egalucuAvatar border
TS
egalucu
ReTread
Warning ! : Saya jadikan satu Treadmya karena saya baru tahu kalau mau lanjut tinggal di reply. Dan untuk cerita sebelumnya sama sekali gak bisa di apa-apain. Kayak kekunci gitu. Maklumlah newbie. Gaptek tingkat atas. emoticon-Cape deeehh


Quote:



emoticon-Cape deeehh

emoticon-I Love Kaskus






Bagian I
Mayat di Tengah Keramaian




Quote:




Hari Selasa dengan tanggal dan tahun yang tidak perlu dipikirkan, ditemukan sebuah mayat di taman kota. Kejadian itu baru disadari setelah selesai dilepaskannya ratusan balon warna warni ditengah kota, awalnya orang-orang berpikir ia tertidur tapi saat dilihat lebih jelas. semua orang terkejut dan keheranan, bagaimana bisa dalam keadaan ramai itu si pembunuh bisa membunuh seorang pemuda tampan yang sayanganya seorang bujangan sejak lahir itu? Sudah jomblo mati pula, belum pernah dapat ciuman hangat seorang wanita. Kasihan. Tapi jangan pikirkan itu! Pikirkan bagaimana caranya dia mati? Dia ditusuk dari belakang. Sejak itu aku yakin kalau pembunuhnya adalah teman dekatnya yang sudah sangat benci dengannya tapi dia hanya berani mengumbar kebenciannya dari belakang, itu yang membuat ia menusuk temannya itu dari belakang.

Kenapa aku bisa membuat kesimpulan seperti itu? Karena aku menggunakan sistem penyelikikan yang aku beri nama imajinator scenary. Aku hanya perlu melihat dan mengetahui apa yang terjadi kemudian memikirkan semua segmen dan tahap-tahap kejadian itu hanya dengan menghayalkannya saja. Bingung dari mana aku dapat informasi? Tentu aku mendapatkannya dari rekan kerjaku, Andika. Dia ibarat seorang penulis buku yang bukunya akan segera difilmkan, akulah yang harus membuat naskah untuk film itu. Jadi aku harus membaca informasi yang diibaratkan sebagai buku supaya skenario yang kubuat tidak melenceng dari apa yang terjadi pada buku itu.

"Ega, ini sudah kasus ke 10, jika kali ini gagal aku tidak bisa melanjutkan." Kata Andika rekanku.

"Ayolah rekan, kita harus berusaha lebih keras untuk memecahkan kasus ini." Kataku memberinya semangat.

"Aku sudah berusaha memberimu informasi akurat. Tapi kau hanya menggunakan informasi itu untuk kau hayalkan."

"Tapi itu sudah fakta. Temannya yang bernama Riko itu pasti pembunuhnya."

"Tidak, Riko ada di tempat kerja pada hari itu."

"Tapi kau tidak melihat jadwal kerjanya bukan?"

"Apa, jangan-jangan."

"Menurut jadwal. Hari selasa itu ia masuk pagi pukul 8 pagi dan mendapatkan jam istirahat pada pukul 1 siang. Itu membuat sebuah keanehan."

"Keanehan apa?"

"Iya, normalnya seorang yang bekerja direstoran swasta rata-rata hanya mendapat jatah makan siang yang sekaligus menjadi jam istirahat mereka. Kemudian dia tiba-tiba mengalami sakit perut. Saat kesempatan itulah, jarak tempat ia bekerja dengan taman kota tidak terlalu jauh."

"Tapi rekan kerjanya mengatakan dia sudah seperti itu selama hampir 1 minggu."

"Tepat disaat hubungan antara Riko dan si korban itu renggang. Kau tahu kalau Riko juga masih Jomblo?"

"Tidak."

"Harusnya kau tanyakan. Baiklah, kemudian disaat itu ia membawa pisau kecil lalu tepat menusuk bagian titik dimana korban tidak bisa mengeluarkan suara. Aku tidak tahu apa itu."

"Kemudia ia kembali bekerja dengan senyuman bahagianya yang ia sebar ke tamu-tamu yang makan di restorannya? Begitu!"

"Tidak juga. Saat itu ia terhenti ketika ada sebuah ratusan balon yang diterbangkan kemudian kembali seperti yang kau katakan tadi."

Saat itu juga aku langsung diseret ke kantor polisi oleh Andika. Aku dipaksa menjelaskan kembali apa yang baru saja aku ceritakan. Agak merepotkan harus mengulang sesuatu yang baru saja dilakukan. Akan tetapi setelah aku ceritakan secara rinci mereka langsung percaya. Tak lama kemudian pasukan polisis dikerahkan. Puluhan polisi pun langsung mengepung Riko dan langsung membawanya ke kantor polisi. Ia langsung diintrogasi di ruang khusus dengan aku dan Andika disebelah polisi yang mengintrogasinya.

"Apa benar Anda teman korban?" Tanya Pak polisi.

"Benar." Jawab Riko dengan ekspresi wajah yang terlihat terpaksa.

"Apa benar Anda membunuh korban?"

"Tidak."

"Kalau begitu, dimana Anda saat kejadian?"

"Di tempat saja bekerja."

"Di mana? Apakah ditaman kota atau di Amerika?" Tanyaku mencela si polisi yang hendak menyodorkan pertanyaan.

"Ya di Taman Kota lah! Muke gile gue mau bunuh dia ke Amerika. Lagian dia cuma modal tampan doang! Jijik gue lama-lama sama dia. Masak gue udah susah payah deketin gebetan gue dia malah dengan gampangnya langsung nembak gebetan gue! Asal kalian tahu, minggu lalu, adalah minggu dimana gue mau nembak si doi, tapi apa? Gue ditikung! Mending dia gue bunuh supaya gak jadi beban untuk orang lain!" Kata Riko ngegas.

"Terbukti kan pak." Kataku.

"Astaga dragon! Ngapain gue keceplosan."

"Anda dinyatakan bersalah! Dan untuk saudara Ega dan Saudara Andika. Terima kasih atas bantuan dan ide yang out of the box dari kalian."

"Itu hanya sebagian kecil dari rencana Tuhan pak."

"Jadi itu rencana besar kalian?" Tanya Pak Polisi.

"Ya ampun pak, kalau ini aja rencana Tuhan yang kecil buat, gimana rencana kita? Ya maksudnya ini tidak akan bisa kita perbuat jika Tuhan tidak ada disisi kita." Jawabku.

"Ya habisnya kamu bilang rencana kecil dari Tuhan."

"Ahh malas ngomong sama bapak, rasis."

Ya, begitulah pada akhirnya Riko dinyatakan bersalah dan dihukum sesuai undang-undang. Meski ini menjadi sebuah awal keberhasilan kami. Andika harus pergi ke Jepang untuk meneruskan impiannya sebagai bintang porno.... ehhh maksudnya lanjut kuliah disana. Jurusannya sih aku tidak begitu tahu. Tapi aku harap bukan jurus ninja. Kehidupanku dimulai dari awal kembali, sendiri tanpa ada yang menemani. Akan tetapi dari sinilah semuanya berawal, dimana ada sebuah rencana besar, pasti terdapat masalah yang besar juga. Itulah satu hal yang aku yakini meski aku tidak tahu sama sekali bagaimana cara mengartikannya.




satu hal penting yang manjadi sebuah pertanyan.

1. Siapakah nama korban?
2. Kenapa Ega bisa tahu jadwal kerja Riko?
3. Kasus ini sukses, tapi kenapa Andika tetap pergi?

Jawaban itu, gunakan imajinasi kalian untuk menjawabnya.
Diubah oleh egalucu 29-04-2019 13:50
rinandya
cattleyaonly
defriansah
defriansah dan 4 lainnya memberi reputasi
5
4.3K
26
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
egalucuAvatar border
TS
egalucu
#1
Bagian II 
Teka-Teki




Bulan Mei, waktu dimana semua yang sedang sibuk mengejar pendidikan melepas penat dengan liburan selama 1 bulan. Tidak denganku yang sudah lulus. Aku mendapatkan surat dari Jepang yang dikirim oleh Andika.

Quote:


Aku mulai berpikir tentang teman..........

Quote:



Itu baru sebagian kecil dari teman-teman yang aku ingat. Mungkin karena terakhir kali aku bertemu mereka sudah lama sekali. Kira-kira, apa yang terjadi ya? Aku berniat menyelidiki ini. Aku memiliki firasat bahwa Adi dan Ulan menikah tanpa mengundangku. Ini benar-benar biadab dan sangat sadis. Memangnya sebanyak apa aku bisa menghabiskan makanan di hari pernikahannya? Aku memiliki niat untuk mengundang mereka untuk datang ke sebuah vila pribadi milik teman lama yang sangat jarang aku temui, lebih tepatnya tidak pernah.

Aku pergi ke rumahnya yang tidak jauh dari lokasi vila itu, entah kenapa dia baik sekali denganku dan mau menjamuku selayaknya tamu yang sangat dihormati.

"Sudah lama kau tidak datang kemari Ega." Kata temannku bernama Yuga.

"Iya, itu karena aku tidak pernah kemari." Jawabku.

"Benar juga. Lalu angin apa yang membawamu kemari?"

"Aku ingin meminjam vilamu untuk acaraku bersama teman-temanku."

"Teman? Kau punya teman selain si Informanmu itu?"

"Andika."

"Ya, Andika. Aku tidak menyangka kau akan melakukan hal semacam ini."

"Yaaaaaa... aku hanya ingin tahu kabar temanku itu saja."

"Baiklah, jika memang begitu. Kau sebutkan tanggalnya, kapan saja. Kau panggil aku maka vila itu menjadi milikmu. Tapi tidak untuk selamanya."

"Wow, ini terlalu berlebihan. Apa tidak terlalu berat, permintaanku ini?"

"Tenang saja. Aku tidak memberikanmu dengan percuma." 

"Berapa yang kau inginkan?"

"Aku tidak butuh uangmu, tapi kerja sama. Aku membutuhkan seorang detektif unik sepertimu. Kau akan aku sewa. Dan, selamat tinggal pekerjaan membosankan. Kau akan menjalani penyelidikan kelas atas."

"Berikan aku waktu berpikir."

"Jika kau tidak mau tidak masalah, kau masih bisa memiliki vila itu gratis tanpa syarat."

"Apa kau yakin tidak mau apa-apa dariku. Maksudku tidak untuk permintaan yang pertama."

"Aku tahu kau belum siap untuk keluar dari zona nyamanmu. Akan tetapi, suatu saat kau akan bangun dari kursi kerjamudan kau akan melakukan hal yang sangat mengejutkan."

"Baiklah. Terima kasih, aku akan berdiskusi dengan teman-temanku, kapan mereka bisa, jika sudah. Aku akan mengabarimu. Sebelumnya terima kasih.

"Tidak, Jangan ucapkan terima kasih sebelum kau bertemu dengan teman-temanmu untuk bersenang-senang."


Saat itu aku menghubungi teman-temanku untuk datang ke vila milik Yuga. Mereka semua sepakat dan mau ikut akan tetapi dengan waktu yang tidak bersamaan. Ada yang datang pagi, ada yang siang, bahkan ada yang malam. Kutunggu dari pagi sampai menjelang siang, teman-temanku belum ada yang kunjung datang. Akhirnya aku memilih untuk tidur karena pikirku mungkin mereka akan tiba sorenya. Aku terbangun pukul 19:01 saat aku mengecek ponsel banyak sekali pesan yang masuk yang menyatakan kalau mereka semua batal datang karena ada urusan mendadak dengan pekerjaan mereka. 

Aku pergi dari vila itu dengan perasaan yang agak kecewa dan memilih untuk pulang kerumah. Setibanya dirumah aku mendapati sebuah surat yang berisikan sebuah undangan untuk reuni di almamaterku dulu. Murungku seketika berhenti menjadi riang dan tak sabar menunggu hari esok.

Quote:Siapa sangka kehidupan akan menjadi seperti ini. Ternyata sangat sulit untuk menjadi orang yang tidak mau membuka dirinya untuk orang lain. Orang yang seperti itu niasanya akan lebih banyak mendengar semua tangisan dari orang di dekatnya. Tapi jauh dalam dirinya, ia membutuhkan pertolongan batin.

19 Mei, pagi 06:09 diriku sangat lebih dari kata siap untuk menjalani hari ini. Banyak yang mengatakan cuaca hari ini tidak bersahabat tapi masa bodoh dengan cuaca, mereka memang tidak berniat untuk beteman dengan kita. Tepat pada pukul 07:01 aku sudah berada di gerbang sekolah dimana seorang penjaga sekolah bernama Pak Sekuriti sedang duduk santai samnil minum segelas kopi ditemani sebungkus gorengan.

"Wihhh, pagi-pagi udah datang Si Tuan Detektif."

"Kok tahu?" Tanyaku.

"Kan ada beritanya di TV. Seorang detektif muda berhasil mengungkap kasus pembunuhan hanya bermodal imajinasi."

"Imajinator Scenery atau Imajimator Scenario." 

"Iya, itu. Ehh ada pesan dari Pak Ricki, katanya kalau Ega dateng suruh ke ruang guru."

"Ohh, ok pak, itu gorengan kayaknya ada ote-ote sama godoh sela tuh."

"Ohh, mau? Nih, pilih yang mana." 

"Ote-ote aja. Suksma ya."

"Ok!"

Aku langsung ke ruang guru dan menemui Pak Ricki yang kebetulan pada saat itu hanya beliau seorang yang ada di sana.

"Selamat pagi Pak." Sapaku.

"Pagi, duduk dulu. Habisin gorenganmu cepat." Pinta Pak Ricki.

"Ada apa pak?"

"Ini, kmu lihat kedua foto itu." Pak Ricki menunjukan foto sebuah gudang tua di belakang sekolah, tempat menyimpan peralatan olahraga. Dan selang air di halaman sekolah.

"Gudang dan selang."

"Kmu gak nemu keganjilan?" 

"Berikan informasi akurat pak, kalo cuma seperti ini saya tidak bisa melakukan apa-apa."

"Pintar, seberannya foto ini gak ada hubungannya sama masalah ini. Tapi dua tempat itu yang ada hubungannya."

"Apa?"

"Pagi hari gudang olahraga lantainya selalu basah. Tapi anehnya siangnya itu kering, seharusnya siang itu gudangnya basah, soalnya pak Garden, tukang kebun sekolah kita nyiramnya siang sama sore. Dan paginya, selang itu berantakan."

"Simpel saja, Pak Garden menyiram di sore hari, itu ia lakukan sebelum anak voli dateng buat cuci boleh mereka di deket gudang pake selang taman. Jadinya basah. Bapak sendiri tahu kalau gudang itu gimana bawahanya, ditambah lembab dan gelap, air jadi sulit hilang terkecuali kena teriknya matahari siang."

Pak Ricki kagum, semua perntataan yang aku sodorkan benar semua. Tentu saja, mengingat aku sekolah disini selama 3 tahun. Jadi gerak-gerik sifat dan perilaku orang-orang yang ada di sekolah ini aku ketahui dengan jelas.

"Apa hanya itu yang Bapak mau tanya sampai-sampai manggil saya ke sini?"

"Ternyata benar, detektif itu kamu. Hebat."

"Terima kasih, tapi pak. Jujur dibefita itu adalah kasus pertama yanvg berhasil saya ungkap dari 10 kasus yang 9 diantaranya gagal."

"Yang penting, tidak ada kata menyerah. Lanjutkan ide gilamu itu."

"Kanapa Bapak mendukung saya sedangkan yang lain menertawakan saya?" 

"Itu akan menjado teka-teki yang harus kamu pecahkan. Sana ke Aula, teman-temanmu pasti udah ada di sana."

Aku pun berjalan menuju Aula melewati koridor pendek, ketika hendak membuka pintu Aula aku di sapa oleh seorang teman sekelasku bernama Dharma. 

"Woy Jomblo abadi, udah jadi detektif dia." Sapa si kampret Dharma.

"Woy, kang gantung, sukses pantinya?"

"Sukses dong! Sorry, kanh tikung udah finish. Sekarang aku udah ada cewek. Itu si Shiio, Shiio-chan."

"Iya, apa kabaru Ega." Sapa si Shiio.

"Kok dia kenal?" 

"Detekfif Fenomenaru, pasti akan terkenaru."

"Hai, Arigatugozaimbak."

"Lawak terus!"

"Dimana lho nemu dia?" 

"Di Jepang, panjang ceritanya yaudah. Ayo masuk, kita cari si Kampret lagi satu."

Kami pun masuk akan tetapi yang hadir hampi tidak memenuhi seisi Aula sekolah. Hanya 30 orang saja yang mengisi kursi.

"Sibuk sekali ya kayaknya." Kata Dharma.

"Apa informasinya gak jelas ya?" Kataku.

Aku duduk dan melihat teman-temanku yang waktu itu aku ajak ke Vila tapi mereka tampak sibuk dengan telepon mereka, ada yang mengetik menelpon bahkan ada yang sampai meninggalkan ruang Aula. 

Acara Reuni membosankan ini pun berakhir, Dharma juga tidak bisa lama-lama berada di sekolah karena harus kembali ke panti untuk menyambut seorang tamu. Aku pun pergi menjumpai satu orang yang masih belum pulang. Dia adalah Wowok yang masih berbicara lewat telepon bersama seseorang. Kelihatannya ia sangat cemas dan kesal.

Saat ia menutup pembicaraan aku langsung menepuk pundaknya dan menyapanya. 

"Woy! Yang udah jadi manager Hotel sibuk benar!"

"Eh Ega, apa kabar? Maaf ya aku gak bisa ikut ke Vila, parah sekali masalah di hotel soalnya."

"Masalah kenapa?"

"Barang-barang tamu banyak yang hilang, tapi gak tahu siapa pelakunya."

"Kasus baru. Apa boleh aku yang menangani kasus ini?"

"Yakin bisa?"

"Dengan Egality yang kumiliki pasti bisa."

"Egality?"

"Ega dan My Ability."

"Ok kalo emang kamu mau, kapan kamu siap?"

"Sekarang." 

Tanpa pikir panjang kasus baru langsung aku terobos. Masalah dan sebuah teka-teki baru menungguku di sebuah hotel mewah. Kira-kira, tanpa Andika apakah aku akan bisa?



Dalam cerita ini kembali muncul teka-teki.

1. Siapa sebenarnya Pak Ricki?
2. Si Kampret siapa yang di katakan Dharma?
3. Kenapa judul dari cerita bagian ini Teka-teki? Padahal kasus saja baru diterima Ega di bagian akhir cerita?

Lampaui imajinasimu, dan jawablah!!!!
0