bungarusaAvatar border
TS
bungarusa
Rindu Dalam Secangkir Matcha Latte
Part 1

"Tahukah kamu, siapa orang yang paling kubenci di dunia ini?" Tanyaku sambil membuang pandang ke luar jendela.

Lelaki di sebrang mejaku malah cengengesan. "Siapa?"

Kutatap matanya yang polos itu, "kamu! Kamulah yang paling kubenci, sekaligus juga paling kucintai." Dengusku sebal.

"Kamu kalau lagi marah makin terpancar aura cantikmu. Marah terus ya tiap hari, biar makin cantik." Ujarnya santai.

Aku memukul meja dengan telapak tangan kanan, "Aku serius, Yanuar! Kamu membuatku frustasi. Aku menunggu kamu beberapa hari lamanya dan kamu tidak pernah kelihatan. Di kosan, di kampus, di rumah temanmu nggak ada. Sebenarnya kamu pergi ke mana!?" Kataku nyaris meratap.

Yanuar masih senyum-senyum. "Belum saatnya kamu tahu." Ucapnya dengan masih amat santai.

"Sok misterius!" Umpatku.

"Raini, dengar! Aku memang sering menghilang, tapi bukan berarti aku meninggalkanmu. Percayalah, aku tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Suatu saat akan kuberitahu semuanya kepadamu."

"Aku mau kita putus!" Kataku cepat. "Putuskan saja pertunangan kita. Aku nggak mau menikah dengan lelaki yang penuh teka-teki." Pungkasku lalu berdiri dan dia tidak mencegah. Kuhampiri kasir dan mengeluarkan dompet.

"Dua cangkir matcha latte... Seratus ribu, Mbak." Kata kasir.

Aku tertegun, lalu berbalik ke meja tempat kami duduk tadi. Aku pasti akan merindukan minuman ini dan seluruh kenangan tentangnya, juga tentang lelaki itu. Tapi aku sudah memutuskan, bahwa hatiku bukan pelabuhan yang bisa dia singgahi sekehendak hati, lalu dia kembali berlayar tanpa memberi kabar akan ke mana dia.

"Raini, ke sini sebentar." Bujuk Yanuar dari mejanya.

Aku diam.

"Raini, kemarilah. Aku akan menceritakan semuanya kepadamu. Terserah kamu mau terima atau tidak, tapi dengarkanlah dahulu."

Aku bimbang. Kuhampiri atau tidak, ini tentang kelanjutan masa depan hubungan kami. Aku memejamkan mata cukup lama dan sepertinya aku harus siap mendengar semua teka-teki tentang lelaki yang paling kubenci dan kucintai ini.
(*)
adindaper25
kenzzz
a.w.a.w.a.w
a.w.a.w.a.w dan 11 lainnya memberi reputasi
12
6.9K
110
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
bungarusaAvatar border
TS
bungarusa
#9
Part 5
Rindu dalam Secangkir Matcha Latte (Part 5)


"Namamu Raini Febriasari kan? Persis seperti hari ini, namamu seperti hujan di bulan Februari, nyaman dan menyejukkan." Ujar Yanuar mengejutkan.

"Siapa yang nggak kenal kamu. Mahasiswi cantik, berbakat, yang baru saja memenangkan lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional. Juara debat antar fakultas, dan menjadi pembicara hebat di seminar mahasiswa. Apa aku salah?"

"Ka...kamu?" Aku tercekat.

"Ya, kenapa?" Dia balik tanya.

"Kenapa kamu tahu itu?"

Yanuar tertawa. "Cuma cowok culun yang nggak tahu kamu, Rain..."

Kurasa wajahku memerah, kualihkan pandang ke luar jendela. Hujan masih begitu deras. Untunglah sepanjang perjalanan dia tak banyak omong. Namun dia melambaikan tangan dengan senyuman lebar. Pertemuan yang aneh, tak kusangka akan berlanjut dengan pertemuan selanjutnya. Kami berjumpa lagi di perpustakaan!

"Hay, Raini..." Sapanya sambil membawa setumpuk buku dan meletakkannya di atas meja, di sebelahku.

"Kamu suka baca juga?" Tanyanya. Aku diam, masih fokus membaca jurnal.

"Bacaan kamu lumayan berat ya. Nggak kayak aku, sukanya novel." Kata Yanuar, dan aku masih enggan menanggapi.

Kami juga bertemu di toko buku dekat kampus.

"Hay, Raini..." Sapanya selalu. "Kamu suka baca buku banget ya? Di mana ada buku, di situ ada kamu. Kenapa sih?"

Aku diam.

"Aku tahu jawabannya."

Detik demi detik berlalu, Yanuar diam. Menit pun berlari, dia masih diam.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Eh, kamu penasaran? Hehehe, aku tahu jawabannya. Tapi nggak harus aku ucapkan di depan kamu kan?"

Apa coba?! Nyebelin kan Yanuar itu.

"Oya, kapan-kapan kamu harus coba datang ke kafe di ujung jalan sana itu. Namanya 'Kafe Literasi'. Pemiliknya sangat suka sama buku, jadi di kafenya selain menjual makanan dan minuman​, ada banyak buku juga yang boleh dibaca." Ujarnya.

Aku diam, tapi menyimak.

"Rain, maaf ya aku tinggal. Aku udah nemuin buku yang aku cari. Sekarang aku pergi dulu. Dah..."

Namun tampaknya dia tak membeli satu pun buku. Maka aku beranikan diri bertanya. "Mana bukumu?"

"Bukuku? Kamu."

***
Diubah oleh bungarusa 27-04-2019 01:31
0