Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

TerlahirJelekAvatar border
TS
TerlahirJelek
Ketika Kapolri Tito Kuliti Habis Disertasi Irjen Boy Rafli Amar
TEMPO.CO, Jakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyodorkan sejumlah pertanyaan menohok saat menjadi tim tamu penguji sidang doktoral Wakil Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Wakalemdiklat) Polri, Inspektur Jendral Boy Rafli Amar, di Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Rabu, 14 Agustus 2019.

Tito mencecar anak buahnya itu dari mulai masalah metode penelitian, fokus penelitian, hingga masalah sistem demokrasi yang dianut Indonesia saat ini. Disertasi Boy itu berjudul Integrasi Manajemen Media Dalam Strategi Humas Polri Sebagai Aktualisasi Promoter.

Menurut Tito, Boy tidak fokus saat menyinggung permasalahan inti dalam penelitiannya itu. Sehingga, fokus penelitian cenderung melebar dan tidak tepat sasaran pada intinya. Padahal, kata dia, perumusan masalah merupakan jantung dari sebuah penelitian.

"Disertasi ini berisi dua hal itu, di samping harus menuruti norma-norma keakademikan yang kedua ada substansi, yakni tema masalah," kata Tito yang juga guru besar kajian terorisme Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). "Setelah saya membaca tidak ada hipotesis dalam tulisan ini."

Menurut Tito, perumusan masalah dalam penelitian akan mempengaruhi bagaimana penulis menentukan referensi kerangka teoritis. Selain itu juga menentukan metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data penelitian.

Namun, Tito menilai masalah penelitian yang diusung Boy terlalu banyak sehingga tidak bisa fokus pada topik penelitian. "Saya menganjurkan problem cukup satu. Di sini problemnya disebutkan dalam fokus penelitian ada empat problem dan ini terlalu banyak sehingga bisa melebar," kata Tito.

Kemudian, Tito pun mengkritik ihwal tidak adanya hipotesis atau jawaban sementara yang masih bersifat praduga terhadap masalah penelitian yang menjadi fokus kajian. "Tidak ada hipotesis dalam tulisan ini," ujar Tito.

Tito pun menilai disertasi yang ditulis mantan Kadiv Humas Mabes Polri itu tidak mampu menghasilkan teori baru. Padahal, kata dia, syarat disertasi itu adalah menemukan teori baru, atau minimal menemukan varian teori yang sudah ada, atau bisa juga membantah teori yang sudah ada sebelumnya.

"Kami lihat di bagian akhir yang muncul adalah saran praktis, tapi tidak ketemu tentang hal yang sangat spesifik untuk seorang doktor. Paper disertasi S3 usianya sudah ada tahap S1 atau S2, yaitu harus sudah menemukan teori baru," ucapnya.

https://nasional.tempo.co/read/12361...mar?page_num=2
Diubah oleh TerlahirJelek 15-08-2019 14:48
chakim
ucupcha
ucupcha dan chakim memberi reputasi
2
3.1K
42
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
driller.killerAvatar border
driller.killer
#14
Quote:


Semoga masuk jajaran kabinet atau staff ahli jokowi sih. Tapi kalo enggak, mending balik ke kampus, jadi guru besar, ngajarin calon2 pemimpin polri biar punya ilmu secanggih beliau gan.
khayalan
khayalan memberi reputasi
1