Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kopinisasiAvatar border
TS
kopinisasi
Juna Dan Alita; Nada Sendu Di Titik Temu
Juna Dan Alita; Nada Sendu Di Titik Temu

Berawal dari selera musik yang sama, Juna dan Alita di pertemukan dalam sebuah komunitas penggemar kelompok musik beraliran punkrockasal pulau dewata. Sampai pada akhirnya Alita putus dengan Raka dan komunitas penggemar itu pun sudah lama vakum karena sudah sibuk dengan urusan masing-masing.

Sedang Juna yang memendam perasaannya sejak pertama kali bertemu akhirnya memberanikan diri mendekati Alita dan mulai lebih memperlihatkan perasaannya. Tapi, Juna yang masih belum juga mempunyai nyali untuk menyatakan secara langsung harus terpaksa merelakan hatinya di tikam cemburu sebab Alita memiliki banyak teman pria.

Quote:


Wattpad
Diubah oleh kopinisasi 23-05-2019 15:07
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
418
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post
kopinisasiAvatar border
TS
kopinisasi
#1
Eps 1 - Teman Lama
Batam, pada tanggal 24 Februari 2019, Suara gemuruh pengeras suara pada pesta rakyat malam itu sangat mengganggu telinga. Lahan parkir sebuah gedung perbelanjaan yang belum lama buka itu seketika di sulap menjadi pertunjukan meriah. Tampak kerumuan yang berdesakan orang-orang sangat antusias merapatkan diri ke arah penggung utama. Mereka berebut ingin melihat lebih dekat bintang tamu pengisi acara, band rock ber-vokalis wanita asal ibu kota yang selama ini hanya mereka lihat dari layar kaca.

Sedangkan Alita, gadis berkerudung ungu muda itu asik berkutat dengan ponselnya. Ia tengah sibuk membalas pesan juna yang sedari tadi tersesat di tengah keramain. Di sisi lain, Juna yang lusuh penuh peluh masih berusaha menerobos lautan manusia sesekali memasang matanya mencari keberadaan Alita.

"Halo? Kamu di mana Alita?"

"Hah?, Apa?"

"Kamu di sebelah mana?"

Juna menempelkan bibir ke microphone ponselnya. Riuh sorak-sorai penonton menyambut idola mereka yang mulai beraksi di atas panggung membuat Juna tidak bisa mendengar suara Alita di sebersng telepon.

Setelah drama hampir satu jam saling mencari akhirnya Juna dan Alita bertemu juga. Juna menyeka dahinya yang sudah berkeringat dan perlahan menghampiri Alita yang melambaikan tangannya mengisyaratkan keberadaannya di tengah kerumunan.

"Kamu sama siapa, Lit?" Juna menyapa Alita membuka percakapan.

"Ini, sama temen." Jawab Alita sembari menunjuk seorang lelaki di sebelahnya.

"Oh, Halo mas.." Juna menyodorkan tangannya menyalami teman Alita yang tak di kenalinya itu.

Detik, menit pun terus melaju. Tak terasa waktu kian berlalu. Acaranya pun semakin meriah dan seru. Para penonton hanyut dalam alunan musik yang di mainkan oleh idola mereka di atas panggung. Ramai-ramai bernyanyi bersama layaknya paduan suara. Tapi tidak dengan Juna dan Alita juga teman lekakinya itu. Mereka seperti berada di dalam atmosfer yang berbeda. Obrolan Juna dan Alita pun tidak secair pada saat drama pencarian tadi. Juna yang sesekali mencuri pandang ke arah Alita yang beberapa kali terlibat percakapan dengan teman lelakinya itu. Juna menyadari, bahwa ternyata lelaki itu adalah teman lama Alita yang sudah lama tidak bertemu. Mereka saling bertukar nomor telepon, mengenang terakhir kali bertemu,mengingat kisah-kisah lama yang sempat mereka lalui bersama. Sedangkan Juna sesekali mengibas kerah bajuya mencari angin untuk menyejukan gerah hatinya.

Pertunjukan telah usai, harapan Juna yang ingin selalu terus berada di dekat Alita pun selesai. Juna membawa buah tangan kekecewaannya pulang. Mereka berpisah kembali ke rumah melalui jalan yang tak searah.

***


"Bagaimana aku seharusnya agar mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku merasa keberuntungan tidak pernah memihak kepadaku sama sekali. Dalam hatiku, aku ingin seperti laki-laki lain yang dengan mudahnya mendapatkan wanita yang ia taksir. Mengungkapkan perasaan tidak semudah mencuci tangan sehabis makan. Ini lebih dari sekedar menaruh perasaan pada lawan jenis. Menjatuhkan hati pada orang lain tidak segampang itu, apalagi harus menerima konsekuensi dengan jawaban yang akan di terima."

Jam sudah menunjukkan pukul 12:30 dini hari. Dalam perjalanan pulang di antara jalan-jalan yang sudah lenggang di atas motor honda keluaran tahun 2014 yang ia dapatkan dari hasil kerja kerasnya menjadi juru masak di sebuah restoran di bilangan Batam centre itu Juna masih saja berbicara dengan dirinya sendiri. Masih ia ratapi dirinya yang tidak pernah berhasil dalam berperan sebagai seorang lelaki yang di harapkan Alita. Malah, seringkali usahanya untuk memantaskan diri tak pernah mendapat respon seperti yang ia harapkan. Misalnya saja seperti pada tempo hari saat ia mengirim pesan kepada Alita melalui whatsapp, alih-alih membuat Alita terkesan, ia malah tertawa membalas pesan whatsapp juna yang sok perhatian.

Roda sepeda motor juna sudah masuk ke dalam gang menuju kos-annya. Masih di dalam kawasan Batam centre, juna memilih kos dekat dengan tempat kerjanya dengan alasan karena ia sering bangun mepet dengan jam masuk kerjanya. Jelas jika ia mencari kos yang jauh akan merepotkan dan jelas tidak mungkin tidak ia akan terlambat sampai di restoran.

Sesampainya di depan kos juna mematikan mesin sepeda motornya. Membuka gembok pagar yang kuncinya ia satukan dengan kunci sepeda motornya, mendorong sepeda motornya masuk dan memakirkannya di teras bersama sepeda motor milik anak kos yang lain. Menutup pagar dan kembali menguncinya. Di tempat kos yang juna sewa setiap orang selain di beri kunci kamar juga di beri kunci pagar satu persatu. Seandainya pun pulang larut malam tidak akan mengganggu ibu kos yang harus repot-repot membukakan pintu pagar. Karena ini bukan kos khusus putri jadi ibu kos tidak memberi peraturan jam malam untuk anak kos-nya alias bebas.

Di kamar kos yang tidak terlalu besar hanya sekitar kurang lebih empat kali empat meter itu ia tinggal. Mengadu nasib di perantauan meninggalkan kampung halamannya di jawa. Hidup di kota orang tidak sekedar mengadu nasib tapi juga mencari arti hidup. Bahwa masih banyak hal-hal yang belum di ketahui dan temui. Bertemu orang baru, suasana baru, berteman, bersahabat, jika beruntung mendapat kekasih lalu merencanakan masa depan bersama. Membawa pulang ke kampung halaman memperkenalkannya pada orang tua lalu menikah.

Seperti kebiasaannya setiap hari, juna adalah tipe orang yang tidak bisa tidur cepat. Bahkan jam yang seharusnya orang lain pada umumnya sedang tidur pulas, juna masih saja menyeduh kopi dan membuka microsoft word di laptopnya. Ya, juna sedang gemar menulis akhir-akhir ini. Ia terinspirasi dari sebuah novel roman yang sempat ia baca belakangan ini. Ia mempunyai ide dari pada hanya menjadi pembaca mengapa tidak sekalian saja menjadi penulis juga. Apalagi juna mempunyai banyak kisah, kegelisahan yang jika di ceritakan akan cukup menjadi sebuah buku. Karena juna juga bukan tipe orang yang suka curhat sehingga banyak uneg-uneg yang ia simpan sendiri.

Imajinasi dan perasaan juna tengah bertempur hebat. Hanyut dalam diksi-diksi yang menyusun menjadi kalimat. Paragraf demi paragraf mengalir begitu saja melalui jemari yang masih mengeja huruf pada papan keybord laptopnya. Sesekali tangan kanannya meraih gelas kopi di sampingnya yang sudah mulai dingin. Sedingin hatinya yang masih saja tidak mau menyatakan cintanya kepada alita. Bukan tidak mau, belum waktunya, atau terlalu takut jika nantinya alita tidak membalas cintanya. Juna lagi-lagi berbicara dengan dirinya sendiri. Ia nikmati segala kegaduhan di dalam hatinya.

Jam sudah menunjukan pukul 04:20 juna menyudahi menulis dan menyimpan naskah itu lalu menekan tombol shut down pada laptopnya. Meraih sebatang rokok lalu membakarnya. Di sandarkan punggungnya pada kursi. Menyeruput kopi yang tersisa beberapa teguk lagi. Menghisap rokok yang ia bakar tadi dan menhembuskan asapnya. Ia menengadahkan wajahnya lalu ia pandangi langit-langit kamar kosnya. Teringat kembali kejadian di pesta rakyat tadi, ia kembali teringat pujaan hatinya, Alita. Wajah Alita yang selalu terbayang-bayang dalam benaknya itu seakan tak mau pergi. Menghantui di setiap waktu, bahkan di saat-saat menjelang pagi seperti ini.

Juna mulai beranjak kekasurnya berupaya menutup mata dan tidur. Berharap menjumpai alita dalam mimpi indahnya. Dengan diiringi sayup matanya pandangan memudar dan hilang dalam lelap tidurnya.

Bersambung..
Diubah oleh kopinisasi 23-05-2019 15:07
0