Kalau biasanya ane hadir membawakan bacaan-bacaan ringan yang cenderung nyeleneh. Kali ini entah kenapa ane lagi mood buat bahas yang creepy. Tapi, creepy-nya bukan hantu-hantuan, melainkan soal pembunuhan yang realpernah terjadi. Gimana ceritanya? Langsung aja ke TKP~
Kasus ini terkenal dengan Kasus “Bocah A” atau “Kobe Child Murders”. Dari julukannya yaitu “Kobe Child Murders“, sudah bisa kita ketahui bahwa lokasi pembunuhan terjadi di kota Kobe, Jepang dan korbannya adalah anak-anak. Lalu siapakah “Bocah A”? Korbankah? Pelakukah? Sabar, kita uraikan ceritanya pelan-pelan.
Pada tahun 1997, Jepang digemparkan dengan sebuah kasus pembunuhan sadis nan keji terhadap 2 orang anak SD (1 perempuan dan 1 laki-laki) di kawasan Kobe. Kasus ini sangat menarik perhatian masyarakat karena bukan hanya korbannya yang masih anak-anak tapi pelakunya pun masih anak di bawah umur. Karena pelaku masih dibawah umur, kepolisian memberi julukan kepadanya sebagai “Bocah A” dan namanya tidak diekspos ke media.
Quote:
Quote:
Kronologis Kejadian
10 Februari 1997 menjadi awal rentetan aksi kekerasan sadis “Bocah A”. Pada tanggal tersebut, “Bocah A” menghantam kepala 2 orang siswi SD dengan sebuah palu karet. Aksinya kali ini tidak sampai menghasilkan korban jiwa. Namun, 1 orang siswi mengalami luka berat. Tak terima dengan kondisi putrinya, ayah korban kemudian melapor ke sekolah SMP terdekat dan meminta pihak sekolah menunjukkan semua foto siswanya.
Sepertinya si ayah ini mengenal wajah pelakunya sedikit dan tau bahwa pelaku sekolah di SMP tersebut. Ia meminta pihak sekolah menengah itu untuk menunjukkan semua foto siswa agar ia dapat menemukan pelakunya. Namun, pihak sekolah SMP yang didatangi si ayah menolak permintaan tersebut karena menghargai undang-undang perlindungan anak di Jepang kala itu.
Aksi “Bocah A” berlanjut. Pada tanggal 16 Maret 1997, pelaku berpura-pura menanyakan letak tempat mencuci tangan pada siswi kelas 4 SD. Sang siswi tanpa rasa curiga kemudian memandu pelaku sampai ke tujuan. Saat itulah pelaku memanfaatkan situasi yang sepi dengan menghantam bagian kepala korban dengan palu. Korban sempat dilarikan ke rumah sakit, namun karena cedera berat, nyawanya tidak terselamatkan.
Belum selesai loh, pada tanggal yang sama, pelaku juga melakukan aksi penusukan dengan pisau terhadap seorang siswi kelas 3 SD lainnya. Korban mengalami luka cukup parah karena pisau tersebut berhasil mengoyak lambungnya hingga tembus ke punggung. Meskipun begitu, korban yang satu ini masih selamat.
Jadi, pada 16 Maret 1997, Bocah A telah membunuh 1 orang.
Setelah aksinya di tanggal 16 Maret, pada 24 Mei 1997 muncul keinginan pelaku untuk membunuh seseorang (lagi). Pelaku kemudian mendekati seorang anak laki-laki kelas 5 SD dan membujuk anak tersebut agar mau ikut ke rumahnya. Korban yang menyukai kura-kura akhirnya tergiur untuk menuruti ajakan si pelaku yang mengaku memiliki kura-kura di rumahnya. Tapi, bukannya diajak melihat kura-kura, pelaku justru membawanya ke sebuah bukit sepi dan melancarkan aksinya di sana.
Pelaku mencekik korban hingga kehilangan nyawa dan menyembunyikan mayatnya di sebuah gudang tua yang ada di sekitar bukit tersebut. Pelaku berhasil merusak kunci gudang dengan sebuah gergaji yang ia temukan di sekitar gudang. Setelah kunci gudang berhasil dibuka, ia pun meninggalkan mayat anak tersebut di sana.
Sampai sini, Bocah A sudah membunuh 2 orang
Malam harinya, pelaku teringat akan korban dan gergaji yang ia sembunyikan di gudang tua itu. Tiba-tiba muncul keinginannya untuk memotong leher korban dengan gergaji itu. Keinginannya muncul karena selama ini ternyata ia sering memotong leher binatang dengan pisau dan penasaran apakah sensasinya akan sama ketika ia memotong leher manusia. Pelaku menuntaskan keinginan tersebut keesokan paginya, sementara keluarga korban melaporkan kehilangan anak pada malam itu juga.
Well, sebenarnya banyak hal keji di luar nalar manusia waras yang dilakukan oleh si pelaku pada saat memotong kepala korban. Jadi ane skip aja bagian itu ya (demi kenyamanan pembaca yang tidak terbiasa dengan adegan gore). Kita lanjutkan ke aksi bocah A selanjutnya ya~
Spoiler for Yang Gak Suka Gore JANGAN BACA!:
Oke, karena banyak yang nagih apa yang terjadi sebenarnya, ane bikinin nih spoilernya buat para pecinta gore. So, enjoy~
Jadi gini gan, saat si pelaku memutuskan memenggal kepala korban, mata mayat korbannya ini dalam posisi membelalak (alias terbuka lebar). Polisi pun kepo nanya perasaan pelaku saat itu, maksudnya apakah si pelaku ada perasaan gak nyaman gitu loh pas ngeliat mata korbannya masih terbuka? Dan dijawab dengan entengnya oleh pelaku "Kenapa harus takut? Dia kan hasil karyaku." Jawaban yang jelas TIDAK WARAS!
Belum selesai, pelaku juga mengaku menusuk dan mengoyak kedua mata korban dengan pisau setelah proses penggal kepala itu. Udah cukup sadis dan gila? Hoho, tidak secepat itu ferguso! Masih ada hal gila lainnya yang dilakukan si pelaku. Dia ini sempat pula meminum darah korbannya dengan alasan "Aku ini manusia kotor, maka aku harus minum darah dari anak yang masih murni ini." Eeerrgh... ane heran kenapa kalian pengen tau yang beginian.
Oh iya, ada fakta yang kemaren juga ane tutupin takut ada yang gak nyaman. Jadi, pelaku selain mengalami kelainan psikologi, dia juga positif mengidap kelainan seksual. Pasalnya, saat interogasi, pelaku juga mengakui bahwa dia terpuaskan hasrat (seksual)nya saat membunuh korbannya. Pada kasus Bocah A, keinginan membunuh dan keinginan melampiaskan nafsunya tidak terpisahkan seperti orang lain. Gampangnya sih gini, kalo remaja kan biasanya mulai muncul tanda pubertas, nah makin si Bocah A puber, keinginan membunuhnya juga makin besar.
Tanggal 27 Mei 1997, pelaku yang tahu bahwa polisi sedang melakukan pencarian terhadap korbannya mulai bingung menyembunyikan penggalan kepala korban (yang saat itu dia bawa ke rumah). Untuk menjauhkan bukti dari dirinya, si pelaku kemudian memutuskan meletakkan penggalan kepala yang sudah membiru itu di gerbang sekolahnya sendiri. Penggalan kepala tersebut kemudian ditemukan oleh seorang petugas kebersihan dengan mulut tersumpal kertas yang ternyata adalah surat dari si pelaku.
Quote:
Isi suratnya begini:
“Permainan sudah dimulai.
Polisi-polisi bodoh, coba hentikan aku.
Bagiku, membunuh itu menyenangkan!
Aku ingin melihat maut sampai rasanya tidak tertahankan.
Hukuman mati buat “sayuran kotor”.
Pertumpahan darah untuk kegetiranku yang berkepanjangan.”
SCHOOL KILLER
Sakakibara, Pembunuh di Sekolah
Sampai di sini, “Bocah A” punya julukan baru yaitu “Sakakibara”. Tentunya itu juga nama samaran, bukan nama sebenarnya. Publik dan media massa pun mulai gempar. Saking paniknya, sebuah media massa sempat salah menyebut namanya sebagai “Onibara” dan ternyata kesalahan tersebut membuat si pelaku marah besar.
Pelaku yang marah kemudian mengirimkan sebuah surat kepada media tersebut dan isinya berupa terror serta ancaman bahwa ia akan membunuh 3 orang lainnya dalam waktu 1 minggu.
Spoiler for Surat Tulisan Tangan Pelaku:
(Surat yang disumpal ke mulut korban dan surat yang dikirim ke media massa)
Pada akhirnya, si pelaku berhasil ditangkap pada 28 Juni 1997 dan mengakui semua kejahatannya (termasuk melukai siswi SD di awal rentetan aksinya). Kasus ini sangat memorablebagi masyarakat Jepang karena kasus ini membuat pemerintah Jepang kala itu mengubah undang-undang perlindungan anak dan menurunkan usia anak-anak dari 16 tahun menjadi 14 tahun agar si Bocah A ini bisa diadili. Meskipun demikian, pada Maret 2004 Bocah A dibebaskan bersyarat dan bebas sepenuhnya pada Januari 2005. Tentu saja kebebasannya ini menimbulkan kecemasan. Masyarakat takut ia akan mengulang aksi kejahatannya lagi.
Spoiler for Foto Sakakibara Seito (Pelaku):
Gak hanya kebebasannya yang kontroversial. Pasca kebebasannya, pelaku tidak henti membuat kontrovesi di masyarakat. Dengan apa? Jadi pada tahun 2015, ia membuat sebuah buku memoir berjudul Zekka. Buku tersebut berisi penyesalan dan kenangannya saat melakukan aksi kejahatannya di masa lalu serta berisi kondisi psikologinya yang ternyata mengalami suatu “disorder”.(Disorder-nya cukup menarik, mungkin akan ane bahas di thread lainnya, ane riset dulu haha).
FYI, buku itu jadi best sellerloh gan. Pro dan kontra terhadap penjualan buku ini pun tak kalah jadi topik hangat. Pasalnya menurut beberapa ahli psikologi, hal ini dapat melukai dan membangkitkan trauma keluarga korban. Namun Bocah A yang saat itu menggunakan nama “Sakakibara Seito” mengatakan bahwa uang hasil penjualan bukunya akan ia gunakan untuk keluarga korban sebagai bentuk penyesalannya. Hmm… menurut gansis gimana?
Spoiler for Buku Memoir Pelaku, Zekka:
Gak sampai di situ. Pelaku bikin onar lagi dengan membuat sebuah website yang katanya akan berisi serba-serbi soal dirinya. Memang awalnya berisi profile Sakakibara, namun kemudian website tersebut menampilkan beberapa foto lelaki tanpa busana yang cukup disturbing. Karena isinya gak layak disimak publik, maka website tersebut akhirnya ditutup. (Psst, fotonya masih ada loh kalo gansis mau cari.) Ane gak akan tampilkan di sini dengan alasan kenyamanan pembaca (hehe, biar pada kepo).
Nah itu dia kisah “Kobe Child Murders” atau kasus “Bocah A”. Gimana menurut gansis? Ane sih cuma bisa geleng-geleng kepala waktu baca kelakukan sadisnya. Di samping itu, ane tertarik sama kondisi psikologi pelaku lebih mendalam (meskipun ane bukan ahli psikologis, hehe). Oh iya, info tambahan nih. Saat ini pelaku berstatus bebas, masih hidup dan berusia pertengahan 30 tahunan. Hati-hati loh, siapa tau kalian pernah papasan waktu main ke Jepang. Hiiiy~
Original Posted By Prazcoro►ane udah baca artikel nya si "Girl A" di website Jepang yg berbahasa inggris, kalo si "Girl A" ini lebih bermotif pembunuhannya, karena dia dibully oleh korban. Dan selisih tahun kejadiannya dari "Boy A" juga lumayan jauh
Iya betul, syukur deh kalo udah baca.
Ane gak ada waktu nulis
Dia korban bully, ditambah lagi bacaan sama tontonannya mengarah ke pembunuhan" gitu. Bagian ngerinya sih pad dia update blog abis ngelakuin pembunuhannya