Ayah, ibu, anakmu akan berlayar, mengarungi samudera, ayah,ibu, doakan bahteraku tak akan karam, menerjang ombak, menuntut ilmu, demi masa depanku yang lebih baik.



Gue berangkat lebih awal dari apartemen, gue mengunakan jalur transtasi umum disana, diperjalan bus, gue seolah tidak terlalu percaya, karena gue akan NAIK KAPAL, impian gue selama ini, gue senang sekali, sesekali gue telfon orang tua, mereka menangis dan gue pun tak tahan melepas nya, dan juga gue menelfon si doi, orang yang sebenarnya gue cintai.

Bus meluncur dengan cepat, karena alhamdulillah, waktu itu jalanan lumayan sepi, sehingga bus gue bisa melaju cepat disana, diperjalanan gue menikmati daratan, yang mana gue akan jarang melihat pemandangan indah daratan kota besar ini, pada waktu yang bersamaan, air mata gue juga menetes, gue gak boleh cengeng, gue pelaut tangguh, ini adalah hal biasa bagi gue kelak, ya, ini adalah kepergian pertama gue.

"Cadet... sudah dijalan"

Ada sms masuk ke hp gue, gue ga tau dari siapa, tapi gue balas saja

"Siap sudah dijalan" Balas gue waktu itu

"Ini nomor saya, second officer, kamu save, kalau ada apa-apa dijalan hubungi saya"

Itu adalah nomor Second Officer gue, dan gue harus menyimpannya, karena siapa tau ada kendala kelak, ya sekalian buat jaga-jaga juga kan,
bus melaju kencang ke terminal dimana pesawat gue kelak, gue turun dengan kaki gemeteran, karena gue akan menjadi seorang DECK CADET nantinya, ya walaupun belum ada tanggung jawab dikapal, gue membiasakan diri dengan tanggung jawab, agar terbiasa kelak mengemban tanggung jawab, di terminal, gue lihat crew sudah standby, kita check-in bersama, gue masih dengan perasaan sedih, mencoba menelfon orang tua, namun tidak ada balasan, mungkin mereka masih kerja.

"Mah.. wahyu mau berangkat ke gorontalo, kalau wahyu ga balas telfon, berarti lagi di pesawat, love you mah"

Sms gue waktu itu ke orang tua gue, pesawat yang kita naiki ini lumayan on time, dan gue pun mempersiapkan diri untuk boarding, diperjalanan ke pesawat gue menikmati udara ini, udara kepergian gue, melepaskan jati diri dan mencoba menemukan jati diri itu kembali, gue merasa telah menjadi pelaut disini, berjalan gagah bak nahkoda yang akan menaiki kapalnya, ya, bagi gue itu gak salah, bermimpi adalah hal yang pasti bagi gue, karena dengan bermimpi gue yakin, Allah akan mengatur segalanya.

"Cadet... umur kamu berapa"

"Siap... 20tahun"

"Kamu belajar yang bener ya dikapal"

"Siap.."

Second Officer gue dengan ramah dan baik memberi sedikit motifasi ketika kami berada di dalam kabin.

Berat meninggalkan kehidupan daratan gue, gue akan bekerja dan belajar dikapal, dan ya, gue harus membiasakan diri dengan yang namanya kepergian, karena dengan kepergian, gue akan selalu menghargai pertemuan.