Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mamaproduktifAvatar border
TS
mamaproduktif
RASA YANG TERTINGGAL
Kisah Nyata Yang Dirangkum Menjadi Cerita Pendek

Quote:


Hai agan and sista kaskuser dimanapun kalian berada?
Apa kabarnya puasa hari ini?
Masih semangat?
Terimakasih sebelumnya untuk agan and sis yang telah mampir dimari.

Kali ini ane mau berbeda dari sebelumnya, thread kisah nyata yang ane rangkum dalam kisah cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi maupun curhat teman-teman ke ane Gan Sis.

Happy Reading...

Quote:

Rasa Yang Tertinggal


Lala adalah wanita yang sangat dicintai Bayu. Lala dan Bayu memutuskan untuk tidak lagi bersama dikarenakan sudah tidak ada lagi kecocokan diantara keduanya. Keduanya saling egois dan merasa paling benar sendiri.

Hingga akhirnya Lala telah menikah dengan laki-laki yang hadir disaat ia seperti terdampar pada lembah putus cinta, lalu hampir seluruh tubuh terhujam duri-duri bunga rasa. Setiap memikirkannya, bukan hanya hati yang sakit. Luka dari hujaman duri-duri itu mengkoyak seluruh tubuhnya. Menyerah untuk Bayu dan memulai merajut rasa dengan Anton.

Lala mengambil gawai untuk melihat pesan masuk hingga akhirnya ia berselancar di media sosial. Ketika media sosial bisa menghubungkan yang jauh menjadi dekat Lala tak sengaja melihat akun media sosial Bayu ada postingan foto pernikahan Bayu berserta istri dan keluarganya, sesak terasa di dada nya pikiran menerawang jauh sampai hati gundah gulana dibuatnya.

Praaaaang!

Terdengar suara pecah gelas di lantai. Lala tak sengaja menyenggol gelas itu di meja. Tak lama Lala langsung mengambil sapu dan pengki untuk mengumpulkan pecahan gelas yang berserakan.

Lala teringat akan kejadian lima tahun lalu yang masih membuatnya ingin bercucuran air mata menyimbahi hati yang kering kerontang lantaran panas dalam dada tidak terkendali.

"Bay, kita nikah yuk," kata Lala sambil memegang tangan dan menatap mata bening dan hitam bulat nya Bayu

"Emang harus secepat itu yah La?" Bayu menukas dengan cepat.

"Bukannya kita pacaran tujuan akhirnya ingin menikah?"

"Ya Iyah sih, tapi aku ..." Bayu berpikir keras hendak mengeluarkan alasan apa lagi agar diterima oleh Lala.

"Belum siap?" tanya Lala dengan nada tinggi serta dengan pandangan geramnya.

"Jujur ... aku belum siap La, aku ngerasa kita belum mapan untuk masuk ke jenjang hidup baru yang suci. Nanti anak kita mau makan apa? batu? Tanah?" Bayu menjelaskan begitu yakin sambil memegang tangan Lala untuk meyakinkan.

"Jadi kamu tidak ingin berusaha? Kamu tidak ingin kita sampai di relationship goal?" tanya Lala penasaran sambil ia mencoba bernapas tenang padahal merangsek menggumpal dalam dada, bahkan kata perih tidak cukup menjelaskannya.

Sebelum Bayu menjawab, Lala menyambar kembali Bayu dengan pertanyaan bertubi-tubi.

"Bukankah nikah itu ibadah? Bukankah menikah menyempurnakan setengah agama? Bukankah menikah akan membuka pintu-pintu langit rezeki? Bukankah menikah adalah solusi bagi orang-orang yang dimabuk cinta?"

Lala mengambil napas.

"Ya sudah aku memberimu dua pilihan. Menikah atau kita putus." ucap Lala tegas dengan berharap Bayu akan berkata sesuai apa yang diinginkan hatinya.

"Aku tidak bisa jawab La.. please beri aku waktu dua atau tiga tahun lagi"

"Maaf Bayu aku bukan barang seperti motor atau mobil dengan cicilan yang harus dilunasi dua atau tiga tahun lagi, aku rasa hubungan kita cukup sampai disini"

"La ... kamu serius? La ... please kasih waktu ...." Bayu memohon.

Lala pergi dengan hentakkan kaki berjalan cepat agar tidak sampai tersusul oleh Bayu yang mengejarnya di belakang sampai akhirnya Lala melihat ada taksi dan memberhentikannya.

Lala terus saja mengeluarkan buliran bening hingga membasahi pipinya.

"Ya Allah kuatkan hatiku, ikhlaskan aku menerima keputusan ini, berikan aku jodoh yang terbaik," gumam Lala lirih dalam hatin.

Tak terasa air mata pun jatuh lagi membasahi pipi saat Lala teringat akan peristiwa itu.

Gawai pun berbunyi ada panggilan masuk dari Anton, Lala langsung mengusap air matanya dan mengangkat telepon.

"Sayang lagi apa? Mau dibawain makanan apa?" Suami Lala bertanya di seberang telepon dengan nada ceria.

***Tamat***

Jangan lupa kasih cendol, komentar dan ratenya atau jika suka boleh di share di media sosial yang lain.
Terimakasih telah membaca.
Semoga Menghibur.

Sumber Gambar


Quote:
Diubah oleh mamaproduktif 12-12-2019 17:02
delia.adel
evywahyuni
IztaLorie
IztaLorie dan 3 lainnya memberi reputasi
4
2.8K
56
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
mamaproduktifAvatar border
TS
mamaproduktif
#35
Spoiler for foto:


Cincin Itu...


Tepat senja menyapa di sore hari, Rido sedang termenung sendiri berdiri di depan jendela melihat indahnya pemandangan di luar, jalanan mulai ramai kembali, orang berlalu lalang pulang kerja. Tak seperti senja tahun lalu saat di waktu, jam dan hari yang sama.

Rido pergi jalan-jalan sore bersama Ningsih mengendarai motor menyusuri jalanan ibu kota sambil ngobrol asyik berduaan.

Aneh rasanya, Ningsih tiba-tiba saja diam, dan terus memeluk erat dari belakang.

Ya, pantas saja, Rido dan Ningsih baru tiga bulan menikah. Sedang hangat, lekat dan mesra.

Tak lama setelah sampai di rumah kontarakkan Rido sekitar tiga petak itu yang terdiri dari kamar mandi, ruang tengah yang digunakan sebagai tempat tidur bersama Ningsih, dapur untuk memasak dan ruang depan digunakan untuk ruang tamu sekaligus menonton televisi berduaan.

Tiba-tiba Ningsih jatuh tersungkur tak berdaya, seperti sedang komat kamit menggerakkan mulut tak sempat terdengar. Rido hanya mendengar cin... cincin....

Rido berteriak sampai semua orang berlarian ke arah rumah kontrakkan yang sempit itu.
"Mas Rido... Ningsih kenapa, Mas?" Semua orang bertanya dengan muka penasaran.

Rido adalah suami Ningsih. Wanita yang dia nikahi dari kalangan keluarga berada, terhormat juga terpelajar, tetapi Ningsih rela meninggalkan semua kemewahan yang ia miliki hanya untuk Rido.

Rido adalah laki-laki yang telah membuatnya berubah dari wanita yang sering ikutan balapan motor liar menjadi wanita yang lebih sering di rumah, yang sering datang ke klub malam menjadi ke tempat pengajian, membuka usaha kecil-kecilan dengan jualan gorengan seribuan dan nasi pecel khas madiun seharga tujuh ribuan. Indah bukan?

Rido menangis tak karuan. Ia panik dan tak bisa terkendali. Tetangganya bilang Ningsih telah tiada, tubuhnya sudah mulai kaku dan membiru.

Seolah langit ikut berduka, hujan deras mengguyur bumi tiba-tiba setelah senja terang itu. Seakan memberi isyarat bahwa tak hanya Rido yang menangisi kepergian Ningsih.

***

Setelah acara pemakaman selesai. Rido teringat akan ucapan Ningsih tentang cincin. Apa maksudnya?

Rido mengacak-acak lemari, meja, laci, dapur bahkan kamar mandi. Ia tidak menemukan cincin pernikahan Ningsih.
Ya, cincin Ningsih hilang. Saat Rido memandikan mayat Ningsih tak ada cincin di jemari manisnya.

***

'Mas Rido... jangan bersedih, aku sudah tenang disini, kemarin ayah jemput aku untuk ikut tinggal bersamanya di tempat yang indah....'


"Ningsiiiih... Ningsiiiihhh jangan tinggalkan akuuuu." Teriakan Rido karena mimpi bertemu Ningsih membangunkan ibunya.

Ibunya lari tergopoh-gopoh dan langsung masuk kamar Rido tanpa mengetuk pintu, karena pintu kamar Rido tidak pernah dikunci semenjak Ningsih pergi meninggalkannya.

"Nak... Ada apa Nak?" Tanya Ibunya dengan penuh penasaran.

"Rido ketemu Ningsih dalam mimpi Bu, Rido kangen Ningsih." Rido menangis seraya memeluk ibunya yang memecahkan di keheningan malam saat itu.

"Sudahlah nak... itu hanya alam bawah sadarmu saja sedang kangen dengan Ningsih. Ningsih pun sudah tenang di alam sana. Mungkin Ningsih ingin kamu lebih banyak mengirim doa untuknya."

"Sana pergi ambil air wudhu dan tunaikan shalat tahajud." Ibu menasehatinya agar Rido kembali tenang.

***

Ibu sedang memasak didapur untuk membuatkan Rido sarapan. Semenjak Ningsih meninggal Rido kembali tinggal bersama ibunya.

Gawai ibunya terus saja berdering. Saat Rido melihatnya ada panggilan masuk di layar dari mama mertua.

Rido sudah lama tak saling bertukar kabar dengan mama setelah kepergian anaknya yang berhidung mancung, rambut ikal sebahu, juga mata indah yang kecoklatan itu dipanggil sang ilahi.
Rido berpikir tak ada salahnya dia angkat telepon.

Belum sempat Rido mengucapkan salam terlebih dahulu. Diseberang sana mama mertua telah marah-marah dan bernada tinggi.

"Hey... wanita jalang tak tau diuntung kau, hah?"
"Mana cincin Ningsih?"
"Kenapa kau belum juga berikan padaku?"
"Bagaimana bisa aku akan memberikan lima puluh persen warisan suamiku, jika cincin yang menjadi kuncinya saja tak kau berikan padaku."
"Jika kau masih belum memberikan cincin itu padaku hari ini, maka rahasiamu akan aku bongkar pada Rido, bahwa Rido adalah anak buangan seorang pramuria yang kau pungut dari tong sampah dekat masjid yang tak jauh dari rumah bututmu"
"Kau jualah yang telah meracuni Ningsih dengan segelas air teh manis hangat saat kau bertandang ke kontrakkannya Rido."

Bagaikan disambar petir di siang bolong, rasa sesak memenuhi dadanya, Tak terasa buliran dimata Rido terus saja mengalir, ia tak percaya hal yang terjadi pada dirinya. Sakit sungguh sakit yang tak bisa berdarah dan berkesudahan.

Ibunya Rido sudah mematung depan pintu ruang makan. Ia mendengar seluruh percakapan telepon antara Rido dan Mira mama mertuanya karena Rido loudspeaker panggilan teleponnya.

Ibunya Rido tersungkur ke bawah dan meminta maaf pada Rido. Reaksi Rido sangat diluar dugaaan ia malah tertawa senang. Lalu menangis terus tertawa kembali.

Wanita yang telah meracuni Ningsih tidak lain adalah Ibunya Rido. Ibu yang sudah Ningsih anggap sebagai Ibu kandungnya sendiri. Terpaksa ia lakukan untuk mendapatkan harta yang dijanjikan Ibunya Ningsih kepadanya dan untuk menutupi semua rahasia besar yang disembunyikan pada Rido.

Cincin yang dipakai Ningsih adalah pemberian Ayah Ningsih tiga hari sebelum meninggal. Cincin itu merupakan kunci lemari harta warisan sang ayah.

"Ibu... kenapa kau setega itu?Apa salah Ningsih terhadapmu Ibu? Hanya demi harta yang tak seberapa. Kau tega menghilangkan nyawa istriku. Wanita yang kau bunuh itu istriku, Bu!"pekik Rido.

Rido seakan tak percaya hal itu, hatinya sangat terluka bahwa istrinya harus meninggal sia-sia di tangan ibu yang ternyata hanya sebagai ibu angkat yang serakah.

-end-
Diubah oleh mamaproduktif 05-08-2019 05:57
Rapunzel.icious
adnanami
iissuwandi
iissuwandi dan 5 lainnya memberi reputasi
6