Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Puputhw199Avatar border
TS
Puputhw199
Hello, Good Bye Bae___a novel by Puputhw


Blurb:

Baskara dan Erica tidak berteman, bukan juga mantan pacar, mantan gebetan apalagi pacaran. Mereka hanya dua orang yang terpaksa saling mengenal karena rumah mereka berseberangan dan orang tua mereka berteman.

Lalu, apakah mereka saling membenci? Sepertinya tidak.

Karena kata orang, benci bisa jadi cinta. Baik Erica maupun Baskara tidak ingin itu terjadi, cukup hubungannya seperti ini. Pura-pura akur di depan orang tua mereka, dan kembali ke sikap yang seharusnya setelah itu.

Percaya atau tidak Erica itu paling muak dengan sifat Baskara yang suka gonta ganti cewek. Mungkin hampir sebagian cewek di sekolahnya adalah mantan Baskara. Cowok itu juga paling bisa memancing emosi Erica, ikut campur urusannya, dan sok tahu tentang kehidupannya.

Dan menurut Baskara, Eri itu munafik. Bilangnya sudah move on tapi kalau lihat mantan udah kayak lihat setan. Juteknya kebangetan dan emosinya suka keterlaluan.

Tapi biar bagaimanapun sebagai tetangga mereka tidak bisa untuk tidak saling peduli ketika salah satu sedang terluka. Sekarang mungkin mereka hanya sebatas kepedulian tetangga entah nantinya.
Diubah oleh Puputhw199 04-10-2022 02:25
capt.dragunov
lexia.ann
puputherowat875
puputherowat875 dan 18 lainnya memberi reputasi
19
4.1K
33
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
Puputhw199Avatar border
TS
Puputhw199
#5
BAGIAN TIGA
BAGIAN #3 | Pesona Mantan

“Pelan-pelan tapi terus melupakan lebih baik daripada terburu-buru tapi banyak berhenti.”

-Out Of The Blue-


Pagi ini, selasa minggu pertama dibulan Februari matahari bersinar cerah di atas sana. Mungkin hampir semua orang tahu bahwa sinar matahari pagi sangat baik untuk kesehatan karena mengandung vitamin D yang sangat penting untuk penyerapan kalsium dan fosfor, membantu pertumbuhan tulang dan gigi, serta membuat tubuh tahan terhadap penyakit tertentu.

Iya Erica juga sangat tahu akan hal itu, tapi tetap saja menurut perempuan memakai seragam olahraga itu sinar matahari yang bertengger sangat cerah pagi ini seolah mengejek Erica yang tidak suka panas-panasan. Selain itu, Erica juga tidak menyukai mata pelajaran olahraga.

Entahlah, kenapa Erica tidak menyukai mata pelajaran olahraga, mungkin karena ia tidak ada bakat dibidang itu. Olahraga lari, setengah putaran saja sudah ngos-ngosan. Senam lantai, Erica punya kenangan buruk sejak sekolah dasar dengan roll depan, roll belakang, kayang dan kawan-kawan, hampir saja tulangnya patah karena salah gerakan. Olahraga dengan bola, Erica sudah panik duluan kena lemparan bola. Satu-satunya olahraga yang Erica bisa adalah renang, ya meskipun tidak jago-jago sekali tapi paling tidak ada yang ia bisa.

Alhasil disaat teman-teman sekelasnya begitu antusias mencoba mempraktekkan cara servis bola voli yang benar sesuai dengan apa yang didemokan Pak Alan—guru olah raga. Erica memilih duduk di bangku panjang di bawah pohon mangga dekat pinggir lapangan. Menonton teman sebangkunya yang kelihatan begitu semangat mencoba servis atas dan servis bawah berkali-kali, sebanyak berkali-kali pula perempuan itu melakukan gerakan yang salah.

“Sya, ya ampun, bukan gitu caranya,” greget Renald mengacak rambutnya, laki-laki itu menyesal mengiyakan saat Tisya meminta bantuannya untuk mengajarinya.

Disisi lain, Erica memutar bola matanya melihat Tisya yang diam-diam tergigik geli, you know lah the power of modus. Kapan lagi bisa sedekat itu dengan ketua pramuka yang kalau senyum kelewatan manisnya. Renald kembali berbicara sembari membenarkan posisi badan dan cara Tisya memegang bola. “Lo perhatikan baik-baik, ini terakhir dan gue nggak mau lagi ngulangin.”

“Iya Ren, gue perhatiin,” balas Tisya tersenyum—senyum puas.

“Kaki kiri maju selangkah, bola lo pegang ditangan kiri terus arahkan ke depan. Tangan kanan mengepal, kemudia ayun ke belakang. Terus setelah itu, lambungkan bola ke atas dan tangan kanan lo ayunkan ke depan. Pukul tepat pada bagian bawah bola. Keluarin semua tenaga lo, supaya pukulan lo keras. Paham?”

“Paham dong.”

“Yaudah coba.”

Ketika sudah siap pada posisinya. Tisya... “Eh tapi kalau boleh tahu, ini servis atas apa bawah?”

“Ya Tuhan! Tadi lo bilang paham,” Renald benar-benar sudah habis kesabaran. “Bodoamat! Serah lu mau servis atas, servis bawah apa servis motor sekalian, gue mau ke kantin,” katanya sebelum benar-benar pergi meninggalkan lapangan.

Tisya tergelak, perempuan itu sukses mengerjai ketua pramuka yang katanya hampir diidolakan sebagian siswi perempuan di SMA Belia. Walaupun pesonanya masih di bawah Bintang, anak XI IPA-1 yang gantengnya nggak bisa dijabarkan tapi sifatnya bikin cewek-cewek mikir jutaan kali untuk menarik perhatian laki-laki itu. Dan ya, tentu saja sifat dan pembawaan Renald menjadi point plus.

Tak berapa lama, Tisya ikut menyingkir dari lapangan dan menemukan Erica yang tengah duduk melamun menatap satu titik di lapangan futsal sana. Kebetulan jadwal olah raga XI-IPS 2 berbarengan dengan XI-IPA 5, tentu saja dengan guru olah raga yang berbeda. Tisya mendengus kesal, lalu dengan entengnya perempuan berkuncir satu itu melempar bola voli di tangannya ke arah Erica. Dan...

Bugh!Tepat mengenai kaki Erica. Lemparan Tisya tidak kencang, namun cukup membuat Erica terkejut dan mengaduh. “Eh, Tisna! Ngeselin banget, sih, lo?!”

“Ya abisnya ngeliatin mantan gitu amat, untung nggak sampai ngeces,” balas Tisya sambil mengibaskan rambut kuncir kudanya. “Emang benar, ya, kata orang. Kalau sudah jadi mantan pesonanya lebih keluar ketimbang pas masih jadian.”

Erica berdecak, selain tidak suka panas-panasan dan mata pelajaran olah raga, ia juga tidak suka dengan pembahasan yang satu ini. “Delapan planet, dua ratus lebih negara, tujuh milyar lebih manusia dan lo masih belum bisa move on dari satu manusia yang ninggalin lo demi cewek lain?” ujar Tisya setelah ikut duduk di samping Erica.

Tampaknya Erica memang benar-benar tidak mau lebih jauh membahas hal itu. Tampak dari perempuan itu yang memilih diam dan enggan menjawab. Handphone disaku celana Tisya bergetar, tanda ada pesan masuk. Ternyata ada notifikasi dari grup chat sekolahnya. Tisya membukanya.

“Eri,” panggil Tisya.

“Apa?” Erica menjawab dengan kearifan muka datar tanpa ekspresi. Dan kata keramat ‘apa’ tiap kali orang yang masuk kategori tidak bisa serius menurut Erica.

“Lo tahu nggak?”

“Gak.”

“Ish, dengerin dulu,” Tisya memastikan posisi duduknya sudah sangat dengat dengan Erica.

“Harus banget nempel-nempel begini?” Erica hendak menggeser pantatnya, namun kalah cepat dengan Tisya yang sigap menahan lengan Erica.

“Urgent!”

“Jangan bilang ini tentang kura-kura piaraan lo? Bodoamat Sya mau itu kura-kura mencret-mencret lagi atau mau mati sekalian, bodoamat!”

“Nauzubillah, amit-amit!” Tisya mengetuk-ketukkan tangannya ke bangku. “Bukan itu.”

“Terus?”

Tisya menyodorkan handphone-nya ke hadapan Erica. “Nih, lihat.”

“Apaan, Sya? Oppa-oppa Korea?”

“Ya Allah, Yas, diliat dulu napa.”

Akhirnya, Erica menuruti perintah Tisya, atau jika tidak maka selama seharian ini Erica bisa memastikan harinya suram.

Setelah melihat sekilas, Erica menaikkan sebelah alisnya. “Terus?”

“Lo masih tanya ‘terus’?” Tisya memutar bola matanya malas. Memang susah punya teman yang hatinya flat. “Gini, ya, Erica Fredeline—Ibu Waketos SMA Belia yang cantik tapi ngeselin. Lo sudah lihat, kan, itu screenshoot-an yang dishare di grup?”

“Udah. Terus?”

“Lo ngomong ‘terus’ sekali lagi dapat hadiah piring nih.” Tisya mengacak-acak rambutnya gemas. “Ya, itu, Baskara jadian sama Megan, adiknya Bintang. Bukannya teras terus teras terus.”

“Hubungannya sama gue apa?”

“Ya, gak ada hubungannya sama lo, gue cuma kasih tahu aja berita yang lagi hot banget dibicarain digrup.”

Erica menyentil dahi Tisya. “Mau dia pacaran sama Megan kek, pelepah pisang atau anak musang sekalipun. Gue gak PE-DU-LI!”

Tisya memanyunkan bibirnya seperti bebek. “Iya lah, lo mana peduli sama cowok lain. Orang yang lo tatap cuma mantan lo itu.” Kata Tisya menunjuk laki-laki yang saat itu sedang bertos ria karena berhasil mencetak point, dan memenangkan pertandingan. “Er, mantan itu kayak micin, kenangannya bikin gak sehat. Jadi jangan terlalu berlarut-larut, move on dong.”

Erica bangkit berdiri, berjalan memunggungi Tisya.

“Eh, lo mau ke mana?”

“Kemana aja asal gak ada lo.”

“Yah, kok gitu sih, terus Baskara gimana?”

“Paling juga besok putus,” gumam Erica pelan hampir seperti bisikan.

“Hah! Apa Er?” Tanpa menjawab pertanyaan Tisya, Erica terus melangkah sampai punggungnya tidak terlihat lagi di belokan koridor loker. Tisya mengelus-elus dagunya sok serius. “Yakali Baskara berani mainin hatinya Megan, bisa dikulitin hidup-hidup sama Bintang.”


BERSAMBUNG...



emoticon-Toast emoticon-Toast emoticon-Toast
Diubah oleh Puputhw199 03-02-2022 14:45
puputhw
lexia.ann
puputherowat875
puputherowat875 dan 7 lainnya memberi reputasi
8