- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
[Fantasy] Fragments of Power
TS
aisenian
[Fantasy] Fragments of Power
Genre: Fantasi/Fiksi
Tema: Medieval/Kerajaan
Everyone 13+ ~ Mengandung kekerasan, pembunuhan dan hal mistis/magic. Mohon kebijaksanaan pembaca untuk tidak ditiru, dan jika merasa tidak nyaman tolong jangan dilanjutkan
Cerita ini ane hentikan dulu, dilanjut kapan-kapan ya.
cek fiksi ane yang ongoing di storial.co
Sepatah Kata: Penulis hanyalah orang yg hobi buat cerita, jujur penulis masih pemula dalam dunia tulis-menulis. Cerita ini buatan penulis -aisenian-, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, dll, penulis mohon maaf karena itu tidak disengaja. Kritik, Saran, Pertanyaan, atau mau say hi dipersilahkan. Selamat membaca!
Beberapa chapter diwarnai
Fragmented Power
Abstrak:
Backstory:
Pertarungan itu sangat hebat sampai-sampai tempat mereka bertarung porak-poranda. Tempat ini seharusnya adalah sebuah hutan yang lebat. Sekarang, bahkan rerumputan yang semestinya tumbuh di atas tanah pun lenyap.
Berbagai lubang bekas ledakkan menghiasi permukaan tanah yang gersang ini.
Di salah satu lubang yang dalamnya sekitar satu meter dan diameternya sekitar lima meter itu, seorang pria berambut merah berlutut lemah didepan lawannya.
Pria itulah yang bernama Power, sang kekuatan yang rumornya mampu menghancurkan sebuah kota dalam sekali serangan.
“Power, aku mengagumi kegigihanmu untuk bertahan hingga saat-saat terakhirmu.”
Lawan Poweradalah seorang pria yang mengenakan jubah hitam. Tangan kanannya menggenggam sebuah tombak setinggi tubuhnya yang berlumuran darah.
“Mungkin kau membunuhku, Sealer, tapi aku akan tetap hidup!”, gertak sang kekuatan, Power.
“Kau kira aku tak mengetahui usaha busukmu itu, Power?”, tanya si Sealer itu.
“Kau membagi dirimu menjadi sepuluh bagian—sampai-sampai kau yang sekarang melemah. Bahkan, lebih lemah dari seekor singa!”, lanjutnya.
Ucapan orang itu benar. Power, pada masa kejayaannya, berkali-kali lipat lebih kuat dari kondisi saat ini. Kalau bukan karena ia telah membagi dirinya, dia pasti sudah menang.
“Hufford, aku ini tidak akan menyuruh mereka membalasmu, tapi, aku akan menyuruh mereka untuk mengubah-mu.”, jelas Power sambil mencoba untuk berdiri.
“Mereka?”, ucap Hufford dengan nada yang membuat Power kesal. “Hmph kau lupa? Mereka itu sepersepuluh dari kekuatanmu, aku jelas akan membunuh mereka bahkan sebelum mereka bisa tumbuh.”, ancam Hufford.
Sambil memegangi luka di tubuhnya, Power yang berhasil berdiri mengatakan hal ini:
“Makanya, Hufford kawan lamaku, aku ada disini, untuk mencegah hal itu.”, jawab Power ‘singkat’.
Hufford terkejut karena Power masih bisa menggunakan kemampuannya. Sang kekuatan itu mencoba menyeretnya ke Void—sebuah ruang hampa yang sangat kosong.
Power menunjuk Hufford, namun, seolah tak terjadi apa-apa, Hufford hanya terdiam sambil mencoba memahami situasi ini.
“Sampai jumpa, kawan lama!”, ujar Power.
Void-style : Exilation
‘Serangan’ itu sisa-sisa tenaga terakhir sang kekuatan.
Saat ia-Power- sekarat dan perlahan mati, Hufford terdampar di sebuah ruang hitam kelam yang tidak terbatas—penuh dengan kekosongan.
Tadi itu adalah sebuah teleportasi.
Di Void itu, ia melihat kesepuluh fragmen dari Power, seolah sang kekuatan memang sengaja memperlihatkan mereka padanya. Fragmen demi fragmen ia perhatikan. Jumlahnya sepuluh. Mereka semua terlihat seperti simbol-simbol penuh makna, yang masing-masing mewakili satu ‘bagian inti’ dari Power.
Background Void yang tadinya berwarna hitam kelam tiba-tiba berubah menjadi keabu-abuan.
‘Ini… masa depan?’, gumam Hufford.
Dilihatnya, simbol-simbol itu perlahan tumbuh menjadi anak kecil, yang kemudian beranjak dewasa. Hufford melihat semua itu seolah itulah yang ia yakini akan terjadi di masa depan.
Salah satu dari sepuluh itu bernama Time, sang waktu.
Ia-lah yang terlihat paling tua diantara saudara-saudarinya yang lain. Di usia belianya, ia mewarisi kerajaan yang dulu milik ‘ayah’-nya. Dia mengubah nama kerajaannya menjadi namanya, Kingdom of Time. Dia mampu menggunakan waktu untuk apa saja – sesuai keinginannya – namun, tak pernah sekalipun ia berbuat kejahatan dengannya. Dia-lah yang membuat dirinya dan sembilan saudara-saudarinya ‘abadi’.
Berikutnya, seseorang yang sangat serius dalam segala hal. Dia membangun kerajaannya sendiri, setelah belajar dari Time, kakak laki-lakinya. Ia mampu menembus jarak jauh dengan waktu singkat, tapi gerakannya hanya seperti orang biasa pada umumnya. Ia berpindah menembus ruang dan waktu, menembus dimensi itu sendiri. Dialah sang penguasa dimensi, Dimen.
Selanjutnya Hufford melihat penguasa dari Void yang ditinggalinya, dan mengejutkan, nama yang ia miliki juga Void. Dia sangat dekat dengan saudara kembarnya Fate, sang nasib. Mereka memang serasi, Void yang penuh kekosongan dalam hatinya, dan Fate, seorang yang selalu optimis akan masa depan.
Dari sepuluh orang, Hufford hanya mengenali ada 3 orang perempuan - dan mereka masing-masing bernama Energy, Materia, dan Space. Energy sangat penuh dengan semangat dan energetik, sepertinya nama mereka berarti sangat dalam bagi sifat mereka juga. Space lah yang paling pintar diantara saudara-saudarinya, ia sering ditanya bila ada sesuatu yang 'aneh' dan tidak dimengerti oleh yang lain. Materia, dia sangat kuat. Sifatnya mencerminkan materi-materi yang ada di dunia, tapi ia sepertinya lebih menyukai elemen api diantara elemen lainnya.
Dua orang yang tidak menarik perhatian Hufford untuk diselidiki lebih lanjut ialah Memory dan Speed. Sepertinya dengan melihat namanya saja, Hufford sudah tahu siapa mereka itu.
Perhatiannya teralihkan oleh orang kesepuluh, sekaligus yang paling kuat diantara mereka. Orang ini dari sifatnya paling mirip dengan kawan lamanya, Power. Ia mulai teringat kenangannya dengan Power waktu mereka masih kecil. Selain wajahnya yang mirip, sifatnya dan kekuatannya juga. Hufford merasa bernostalgia melihat anak kecil itu tumbuh, namun, berbeda dengan masa kecil Power, tidak ada Hufford di masa kecil anak itu.
Sesaat, ia menyesali perbuatannya telah membunuh teman terdekatnya, Power. Tapi, nasi telah menjadi bubur sekarang. Ia memutuskan untuk membiarkan kesepuluh anaknya itu untuk hidup dengan tenang.
Tema: Medieval/Kerajaan
Everyone 13+ ~ Mengandung kekerasan, pembunuhan dan hal mistis/magic. Mohon kebijaksanaan pembaca untuk tidak ditiru, dan jika merasa tidak nyaman tolong jangan dilanjutkan
Cerita ini ane hentikan dulu, dilanjut kapan-kapan ya.
cek fiksi ane yang ongoing di storial.co
Sepatah Kata: Penulis hanyalah orang yg hobi buat cerita, jujur penulis masih pemula dalam dunia tulis-menulis. Cerita ini buatan penulis -aisenian-, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, dll, penulis mohon maaf karena itu tidak disengaja. Kritik, Saran, Pertanyaan, atau mau say hi dipersilahkan. Selamat membaca!
Beberapa chapter diwarnai
Fragmented Power
Abstrak:
Spoiler for Abstrak:
Kekuatan, 'inti' dari segala kekuatan di dunia. Sang kekuatan telah lama mati, namun ia meninggalkan warisan yang sangat berharga: fragmen dari dirinya. Sesaat sebelum ia mati, sang kekuatan membelah dirinya menjadi sepuluh bagian. Kesepuluh bagian itu mewarisi sebagian dari 'inti' sang kekuatan. Sang kekuatan telah tiada, namun kesepuluh 'anak-anak'nya masih tetap hidup. Inilah kisah dari sepuluh fragmen sang kekuatan - yang dikisahkan secara turun-temurun.
Backstory:
Spoiler for Backstory:
Pertarungan itu sangat hebat sampai-sampai tempat mereka bertarung porak-poranda. Tempat ini seharusnya adalah sebuah hutan yang lebat. Sekarang, bahkan rerumputan yang semestinya tumbuh di atas tanah pun lenyap.
Berbagai lubang bekas ledakkan menghiasi permukaan tanah yang gersang ini.
Di salah satu lubang yang dalamnya sekitar satu meter dan diameternya sekitar lima meter itu, seorang pria berambut merah berlutut lemah didepan lawannya.
Pria itulah yang bernama Power, sang kekuatan yang rumornya mampu menghancurkan sebuah kota dalam sekali serangan.
“Power, aku mengagumi kegigihanmu untuk bertahan hingga saat-saat terakhirmu.”
Lawan Poweradalah seorang pria yang mengenakan jubah hitam. Tangan kanannya menggenggam sebuah tombak setinggi tubuhnya yang berlumuran darah.
“Mungkin kau membunuhku, Sealer, tapi aku akan tetap hidup!”, gertak sang kekuatan, Power.
“Kau kira aku tak mengetahui usaha busukmu itu, Power?”, tanya si Sealer itu.
“Kau membagi dirimu menjadi sepuluh bagian—sampai-sampai kau yang sekarang melemah. Bahkan, lebih lemah dari seekor singa!”, lanjutnya.
Ucapan orang itu benar. Power, pada masa kejayaannya, berkali-kali lipat lebih kuat dari kondisi saat ini. Kalau bukan karena ia telah membagi dirinya, dia pasti sudah menang.
“Hufford, aku ini tidak akan menyuruh mereka membalasmu, tapi, aku akan menyuruh mereka untuk mengubah-mu.”, jelas Power sambil mencoba untuk berdiri.
“Mereka?”, ucap Hufford dengan nada yang membuat Power kesal. “Hmph kau lupa? Mereka itu sepersepuluh dari kekuatanmu, aku jelas akan membunuh mereka bahkan sebelum mereka bisa tumbuh.”, ancam Hufford.
Sambil memegangi luka di tubuhnya, Power yang berhasil berdiri mengatakan hal ini:
“Makanya, Hufford kawan lamaku, aku ada disini, untuk mencegah hal itu.”, jawab Power ‘singkat’.
Hufford terkejut karena Power masih bisa menggunakan kemampuannya. Sang kekuatan itu mencoba menyeretnya ke Void—sebuah ruang hampa yang sangat kosong.
Power menunjuk Hufford, namun, seolah tak terjadi apa-apa, Hufford hanya terdiam sambil mencoba memahami situasi ini.
“Sampai jumpa, kawan lama!”, ujar Power.
Void-style : Exilation
‘Serangan’ itu sisa-sisa tenaga terakhir sang kekuatan.
Saat ia-Power- sekarat dan perlahan mati, Hufford terdampar di sebuah ruang hitam kelam yang tidak terbatas—penuh dengan kekosongan.
Tadi itu adalah sebuah teleportasi.
Di Void itu, ia melihat kesepuluh fragmen dari Power, seolah sang kekuatan memang sengaja memperlihatkan mereka padanya. Fragmen demi fragmen ia perhatikan. Jumlahnya sepuluh. Mereka semua terlihat seperti simbol-simbol penuh makna, yang masing-masing mewakili satu ‘bagian inti’ dari Power.
Background Void yang tadinya berwarna hitam kelam tiba-tiba berubah menjadi keabu-abuan.
‘Ini… masa depan?’, gumam Hufford.
Dilihatnya, simbol-simbol itu perlahan tumbuh menjadi anak kecil, yang kemudian beranjak dewasa. Hufford melihat semua itu seolah itulah yang ia yakini akan terjadi di masa depan.
Salah satu dari sepuluh itu bernama Time, sang waktu.
Ia-lah yang terlihat paling tua diantara saudara-saudarinya yang lain. Di usia belianya, ia mewarisi kerajaan yang dulu milik ‘ayah’-nya. Dia mengubah nama kerajaannya menjadi namanya, Kingdom of Time. Dia mampu menggunakan waktu untuk apa saja – sesuai keinginannya – namun, tak pernah sekalipun ia berbuat kejahatan dengannya. Dia-lah yang membuat dirinya dan sembilan saudara-saudarinya ‘abadi’.
Berikutnya, seseorang yang sangat serius dalam segala hal. Dia membangun kerajaannya sendiri, setelah belajar dari Time, kakak laki-lakinya. Ia mampu menembus jarak jauh dengan waktu singkat, tapi gerakannya hanya seperti orang biasa pada umumnya. Ia berpindah menembus ruang dan waktu, menembus dimensi itu sendiri. Dialah sang penguasa dimensi, Dimen.
Selanjutnya Hufford melihat penguasa dari Void yang ditinggalinya, dan mengejutkan, nama yang ia miliki juga Void. Dia sangat dekat dengan saudara kembarnya Fate, sang nasib. Mereka memang serasi, Void yang penuh kekosongan dalam hatinya, dan Fate, seorang yang selalu optimis akan masa depan.
Dari sepuluh orang, Hufford hanya mengenali ada 3 orang perempuan - dan mereka masing-masing bernama Energy, Materia, dan Space. Energy sangat penuh dengan semangat dan energetik, sepertinya nama mereka berarti sangat dalam bagi sifat mereka juga. Space lah yang paling pintar diantara saudara-saudarinya, ia sering ditanya bila ada sesuatu yang 'aneh' dan tidak dimengerti oleh yang lain. Materia, dia sangat kuat. Sifatnya mencerminkan materi-materi yang ada di dunia, tapi ia sepertinya lebih menyukai elemen api diantara elemen lainnya.
Dua orang yang tidak menarik perhatian Hufford untuk diselidiki lebih lanjut ialah Memory dan Speed. Sepertinya dengan melihat namanya saja, Hufford sudah tahu siapa mereka itu.
Perhatiannya teralihkan oleh orang kesepuluh, sekaligus yang paling kuat diantara mereka. Orang ini dari sifatnya paling mirip dengan kawan lamanya, Power. Ia mulai teringat kenangannya dengan Power waktu mereka masih kecil. Selain wajahnya yang mirip, sifatnya dan kekuatannya juga. Hufford merasa bernostalgia melihat anak kecil itu tumbuh, namun, berbeda dengan masa kecil Power, tidak ada Hufford di masa kecil anak itu.
Sesaat, ia menyesali perbuatannya telah membunuh teman terdekatnya, Power. Tapi, nasi telah menjadi bubur sekarang. Ia memutuskan untuk membiarkan kesepuluh anaknya itu untuk hidup dengan tenang.
Diubah oleh aisenian 20-06-2019 13:03
tantarareview dan 16 lainnya memberi reputasi
17
9.4K
Kutip
78
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
aisenian
#23
Spoiler for 17 - Union {2}:
–
Centra, Kingdom of Time
Endless mengikuti Space berkeliling di istana Centra. Ruangan demi ruangan mereka masuki. Tak ada satu ruangan yang mereka masuki tanpa penjelasan dari Space tentang fungsi ruangan ini atau semacamnya. Istana ini sangat luas. Space bahkan memberi Endless kamar untuk beristirahat, tapi bukan sekarang.
Mereka masuk ke sebuah ruangan yang sebelumnya terkunci rapat. Space mengambil sesuatu dari tumpukkan senjata di ujung ruangan. Space menceritakan senjata di genggamannya, Rangepiercer, sebuah dagger ‘artefak’ yang mampu menembus ruang.
“Apa spellcaster sepertimu butuh senjata?”
“A-ah tidak, tidak perlu!”
“Kudengar para mage menggunakan tongkat”
“Kurasa itu benar... tapi aku sudah punya ini...”
Ice Shard. Sesuatu yang lebih berharga dari apapun di dunia ini bagiku.
Ia menunjukkan dagger yang terlihat seperti bongkahan es berwarna biru muda. Senjata magical yang di-infus elemen es ini terlihat sedikit bersinar.
“Apa itu dari Leviathan? Indah sekali”
“E-eh? I-iya”
“Maaf telah menyebut namanya, tapi aku lebih tua dari yang kau kira. Aku pernah bertemu dengannya, Leviathan, saat tingginya masih setara denganku!”
“Aku mengerti...”
Kemudian, tiba-tiba Space menoleh ke arah pintu.
“Apa terjadi sesuatu?”
“Ya.”
–
Portal baru saja lenyap setelah mengeluarkan lima orang, tepat di ruang singgasana.
“Hufh... hufh... kubunuh kau, MAVE!”, seru Dimen.
Ia terlihat sangat kelelahan, mungkin ini pertama kali ia menangani lima orang?, pikir Fate.
Dari lima orang, hanya Dimen dan Mave yang telentang lemah.
“Sial kau! Kenapa rasanya sakit sekali?”, keluh Mave.
Yah, aku ingat saat pertama kali melakukan ini. Kami terbiasa dengan ini, sih. Tunggu dulu... Fel?
“Aah! Kak!”, seru Enn.
Enn kemudian mengambil anak panah dan mulai membidik ke arah Fate—tepatnya di belakang badannya.
“Dimen! Dimana ini?!”, tanya Fate
Ia bersiap dengan shortsword kembar miliknya setelah berbalik dan melihat seekor naga—putih dan besar.
“Ruang singgasana—apa?!”
Dimen beranjak bangun dan mengambil senjatanya—sebuah katana.
“Enn, temb--”
“Berhenti, kalian!”
Suara yang familiar menyapa mereka. Walau ia tak yakin darimana asalnya, tapi Space langsung muncul di depannya. Tak diragukan lagi siapa pemlik suara itu.
“Jangan menyerang!”, lanjutnya.
“Seperti yang dikatakannya, turunkan senjata kalian!”, seru Mave
Serius?
Ia tak punya pilihan lain lagi. Kedua shortswordnya kembali ia simpan. Enn berhenti membidik dan begitupun Dimen. Mave kembali berdiri, membungkukkan badannya lalu meminta maaf.
“Kami sangat menyesal, mohon maaf--”
“Kau gila, huh?”
Mave meraih kepala Fate dan memaksanya untuk membungkuk. Mave mendekat ke telinganya, lalu membisikkan sesuatu.
“Apa--Tapi..”
Kemudian, terdengar suara pintu yang terbuka. Setelah suara helaan nafas, orang yang baru tiba itu mengatakan sesuatu.
“Dia itu Time--”, jelas Void.
“Bagaimana mungkin?!”, sela Dimen.
Space memberi sinyal dengan tangannya dan membuat mereka berhenti berdebat. Setelah keadaan cukup tenang, ia tersenyum dan berkata, “Nah, sekarang dia masih tidur”.
–
“Jelaskan ini, Space!”, perintah Dimen
“Tunggu dia bangun.”, jawab Space
“Lalu, kenapa dia menjadi naga?!”, tanya Fate
“Tunggu dia bangun.”, jawab Space
“Tapi, kenapa--”
“Tunggu s a j a”
Tak lama kemudian, naga putih itu bergerak, menaikkan kepalanya, lalu matanya terbuka.
“Ada apa?”, tanya naga itu.
Suara ini milik Time. Space benar-benar serius, huh?
“Ini sulit dipercaya...”, ucap Fate
“Buktikan kalau kau benar Time!”, seru Dimen
“Hm.. Aku tidak bisa. Tapi temanmu, Memory, bisa.”, jawab naga itu.
“Dia belum kembali, huh?”, tanya Fate
“Hei. Aku lupa nama kalian. Bisa kalian--”, ucap naga itu
“Enn, berhenti bersembunyi dibelakangku!”, sela Paradox
“Ta-tapi..”, ucap Enn
“Kau juga! Kenapa?!”, tanya Paradox
“Entahlah, kau kan kuat.”, jawab Void
Mungkin naga itu terlihat menyeramkan...
“Kak! Sepertinya ada naga lain yang kesini!”, seru Space
“Jangan diserang”, balas naga itu.
Hewan lain yang berwarna putih seputih salju—sebuah wyvern—masuk ke ruangan melalui lubang besar di langit-langit. Di punggungnya ada tiga orang yang sangat familiar.
Mat! Speed! Mem! Apa yang?!
Sesaat setelah wyvern putih itu mendarat, ia memberi hormat dengan merendahkan kepalanya. Ketiga orang di punggungnya pun ikut turun.
“Apa ini, reuni?!”, tanya Speed
“Naga kemarin!”, seru Memory
“Ada perlu apa, wyvern?”, ucap naga putih itu menyela mereka.
Wyvern itu mengangguk, dan mulai berbicara.
“Salam, High Dragon. Aku membawa pesan untuk perang”
Perang?! Disini?!, pikir Fate
“Walau begitu, kami belum begitu yakin”, lanjut wyvern itu.
“Sebaiknya, kalian jangan ikut perang ini.”, balas sang naga putih.
“Katakan pada kawan-kawanmu untuk bersembunyi”, lanjutnya.
“Sesuai harapanmu, tuan. Adakah pesan tambahan?”, tanya wyvern itu.
“Hm.. Jangan mati.”
“Aku mengerti. Kalau begitu, permisi.”
Setelah memberi penghormatan, wyvern itu langsung pergi lewat jalan yang sama saat ia masuk.
“Ada apa dengannya? Apa dia berkuasa disini?”, bisik Dimen
“Dia Time. Sudah biasa, bukan?”, balas Void
“Mana buktinya?!”
“Kita akan membicarakan masalah kita setelah mereka pergi”, ucap naga itu.
Mave lalu berkata, “Ah! Aku juga datang membawa pesan perang, yang mulia.”
“Mave!”, seru Fate. Dia percaya?!
“Dilihat dari sebelumnya, sepertinya anda tidak akan ikut dalam perang ini”, lanjut Mave
“Satu hal yang pasti. Aku tidak ada di sisi Twilight Alliance”
“Jadi begitu... aku permisi.”
Mave pergi. Wajahnya terlihat kesal.
Dan dia pergi begitu saja?!, pikir Fate
“Nah, satu orang lagi. Nona disana?”, tanya naga itu
“E-e-aku hanya mencari perlindungan”, jawab Fel
“Yah, baiklah... Aku perkenalkan diriku dulu, namaku Aeon, pemilik fragmen Time.”
“…”
–
Sembilan orang ‘adik’ Time termasuk Space berdiskusi di ruangan yang berbeda. Tujuannya agar Time tidak mampu mendengar mereka.
“Kalian tak percaya semudah itu, kan?”, tanya Dimen
“Entahlah, tapi sepertinya suaranya mirip”, jawab Void
“Oh iya, Memory, bisa kau pulihkan ingatan kak Time?”, tanya Space
“Aku ingin, Space, kalau aku tahu caranya.”, jawab Memory.
“Kau tanya dia, Space. Caranya.”, ucap Dimen
“Dia bilang tak tahu caranya”, jawab Space
“Kau benar-benar percaya dia itu Time, kakakmu?! Apa alasanmu hanya dari suara?”, tanya Paradox
“Tentu saja—tidak. Aku pernah melihat wujud naganya ketika kita masih kecil dulu”, ucap Space.
“Aku tak pernah terpikir jika akan ada rahasia sebesar ini ”, ucap Materia
“Soal itu… kalian melihatnya juga dulu. Ketika masih anak-anak”, balas Space.
“Itu sudah lama sekali. Mem, kau ingat?”, tanya Speed
“Sepertinya aku ingat. Aku selalu curiga kalau ada seekor naga di tempat ini.”, jawab Mem.
“Lalu? Kalian percaya sekarang?”, tanya Space
“Bagaimana bisa seekor naga menadi manusia?!”, tanya Fate
“Terbalik, Fate”, ucap Void
“Kak! Kenapa tidak kita minta untuk dia kembali menjadi manusia?”, tanya Enn.
“Dia bilang akan melakukannya minggu depan”, jawab Space
“Selama itu?! Bagaimana kalau kita mat--”, ucap Dimen
“Itu tidak mungkin. Kalian bisa percaya padaku”, ucap Space
“Kalau kami percaya, kami tidak akan begini!!”, seru Dimen
“Terserah.”, balas Space
Suasana hening sejenak. Lalu, seseorang kembali berbicara.
“Aku punya ide.”, ucap Fate
–
0
Kutip
Balas