anak86comeAvatar border
TS
anak86come
INTERVIEW WITH "TERAPIS"
[img]Downloads[/img]

Akhirnya Gue buat lagi nih cerita-cerita pendek yang sudah lama tidak terungkap dan ter-post, mudah-mudahan banyak yang minat membaca.

emoticon-Sundul

PROLOG


Karena diajak seorang sahabat membuat Gue pun terjerumus rasa "penasaran", apa sih enaknya, apa sih nikmatnya, apa sih faedah-nya, harus berapa duit yang harus Gue habiskan. Namun karena si Anis... ya si Anis yang merubah suasana di batin Gue, entah mungkin karena Gue sudah "bosan" sama cewek Gue atau emang Gue mulai "doyan" hal ini. Aneh.

Mendengar cerita, curhat, dan keluh kesahnya Anis gue cuma manggut-manggut tanda setuju dan kekaguman gue atas jerih payahnya Anis menjadi terapis. Gue sangat bersyukur terlahir dari keluarga yang meski tidak kaya raya namun cukup, tidak kurang dan tidak lebih meski semua hal harus di irit-irit. Berbanding terbalik dengan kondisi Anis yang terlahir dari keluarga yang bisa dibilang masih dibawah kondisi keluarga gue. Miris teramat miris.


Apakah hubungan Gue dengan Nisa cewek Gue akan berjalan mulus atau banyak hambatan ke depannya, siapakah Anis ini, orang yang bisa membuat perubahan "pemikiran" buat Gue.

emoticon-Shakehand2

INDEX
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7 Jilid I
PART 7 Jilid II
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
Diubah oleh anak86come 29-07-2019 06:31
lsenseyel
redrices
j4k4pntura
j4k4pntura dan 14 lainnya memberi reputasi
15
106.3K
302
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
anak86comeAvatar border
TS
anak86come
#260
PART 21


Hari Sabtu pun tiba, hari ini Gue dan adik Gue Lelis sudah janjian dengan orang yang amat berniat membeli rumah orang tua Gue, harganya mau tanpa nego. Dalam hati mungkin Gue berpikir “apakah harga yang ditawarkan terlalu murah ya”, tapi Gue kesampingkan itu karena secara harga pasar di lingkungan sekitar memang segitu.

“Bim… elo bener mau jual nih tanah?” tanya pak RT sueb menimpali Gue yang sedang memanaskan motor

“iya pak RT benar kok” jawab Gue

“waduh… Gue ditinggal elo pada pada donk, tapi inget ya gak usah pindah KTP juga ya, kan gue udah tau elo pada, gue paham dah kalau elo mau minta dibikinin surat pengantar” ucap pak RT semangat

“siap pak RT, entar kalau ada rencana pindah alamat juga bakal kabarin pak RT” jawab Gue

Memang lingkungan di tempat Gue tinggal ini nyaman sekali, semuanya dianggap keluarga, wajar karena mereka termasuk orang tua Gue yang mengembangkan lingkungan ini, tidak kumuh, tidak elit juga, namun nyaman karena semua letak rumah teratur.

“ayo jalan, lumayan jauh loh tempat ketemunya” sahut Lelis

“lah di Blok M kan janjiannya?” tanya Gue

“iya, tapi kan biar Lelis sekalian lihat-lihat barang yang mau bagus, siapa tahu cocok” jawab Lelis

“yah… ini bocah mau belanja” kata Gue dalam hati

. . . .


Akhirnya kita berdua bertemu dengan orang yang berniat beli rumah kita. Penampakannya sih dari luar seperti orang baik-baik (ya eyalah…) dia dateng bersama perempuan dan menurut gw sih seperti istrinya. Kami pun berjabat tangan dan berkenalan, nama dia adalah Joni Indrawan biasa dipanggil Joni, sedangkan istrinya bernama Jasmine biasa dipanggil Minten, eh gak deh becanda gw hehehehe ya tetap dipanggil Jasmine lah…

Joni dan Jasmine ini bila memanggil antar mereka dengan sebutan “sayang”, romantis sekali pokoknya. Jadi teringat dengan almarhum mokap dan nyokap Gue, sehidup semati penuh cinta diantara mereka berdua.

Alhasil setelah bernegosiasi, akhirnya kami berdua pun menyetujui harga akhir yang disepakati pula oleh Joni dan istrinya. Kami pun bersalaman sebagai tanda jadi yang dilanjutkan pertemuan di esok hari bertempat di salah satu Bank nasional beserta penandatanganan dokumen jual beli dihadapan notaris.

Gue dan Lelis pun cukup lama memandang gubuk tempat kami sesaat setelah mengantar Joni dan Jasmine ke mobilnya. Sekelebat bayangan-bayangan Gue dimasa kecil mulai bermunculan dan tak lama kedua mata Gue pun mulai basah berlinang air mata. Kalau bukan karena wasita dari Enyak yang mengharuskan Gue menjual rumah warisan ini mungkin tidak akan Gue jual. Lelis pun sudah mulai terisak-isak menahan kesedihan yang termat dalam ini.

. . . . . .


Gue melihat-lihat beberapa jenis cincin di etalase toka emas, agakk bingung saat memilih karena sejujurnya Gue tidak begitu ahli dalam memahami perhiasan. Karena yang Gue tahu adalah perhiasan itu akan selalu berkilau dan berharga.

“yang… cepet pilih yang mana yang cocok” ucap Amel

“kamu mau yang mana? Kan ini juga bakalan jadi milik kamu” jawab Gue

Setelah berjalan 2 tahun hubungan Gue dengan Amel sudah berjalan ke arah yang lebih serius. Gue sudah beriubah menjadi lebih dewasa, lebih bertanggung jawab saat menjalani hubungan. Tanpa sengaja Gue bertemu Amel disebuah café saat Gue sedang mengerjakan design logo salah satu perusahaan. Awalnya karena Amel tidak dapat meja dan kursi karena kondisi café yang sedang ramai dia pun memberanikan diri untuk meminta izin duduk untuk menikmati roti dan kopinya ditempat Gue kerja.

“maaf mas, boleh saya duduk disini? Sebentar saja” izin Amel ke Gue waktu itu

“ya… silahkan mbak” jawab Gue yang kemudian langsung fokus kembali ke laptop

Semenjak itu Gue pun kenal dan makin intens sampai Gue memberanikan diri berkenalan dengan keluargaya, keluarga besarnya dan akhirnya melamarnya. Syukurnya Gue mendapat perhatian yang baik dari keluarga besarnya. Adik Gue si Lelis pun sangat setuju dengan tujuan Gue ini dan amat mendukung penuh.

“say… yang ini aja deh, kayaknya bagus” ucap Amel yang meyadarkan Gue dari lamunan panjang

“oh..eh… iya.. bagus” jawab Gue dan memaksa untuk mengerti sisi bagus menurut Amel

“mbak, coba lihat yang ini donk?” minta Amel ke karyawan toko emas

Dan Gue pun cuma bisa melirik-lirik, tengak-tengok sekeliling toko emas ini dan tiba-tiba Gue amat terkejut dan memicingkan mata kepada sosok yang tidak asing menurut Gue, tetapi Gue kurang yakin karena sedikit banyak sudah berubah dalam segi penampilan. Antara yakin dan tidak Gue pun mencoba mendekat dan benar itu adalah . . . . .

“anis…?” tanya Gue

“kamu…?” balik bertanya

“ya… aku” jawab Gue

Anis berubah drastic, lebih cantik, lebih semok, lebih cetar, lebih berkarisma, lebih menunjukkan seorang “woman-nya”.

“edan…” batin Gue

“my dear… sudah belum? Ayo kita makan siang dulu?” ucap seorang pria dengan suara yang dalam dan berperawakan seperti “sugar dady” disebelah kanan Gue

Anis pun menganggukkan tanda setuju, dan sejurus kemudian dia melengos pergi tanpa melanjutkan perbincangan dengan Gue.

“woowww….” Batin Gue berucap

Sudah berubah banyak perempuan yang dahulu “seperti itu” menjadi “seperti ini”, luar biasa dari pertemuan yang tidak biasa ini. Tetapi untungnya Gue sudah terlepas dari jeratan-jeratan seperti itu, andaikan Gue masih mempunyai pemikiran yang dahulu mungkin hingga saat ini Gue tidak akan berubah menjadi lebih baik.

“sayang… ambil yang ini aja ya?” tanya Amel ke Gue

“oke ambil yang ini aja” jawab Gue

Hidup memang dapat masa depan yang lebih maju secara positif atau bisa juga maju namun dalam artian negative. Setidak-tidaknya hal ini bisa menjadi pecutan ke diri Gue sendiri untuk menjadi manusia yang lebih baik.

=== end===

DigaMylife
sormin180
joyanwoto
joyanwoto dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Tutup