Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

duro06Avatar border
TS
duro06
Jangan Salahkan Cinta

السلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
setelah sekian lama menimbang, menelaah dan kemudian memutuskan (kek bikin apa aje ane yee.. emoticon-Hammer (S)) akhirnya ane berani membuat trit pertama ane.
Berhubung (yang dihubung hubungkan dengan hubungan yang ada emoticon-Hammer (S)) ane newbi yang baru belajar nulis. dimohon dengan sangat jika ada hal-hal yang berkaitan dengan kejelekan tulisan ane, sudilah kiranya sesepuh sekalian berkenan memberikan saran kritik dan masukan. ( njiiir bosoq  
 

Spoiler for disclaimer:


Spoiler for Rules:


Spoiler for sepatah kata:


Diubah oleh duro06 24-05-2019 22:14
yugi17
sunshii32
anton2019827
anton2019827 dan 25 lainnya memberi reputasi
26
17.5K
199
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
duro06Avatar border
TS
duro06
#156
Part 16

Sepeninggal Doni, Andra memperhatikan Muslimah masih menitikkan airmata. Dia bergegas menuju mobilnya. Muslimah yang melihat Andra pergi kecewa. Dia kira Andra akan menghibur nya atau bagaimana. Namun ternyata Andra pergi begitu saja. Dia berpikiran kemana Andra yang kemarin menyediakan bahu sebagai tempat dia mengeluarkan air mata? Pikiran negatif ini sama sekali tidak bisa dibendung oleh Muslimah. Dia benar-benar membutuhkan seseorang untuk sekedar menumpahkan airmata. Semula dia tidak begitu merasa sedih, namun ketika Andra juga pergi, entah mengapa kesedihan itu muncul, dan terasa sangat kuat menyergap hatinya. Ingin rasanya Muslimah berteriak. Mengapa ini terjadi kepada nya ketika dia sedang membutuhkan seseorang. Mengapa orang yang dia harapkan untuk berada di sisinya pergi? Itu yang ada di pikiran Muslimah waktu itu. Selang beberapa menit berlalu Andra kembali datang. Membawa sebotol air minum.

“Ini diminum dulu Im. Barangkali setelah minum kamu bisa sedikit lebih tenang” Rupanya Andra pergi untuk mengambilkan Muslimah minum. Andra melihat Muslimah ragu untuk meminum nya.

“Tenang saja, ga tak jampi-jampi kok” kata Andra setengah bercanda sambil sedikit cengengesan. Seolah tidak ada yang terjadi barusan. Yang membuat Muslimah, mau tak mau terpancing untuk tersenyum. Andra memang sama sekali tidak tahu, apa yang ada di hati Muslimah. Andra berpikiran, bahwa mungkin dengan seteguk air Muslimah bisa sedikit tenang. Setidaknya Andra ingat, itu yang dulu dilakukan ibunya ketika dia masih kecil dan menangis. Ibunya selalu memberikan air agar Andra bisa lebih tenang dan tidak menangis lagi. Dulu, waktu masih kecil, ketika Andra menangis, dia merasa seolah ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan nya, yang membuat dia sulit untuk berhenti menangis, dan akan hilang dengan beberapa teguk minuman. Jadi, Andra praktekkan pada keadaan ini.

“Nah, kalo senyum gitu kamu kan tambah cantik” kata Andra. Muslimah yang baru saja tersenyum tipis, semakin lebar senyum nya, dan reflek Muslimah memukul bahu Andra. Andra yang melihat Muslimah sudah bisa tersenyum lebar merasakan senang luar biasa. Dia merasa berhasil mempraktekkan apa yang dia pelajari dari ibunya ketika dia kecil dulu. Hatinya berbunga-bunga. Dia merasa menjadi seorang yang luar biasa. Tidak ada kata yang mampu mendeskripsikan perasaan senang yang menghinggapi hati Andra saat itu. Desiran-desiran terasa kuat sekali melewati setiap pembuluh darah yang ada di dada nya. Menimbulkan sensasi tak terlupakan. Membuat ketagihan siapapun yang pernah merasakan nya. Ada “sesuatu” yang membuat Andra merasa senang ketika Muslimah senang dan membuat Andra sedih ketika Muslimah sedih seperti tadi. Andra tidak begitu menyadari perasaan itu. Dia hanya merasa jika Muslimah sedih maka dia harus berbuat sesuatu sehingga membuat Muslimah kembali ceria. Khas sekali pemikiran para lelaki, ketika ada masalah yang muncul maka harus ada solusi yang bisa diterapkan.

Namun, Andra tidak tahu, bahwa perasaan wanita tidak bisa disembuhkan dan ditenangkan dengan seteguk air. Kemudian dengan polosnya Andra bertanya, “Emm, Im, yang tadi malam itu, kalo boleh tau kamu kenapa?”

Sontak saja air muka Muslimah yang tadi sudah mulai menampakkan senyum kembali mendung. Muslimah kembali pada perasaannya bahwa dia hanya Andra jadikan sebagai objek pernikahan. Bukan wanita yang pantas untuk dicintai. Padahal Muslimah sangat mengharapkan agar Andra mengerti perasaannya yang ingin dimengerti. Tanpa harus mengatakan apa yang ada di hatinya. Tapi ternyata Andra tidak mengerti. Muslimah tidak habis pikir, mengapa para lelaki tidak mengerti apa yang diinginkan oleh seorang wanita. Sedangkan Andra yang memang benar-benar tidak mengerti apa yang diinginkan olah wanita, juga tak habis pikir, mengapa dengan mudahnya seorang wanita berubah mood, padahal dia ingin bertanya sehingga dia bisa mengerti apa yang diinginkan oleh wanita. Mereka lupa, bahwa mereka memang tercipta berbeda. Bukan hanya secara fisik berbeda, tapi juga pola pikir dan logika berpikir. Sehingga dengan demikian mereka bisa saling melengkapi dalam mengarungi kehidupan.

“Jadi belum tahu jawabannya mas?” tanya Muslimah jutek.

“Emm, aku sudah memikirkan nya semalaman Im, dan tetap aku tidak tahu” jawab Andra hati-hati.

“Tau ah” jawab Muslimah seraya meninggalkan Andra yang masih ter bengong bingung. Muslimah menuju kamarnya dan mengunci pintu dari dalam.

Andra yang ditinggalkan begitu saja otomatis tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia sangat kebingungan dengan sikap Muslimah. Baru saja Muslimah tersenyum ketika dia membawakan sebotol air. Kemudian dia manyun lagi. Andra tak habis pikir, apa yang menjadi permasalahan. Bukankah jika ada sesuatu yang kurang pas, maka seharusnya dibicarakan sehingga dia tahu dimana kesalahannya dan memperbaikinya. Itu yang ada di pikiran Andra. Namun tidak begitu dengan apa yang ada di pikiran Muslimah. Muslimah yang tadi malam masih merasakan kegundahan sebab masih bimbang terhadap kehadiran Andra di hatinya, yang menyusup halus, masih harus benar-benar meyakinkan diri bahwa laki-laki ini yang akan dia terima sebagai suami. Dan ternyata orang ini sangat tidak tahu dengan apa yang diinginkan oleh dirinya. Dia sangat tidak paham dengan wanita.

Andra yang baru saja ditinggalkan oleh Muslimah sontak kebingungan. “Duh gusti, apaaaaa lagi ini, belum juga menikah kok ya sudah gini masalahnya. Gimana kalo sudah nikah. Gitu ya banyak laki-laki yang pengen punya istri lebih dari satu. Aku yang belum punya satu aja sudah ruwet begini.” pikirnya. Dia bingung. Jelas dia harus mencari solusi dari permasalahan ini. Jelas dia butuh pengetahuan dari orang lain. Tapi siapa ya? Phone a friend? Ask the audience? 50:50?Pusing pala barbie dah. Andra bingung harus bertanya pada siapa. Mana Muslimah masih di dalem kamar lagi. Tadi malem kalo ga tau disuruh tanya, udah tanya, salah pula. Terus Inyong kudu piye jaaaal.

Sementara itu Muslimah yang tengah berada di dalam kamar nya mengevaluasi hati nya. Dia bertanya pada hatinya, apa yang dia inginkan. Mengapa dia merasa nyaman dengan kehadiran Andra, dengan kepolosan nya, apakah dia menyukai Andra justru karena dia polos? Jika demikian, apa yang akan terjadi ketika nanti Andra sudah tidak polos lagi? Pasti suatu saat dia tau bagaimana perasaan wanita. Muslimah juga bingung. Seperti ada “klik” di hati nya yang bertaut dengan hati Andra. Memang dia pernah mendengar bahwa hati itu berteriak 100 kali lebih kencang dari mulut. Tapi apakah begini rasanya? Apakah ini “klik” yang dia cari? Atau ini hanya pelarian sebab dia kecewa dengan harapan yang sudah terlanjur terbentuk yang kemudian hancur berkeping-keping tanpa kemungkinan untuk disatukan kembali? Apakah ini hanya sebab dari sebuah keadaan dimana Andra datang disaat yang tepat ketika dia lelah mengejar sesuatu yang dia inginkan dari seseorang. Dan ketika ada orang lain yang datang dia merasa seolah menemukan sesuatu yang dia cari? Tapi bukankah semua ini terjadi atas kehendak sang Maha Pencipta? Kemudian apa maksud dari sang Maha Pencipta menghadirkan situasi ini untuknya?

Muslimah juga bertanya-tanya, mengapa kata-kata Andra sangat membekas di dalam hatinya. Seharusnya kata seperti itu, yang membuat dirinya terpengaruh seperti ini, seharusnya adalah orang yang sangat berarti baginya. Tapi, ini kan belum? Andra bukanlah siapa-siapa Muslimah untuk saat ini. Hal ini akan sangat Muslimah mengerti jika misalnya minimal Andra adalah pacar Muslimah. Memang sudah ada indikasi bahwa Andra akan serius dengan Muslimah, tapi itu kan belum resmi dan belum mengikat. Jika misalkan Andra sudah mengkhitbah Muslimah, maka paling tidak ayah nya akan memberi kabar pada dirinya, ini kan belum. Dan rasanya jika memang Andra sudah mengkhitbah Muslimah, tidak mungkin ibunya akan diam saja, pasti ibunya akan memberi kabar Muslimah dengan berapi-api. Sebab sepertinya ibunya sangat menyukai Andra, dan juga menginginkan Andra menjadi menantunya. Entah apa yang dimiliki oleh lelaki itu. “Lelaki polos, tidak peka, tidak tahu cara menghadapi wanita, nyebelin pula. Memang kadang so sweet sih. Eeeh, ga jadi, ga jadi so sweet, kapan juga dia bersikap so sweet begitu. Cuma bukain pintu mobil sama ambilin air ini, dimana so sweetnya coba” kata Muslimah dalam hati.

Muslimah mencoba menggunakan logikanya untuk membendung kehadiran Andra di dalam hatinya. Meskipun sebenarnya Muslimah bisa menerima kehadiran Andra dengan menggunakan alasan, bahwa “Ruh itu ibarat sekumpulan anggur yang bertaut satu dengan yang lain, jika ruh itu berada di kelompok yang sama maka ruh itu akan begitu mudah untuk saling bertaut, meskipun mereka baru saja saling mengenal. Ibarat pasukan, yang akan saling mengenali isyarat dari pasukan kawan, dan kemudian mereka akan berjuang bersama, dan akan mengenali pasukan musuh, yang jika musuh itu lebih kuat maka dia akan mundur, tapi jika musuh lebih lemah, maka dia akan melawan”. Tapi, Muslimah tidak mau menggunakan alasan ini. Sebab, belum ada ikatan diantara mereka, dan Andra belum melaksanakan niatnya dengan cara yang benar, yaitu dengan mengkhitbah Muslimah. Memang sih, Andra sudah meminta ijin pada ayahnya seperti yang diceritakan ibunya beberapa waktu yang lalu bahwa Andra meminta ijin untuk ta’aruf, tapi ta’aruf itu kan tidak memiliki kekuatan hukum dalam Islam. Lagian biasanya juga orang ta’aruf itu setelah di khitbah kan? Jadi ada waktu untuk saling mengenal sebelum kedua belah pihak mengambil keputusan untuk melanjutkan atau untuk berhenti saja. Muslimah tidak habis pikir, apa yang ada di kepala Andra. Ah, sudahlah pikir Muslimah kemudian, dan tak lama kemudian Muslimah jatuh tertidur, setelah mendengar suara mobil dinyalakan dan pergi menjauh.

***


Sementara Andra yang berada di luar kamar, kebingungan, sikap apa yang harus dia ambil saat ini. Jika dia langsung pulang kok ya ga enak, mau nungguin kok ya lapar. Akhirnya setelah pergulatan batin antara keluar sebentar dan menunggu, Andra memutuskan untuk keluar sebentar membeli makan. Sekalian dia berencana membelikan makan untuk Muslimah juga, sebab secara teori, jam segini seharusnya Muslimah belum sarapan tadi. Toh Muslimah juga sedang mengurung diri di dalam kamar, mana tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan keluar. Apa Muslimah ga lapar ya? Pikir Andra. Ya biarlah, mungkin rasa laparnya hilang bersamaan dengan moodnya yang memburuk tadi. Kalo dia ga makan kan bahaya juga, lanjut Andra dalam hati.

Agak lama Andra pergi. Sebab Andra tidak tahu dimana letak warung terdekat, dan mungkin karena Andra terlalu sibuk memikirkan permasalahan yang dia hadapi, dia jadi tidak bisa berpikir jernih, kurang memperhatikan jalan sekitar, sehingga ada beberapa warung yang sebenarnya cukup dekat untuk dijangkau dengan berjalan kaki, tapi Andra tidak melihat itu. Sehingga dia baru menemukan warung yang terletak agak jauh dari kosan Muslimah. Dia memilih warung itu juga karena warung itu ramai. Logika yang digunakan Andra waktu itu adalah, kalo ramai biasanya murah dan enak. Jadilah Andra mengantri cukup lama di situ. Andra membungkus 2 porsi makan plus membeli minum sekalian, jaga-jaga barangkali nanti Muslimah masih belum keluar dari kamar, sehingga dia tidak harus kehausan setelah makan. Itupun dia ingat setelah keluar dari warung, dan sudah berkendara agak lama. Untung dia masih melihat ada toko kelontong di dekat kosan Muslimah. Coba kalo dia tidak lihat. Mungkin dia tidak membeli air dan langsung makan. Silahkan dibayangkan sendiri gimana bingungnya kalo sampai keselek emoticon-Ngakak (S).

Sampai di kosan Muslimah, ternyata benar Muslimah masih belum membuka kamarnya. Beberapa kali Andra mencoba mengetuk pintu, namun tidak ada respon dari dalam kamar. Akhirnya Andra memutuskan untuk makan dan menaruh bungkusan makanan untuk Muslimah di depan pintu kamar. Barangkali nanti Muslimah lapar kan enak, makanan sudah ada di depan kamar dan Muslimah tinggal makan. Mungkin nanti waktu dhuhur Muslimah akan keluar untuk ke kamar mandi. Pikir Andra begitu. Namun, Andra tidak tahu bahwa di dalam kamar Muslimah ada kamar mandi, yang di luar itu adalah kamar mandi untuk tamu. Setelah beberapa lama Andra menunggu, sebab perut telah terisi, Andra mengantuk. Karena bosan menunggu juga sebenarnya. Masalahnya, tidak ada kursi panjang di depan kosan Muslimah, yang ada hanya kursi plastik yang hanya cukup untuk duduk, sementara entah mengapa Andra merasa sangat mengantuk sekali. Yang bahkan ketika duduk pun dia sedikit terlelap. Persis seperti orang yang 3 hari 3 malam tidak tidur, kemudian kantuk datang. Nah, mau berdiri di bus kek, mau di kuburan kek, mau di pinggir jalan pake alas kardus kek, dengan tingkat mengantuk yang seperti itu, lelap juga sepertinya. Akhirnya Andra menata tiga kursi berjajar dan berbaring di atasnya.

Sepertinya cukup lama Andra tertidur. Ketika dia bangun jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, yang artinya dia terlambat sholat dhuhur. Kemudian dia bergegas bangun. Sampai di mobil, dia ingat bahwa dia belum berpamitan pada Muslimah. Tapi kan pintunya dikunci? Tapi kalo ga pamit kan ga sopan? Tapi kan dikunci? Tapi kalo ga pamit kan ga sopan? Pertanyaan ini terung berulang di kepala Andra. Akhirnya dia mengambil secarik kertas dan menulis surat pada Muslimah.
Spoiler for surat:

Spoiler for komen TS:


Andra melipat kertas itu kemudian menuju ke kamar Muslimah, ternyata nasi bungkus yang ada di depan kamar Muslimah sudah tidak ada. Kemudian dia memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Muslimah. ya jika misalkan dibuka kan enak, barangkali Muslimah tidak perlu membaca suratnya. Ketika dia membaca surat itu lagi Andra hanya mampu membaca baris pertama saja. Dia tidak seromantis itu, sehingga ketika dia membaca kembali surat yang dia buat, ada sensasi aneh di perutnya yang membuat isi perutnya seolah memberontak ingin keluar. Setelah beberapa kali mengetuk akhirnya dengan sangat terpaksa sekali Andra memasukkan surat yang telah dia buat dengan sepenuh jiwa namun tidak sanggup dia baca ulang, di bawah pintu kamar Muslimah. berharap, paling tidak Muslimah tidak akan muntah jika dia membaca isi surat Andra.

Setelah memasukkan surat, dia hanya bisa pasrah. Pasrah pada nasib apa yang akan terjadi pada dirinya. meskipun dia sebenarnya bingung apa yang telah dia lakukan sehingga Muslimah bersikap seperti itu. Tapi ya, pasti ada hikmah yang bisa dia ambil jika dia ikhlas menerima apa yang terjadi pada dirinya. Kemudian dia beranjak menuju mobil kantor yang dengan setia menemani dirinya selama di Surabaya ini. Memacunya ke masjid yang berada di dekat kosan Muslimah. sekalian sholat ashar disana. Itu yang direncanakan Andra. Tapi, yang namanya manusia tentu hanya bisa berencana. Tidak ada manusia yang tahu apa yang akan terjadi pada dirinya, bahkan satu detik kedepan.

***


>> bersambung dulu yah…
emoticon-Ngakak


i4munited
pulaukapok
andrian0509
andrian0509 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Tutup