justru ketidak jelasan konsep halal ini yg menjadi salah satu masalahnya. Benda, makanan, budaya, atau segala hal kan bisa di haram/halalkan dalam Islam, tergantung fatwa. Lha wong celana jeans aja bisa diharamkan kok, belum lagi konsepnya mau sejauh mana, gimana membedakan penerapan konsep halal dengan penerapan syariat Islam, apa ini bisa dibedakan?? Misalnya cara berpakaian, apa nanti dalam wisata halal orang2nya (karyawan maupun wisatawan) wajib mengenakan busana muslim?? belum lagi dampak2 sampingannya, apa kaum kafir bisa bekerja di tempat yg menerapkan wisata halal??

Ketidak-jelasan konsep halal ini bisa menjadi tuman di kemudian hari, malah bisa memancing konflik, misalnya wisata halal pengen wajib di dalamnya karyawan wanitanya berjilbab, ini kan sama aja mewajibkan pekerjanya menggunakan atribut agama lain, atau karyawan wanitanya mesti muslim, lah ini juga bisa memicu konflik lainnya. Jikalau dalam konsep wisat halal 1 hal bisa diperjelaspun dan bisa menghindari konflik maka hal2 lainnya masih menjadi potensi konflik ke depannya karena semua hal halal/haramnya itu sangat dinamis, berbeda2 di tempat lain, hari ini halal besok haram, di sini halal di sana haram.

Bali sudah konsep sendiri dengan pariwisatanya dan itu terbukti sudah berhasil, jangan direcokin lagi dengan konsep2 wisata yg justru bisa membuat pariwisata Bali terganggu........ kecuali niatnya memang mau ngerecokin pariwisata Bali.