Quote:
Alarm ponselku berdering, waktu menunjukkan pukul 2 pagi.
Dengan sedikit malas aku segera beranjak dari kasur dan bergegas mengambil air wudhu untuk kemudian menunaikan sholat tahajjud.
Terlihat bapak , ibuk dan mas fadil sudah bersiap dari tadi, yapssss kami sudah terbiasa mengerjakan sholat secara berjama'ah .
"rin cepetan" mas fadil memarahiku yang terlihat terlalu santai saat memakai mukena.
Aku langsung mengenakan mukenaku dengan cepat walau sebenarnya nyawaku belum terkumpul sempurna.
(BTW, bapak tidak memaksaku untuk mengerjakan sholat tahajjud setiap hari, karena baginya aku sudah harus punya kesadaran diri bahwa tidak hanya sholat fardhu saja yang harus dikerjakan tapi juga sholat sunnah yang lebih baik dikerjakan bila sempat).
Selesai sholat karena tidak boleh kembali tidur, aku keluar rumah sebentar sembari menunggu adzan shubuh yang hari ini terasa lebih lambat dari biasanya.
Terlihat ibu - ibu yang silih berganti melewati rumahku untuk berbelanja di rumah bu deris yang sudah dari jam 2 tadi mulai menjajakan dagangannya.
"pengen mangan iwak opo engkok, nduk? (mau makan lauk apa nanti, nduk?) " tanya ibu yang juga akan berbelanja .
“iwak daging ae buk, kepengen rawon (daging sapi aja buk, pingin rawon) " jawabku cengengesan.
Ibu selalu menanyakan apa yang akan dimasak untuk makan padaku, sebab aku ini moody banget dalam hal makan - memakan jadi mau tidak mau keluargaku harus menuruti kemauanku.
Saat sepi tiba - tiba terendus bau di hidungku, sesosok bau yang sangat tidak asing bagiku.
"masih pagi woyyyy" gumamku yang kemudian bau itu hilang secara cepat.
Semilir angin shubuh kini terasa sedikit membuatku merinding, akupun memutuskan untuk masuk kedalam rumah.
Setelah sholat shubuh, aku mengecek notif di ponselku.
Ternyata banyak spam chat dari mbak puput yang dari tadi belum kubaca karena ponselku dalam kondisi di charge.
"rin… kamu nanti jangan kemana - mana dulu ya"
"rin…. Bilangin bapakmu suruh jagain kamu"
"rin… Yaelaaahhhh bales dong"
"eh kamu oke kan?"
"rin, sumpah minta keluargamu buat hati - hati"
"rin…. BalesssssssBalesssssss"
Aku hanya terkekeh saat membaca pesan aneh yang dikirim mbak puput padaku.
"apasih mbak… gajelassss" aku membalas chat dari mbak puput dengan membubuhkan emoticon ngakak sebanyak mungkin.
10 menit kemudian mbak puput membalasnya dengan pesan yang lebih aneh lagi.
"dibilangin kok malah ngatain gajelas sih.. Ntar malem kalo ada yang aneh-aneh jangan salahin aku ya. Aku udah ngandani kamu soalnya"
Kurang lebih seperti itulah balasan chat dari mbak puput.
Aku hanya tersenyum kecut.
Aneh..
Jam di masjid berdentang, suaranya mungkin terdengar sampai desa sebelah.
Diriku sibuk mengerjakan tugas di laptop sejak pagi tadi.
Ibuku tiba - tiba hilang entah kemana saat aku memangggilnya sebab sepertinya ada tamu yang hendak mencari bapak.
Karena aku menyadari jika hanya aku yang sedang berada di dalam rumah, aku terpaksa beranjak dan menemui orang itu.
Terlihat pria yang mungkin sebaya dengan bapak berdiri di depan pagar.
"pak ilyas ada?" ucapnya saat melihatku baru membuka pintu.
Bapak - bapak itu mungkin seorang asn karena beliau memakai seragam yang tidak asing.
"bapak lagi di rumah pakdhe (mbah) , sampeyan ada perlu penting tah? Kalau iya tak panggilkan orangnya dulu" jawabku lalu bertanya sepenting apakah pertemuannya dengan bapakku.
"enggeh nduk, tolong panggilkan ya. Penting banget ini" balas lelaki itu.
"oh kalau gitu silahkan sampeyan masuk dulu, tak panggilin orangnya" aku mempersilahkan pria itu untuk duduk dan beliau memilih untuk duduk di kursi yang ada di teras sembari menunggu ku memanggil bapak.
Aku berlari kecil kerumah mbahku yang jaraknya tidak jauh dari rumahku.
"baapaaakkk…. Ada yang nyariin sampeyan" kataku yang baru masuk pagar.
Bapak yang sedang menggendong sepupuku kemudian memberikannya ke ibuk. Ternyata ibuku ada disini Ya Allah.
"siapa nduk?" tanyanya.
"ya ndak tau, paakkk"
Bapak kemudian pulang kerumah untuj menemui orang itu sedangkan aku memilih untuk bermain dirumah mbah sampai tak terasa sholat jum'at sudah selesai .
Sepertinya orang yang tadi menemui bapakku adalah warga dusun fauna yang membahas tentang pemilihan lurah tahun 2019.
Wajah bapak yang biasanya cerah bersinar setelah pulang dari jum'atan malah terlihat seperti orang yang penuh dengan kekesalan.
"aku ini gak pengen nantinya anak - anak yang bakal kena hal buruk. Musuhnya juga bukan orang biasa" terdengar percakapan bapak dengan paman udin di ruang tamu saat aku baru datang dari rumah mbah.
"lah iya cak, aku sudah bilang kalau sampeyan itu gak mau malah sekarang warga desa fauna ikut - ikutan nyalonin sampeyan" sahut paman udin.
"dulu waktu awal - awal aku jadi mudin itu yo banyak halangannnya, sampai aku pindah pas yuk mu itu hamil zahrin. Wes talah yoooo….. Hmmmmmmm" dari kalimat bapak sepertinya beliau sedang memendam amarah yang teramat sangat.
Aku sangat - sangat faham kenapa bapak menolak untuk diajukan menjadi lurah / kepala desa karena pemilihan lurah di desa itu jauh lebih tidak sehat dibanding pemilihan presiden.
Segala macam cara dilakukan agar bisa menang walau itu cara yang bisa dibilang kotor dan tidak bermoral.
Jam 11 malam……
Aku masih sibuk mengerjakan tugas yang perlahan mulai selesai.
Bapak menungguku di sembari membaca kitab berjanji yang biasanya dibaca saat ishari.
"bapak" kataku.
"hmmmmm" jawabnya sambil terus membaca kitab itu.
"kenapa sih sampeyan akhir - akhir ini jadi sering terlihat nesu (marah)?" tanyaku seolah tidak mengerti dengan keadaan yang sedang terjadi.
"gakpapa" jawab bapak dengan singkat.
"ishhh bapak gak asyik ah, kan aku pengen tau" kataku. "pasti sampeyan nesu gara - gara lurah - lurah itu ya pak." aku berpura - pura menebaknya.
"wes gausah dibahas" jawab bapak yang mulai nesu.
"orang - orang ituloh pak mbok ya dipikir, sampeyan itu mudin. Udah enak loh mereka punya mudin kayak sampeyan malah sekarang nyalonin sampeyan jadi lurah. Aneh banget" aku mulai ngecopros.
"kalau tugasnya sudah selesai cepetan tidur, wes dalu (sudah malam)" balas bapak yang sepertinya tidak tertarik atau lebih tepatnya tidak mau perduli dengan perkataanku tadi.
Aku cemberut, bapak nyebelin padahal kan aku pengen tau.
Tepat jam 12 malam, bapak keluar rumah sembari membawa sapu kerik (sapu lidi) kemudian meletakkannya di depan gerbang.
Sepertinya bapak merasa ada sesuatu yang aneh makannya beliau melakukan itu.
Akupun takut lalu memilih untuk sesegera mungkin menutup laptopku lalu kemudian tidur di kamar dengan menyalakan lampunya.