Kata ane.

“Kalo otak gue konslet lo nggak mau sama-sama gue lagi emang?” tanya Zalina.

“Hadeeeeh…cewek memang ngebingungin ya, muter-muter aja daritadi begitu.” Jawab ane.

“Jawab!!” bentak dia sambil meremas si rocky yang hanya dilindungi celana dalam dan celana pendek berbahan tipis. Terlalu terasa ketika dipegang.

“Gue bakal terus sama-sama lo kok.” Kata ane seperti membual dengan deretan janji palsu.

“Janji dulu nggak nih?” tanyanya lagi.

“Gue janji, Zalina. Gue janji sama-sama Zalina terus. Puas lo?” tegas ane.

“Hehehe. Gitu dong Ja. Gue bakal sering kangen nih sama lo Ja.” Kata Zalina kemudian.

“Kangen guenya, atau si rockynya?” tanya ane.

“Hhmmm…dua-duanya…hahaha.” Jawabnya lagi sambil ngelus si rocky.

Bahaya, kalo tegang bisa malu ane, tempat umum nih soalnya. Celana tipis gini mah nggak akan bisa nahan laju pertumbuhan elastik si rocky.

“Jangan cari gara-gara Lin, gue ngac*ng, lo mau nanggung malu bareng gue?” sergah ane.

“Ya nggak apa-apa, nanti gue lari duluan, kan lo yang malu disangkain penjahat kelamin, ngumbar tit*t di muka umum.” Sahutnya santai sambil tertawa nakal.

Brengsek. Ini anak benar-benar sudah dirusak pikirannya oleh Anin, pikir ane. Ane harus bikin dia jadi agak normal lagi deh. Jangan benar-benar normal, kalo full normal ane rugi, bisa nggak dapat jatah. Hahaha.

Kami sampai di warung pecel lele setelah perjalanan yang seharusnya sebentar menjadi lebih lama karena ane sengaja pelankan laju motornya. Kami memesan menu yang sama, pecel lele plus tahu tempe. Nggak sampai 5 menit, makanan kami sudah dihidangkan, dan Mas Yanto cengar cengir aja melihat kami berdua. Sial ini mas pecel, genit amat. Zalina makan dengan lahap, bahkan nambah nasi satu lagi. Gila ini anak, makannya banyak. Berarti selama ini dia jaim didepan ane karena kalau makan pasti habis, namun porsinya nggak sebanyak ini, dan nggak pernah nambah.

“Gue baru nyobain nih pecel lele disini. Enak ya. murah lagi. Mana ikannya gede lagi.” Katanya.

“Emang iya Lin, siapa dulu yang milih. Hehehe. Eh iya itu si mas yang jualnya kenal sama gue.” Kata ane.

“Siapa?” tanyanya singkat.

“Itu Mas Pecel.” Jawab ane.

“Siapa nanya?” kata Zalina sambil cekikikan.

Dih, udah bocor rupanya dia. Udah nggak ada jaim-jaimnya lagi sama ane. Dalam hati ane senang dengan perubahan sikapnya, tapi ane tetap takut karena terbayang-bayang banyak pertanyaan.

Sambil menikmati makan, kami ngobrol ringan sampai pada satu pembahasan. Rocky. Dia ingin tahu kenapa dinamakan Rocky.

“Kenapa sih itunya cowok suka dinamain?” tanyanya dengan nada kepo.

“Ssst…elah jangan keras-keras, malu.” Sergah ane.

“Yeh biarin aja, disini juga cewek-cewek pasti pada penasaran, nggak usah pada sok alim deh, dikasih juga demen mereka.” Ujar Zalina lantang dan cukup menarik perhatian. Nadanya sedikit nyolotin.

“Lin, udah. Gue males deh kalo lo kaya orang kesetanan gini. Perkara gini aja pake bawa-bawa sensian lo ke orang-orang sok suci itu. Udah lah.” Ane mencoba menetralkannya.

“Sori Ja, gue soalnya suka kelepasan, kebawa emosi kalau udah nyangkut soal keyakinan gini.” Kata Zalina emosi.

“Ya makanya kalem. Mau gue jelasin nggak nih?” tawar ane.

“Ayo jelasin.”

“Jadi, gue itu penggemar berat WWE, lo tau kan? Kalau di Indonesia populer dengan nama Smack Down!, padahal itu salah satu bagian dari acaranya mereka, satunya lagi acaranya namanya RAW. Semacam sinetron sebenarnya acara gulat ini, ada jalan ceritanya, dan penyelesaian masalahnya itu di ring, gebuk-gebukan, banting-bantingan, piting-pitingan. Gitu deh. Terus ada salah satu karakter favorit gue, namanya The Rock. Sebenarnya ada satu lagi, The Undertaker, tapi gue lebih memilih The Rock sebagai nama “senjata pamungkas” gue ini.”

“Loh The Rock kenapa jadi Rocky?” potongnya, kepo berat dia.

“Ntar dulu makanya jangan dipotong.” Kata ane.

“Oke-oke lanjutin.” Dia mempersilakan.

“Nah The Rock ini punya kharisma luar biasa banget, Lin. Dia bisa ngegerakin penonton dan membius penonton, penonton selalu terpukau kalau dia berada diatas ring. Gimmicknya, tampilannya yang macho, dan utamanya, bacotnya yang bikin dia meraih popularitas tinggi dibandingkan dengan pegulat-pegulat lainnya. Public speech inilah kelebihan utamanya selain otot. Nah para penonton punya semacam chant untuk menyemangati dia kalau lagi tanding di ring, ROCKY!!…ROCKY!!…ROCKY!!…gitu Lin. Dia juga punya julukan The People’s Champ, karena keberhasilan dia dalam memenangkan hati para penonton, baik ketika karakter dia ada di sisi Bad, ataupun Good. Dan sekarang pun dia udah merambah dunia akting di Hollysh*t, eh Hollywood Lin, salah satunya main di Series Fast and Furious yang terkenal itu” Jelas ane.

“Hoo, ya ya ya, gue tau Fast and Furious. Terus, motivasi lo apa ngasih nama itu lo Rocky?” tanyanya makin kepo.

“Ya lo liat bentukannya tadi kan, kekar, besar dan cukup panjang, cukup bikin lo kewalahan tapi ketagihan kan? Haha. Selain itu ya barangkali senjata gue ini bisa menarik lawan jenis untuk mendekat karena kebawa kharisma Rocky alias The Rock ini.” Kata ane.

“Oh lo jadi ada rencana buat nyoba-nyoba sama yang lain? Udah gila lo ya.” ujar dia jadi emosi.

“Yah nggak gitu lah Lin. Gue udah ada lo ngapain ketempat lain. Buktinya dengan nama itu, lo kecantol kan? Hahahah.” Kata ane penuh kemenangan.

“Hahaha iya juga ya.” katanya, batal marah dia.

“Si The Rock ini punya nama asli Dwayne Johnson.” Lanjut ane.

“Lah, Dwayne Johnson mah gue tau. Di series FF dia yang jadi Hobbs kan? Yang botak?” kata Zalina.

“Naaah… benar. Tu lo tahu Lin, mantap kan?”

“Wah kalau dia sih macho banget. Keren. Hahaha.”

“Nah begitulah asal muasalnya kurang lebihnya Lin. Gue ada beberapa DVD WWE yang ada The Rocknya kalo lo mau liat dia gulat dan bukan main film.” Kata ane menawarkan.

“Wah boleh Ja, kapan-kapan ajak gue nonton ya?” balas dia antusias.

“Beres.” Kata ane sambil menyudahi makan, kemudian mencuci tangan.

“Gue bayar dulu ya.” kata ane. Dia mengangguk dan kemudian beranjak dari kursinya untuk cuci tangan.

“Wah, kecengan baru nih.” Mas Yanto menggoda ane.

“Bahaha, teman Mas. Berapa nih? Sama es tehnya dua.”

Mbayare siji wae Mas Ija, hitung-hitung bonus, bawa cewek cantik ke warung saya.” Kata Mas Yanto.

“Seriusan mas nggak apa-apa? Wah matur suwun yo mas, ben rejekine lancar-lancar yo mas. Yowis tak pamit.” Sahut ane.

Monggo, jangan sungkan-sungkan kemari, tapi bawa cewek itu ya. segar lihatnya.” Kata Mas Yanto kegatelan.

“Yaelah mas, ngaca dulu aja. Ahahaha.” Kata ane sambil tertawa. Mas Yanto santai aja diledek begitu sama ane, wong sudah bro broan.

Ane mengantar pulang Zalina ke kostannya. Tadinya mau “mampir dulu” tapi akhirnya batal karena mendadak dia ngantuk berat. Kentang lageeeee. Elaaah. Akhirnya ane pulang dengan tit*t hampa, nggak dikasih makan. Waktu sudah menunjukkan jam 20.30, saat ane pulang ane melihat Anin sedang berjalan sendiri dipinggir jalan raya. Mukanya agak murung.
fakhrie...
erman123
sampeuk
sampeuk dan 25 lainnya memberi reputasi
26