robbyrhy
TS
robbyrhy
Dia, Andini (Romance Story)
Halo Semuanya, Kali ini saya mau memberikan sebuah cerita lagi nih. Tapi kali ini tentang Fiksi Remaja. School Romance gitu. Nah buat kalian yang penasaran bisa langsung di baca Prolognya ya.

Saya akan update cerita ini setiap hari, karena memang ceritanya sudah tamat dan tersimpan di Word dengan rapih. Jadi gak ada lagi yang namanya kentang di antara kita 😁😀.

JUDUL : Dia, Andini
GENRE : Romance


~~~💓💓💓💓💓~~~


Prolog




Bagaimanakah kalian menggambarkan hati seseorang yang sedang di mabuk asmara?

Apakah dengan tersenyum?

Apakah dengan tertawa?

atau, malah kalian menyembunyikan perasaan tersebut dengan terdiamdan mencurahkan semua itu lewat pena hitam, lalu di coretlah setiap lembaran kertas kosong, agar menjadi hidup dengan kisah kalian dengannya?

Memang sangat sulit, melihat perasaan seseorang hanya dengan lewat ekspresi atau tatapannya. Sama halnya seperti diriku, Aku sangat sulit melihat jawaban darinya. Ya, jawaban langsung dari bibir merah Andini. Siswi kelas IPA 2 yang baru saja ku tembak.

Rasa suka itu muncul saat pandangan pertama. Aku memang tidak terlalu akrab, tapi wajah serta sifatnya lah yang menarik sepotong hatiku untuk menyentuh sepotong hatinya lagi kepadanya.

Aku belum juga menerima jawaban darinya. Aku masih harus terus menunggu, sampai kapan ia mau menggantung perasaannya. Padahal aku sudah memberanikan diri untuk mengucap rasa suka dan juga cinta untuknya. Semua ini telah terjalin selama 1 tahun tat kala aku mulai mendekatinya. Semua pengorbanan, perjuangan, dan juga masalah selalu aku selesaikan bersamanya.

Aku-pun bingung ingin memulainya darimana........


Quote:

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
EPILOG - PILIHAN
Extra Part - True End

Quote:

Warning : Hak Cipta di lindungi oleh undang-undang.


Cast :



*Alvaro


*Andini


*Via


*Daniel


*Cayla

Happy Reading!
Diubah oleh robbyrhy 09-04-2019 11:54
Arsana277adindaper25bachtiar.78
bachtiar.78 dan 24 lainnya memberi reputasi
25
18.4K
98
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
robbyrhy
TS
robbyrhy
#48
Part 17

Via POV


“Iya nanti aku jemput ya…. kamu tunggu aja, aku masih di sekolah” Ucap Andre kepada seseorang lewat handphonenya.

Aku yang mendengar pembicaraan Andre via telepon sedikit tersentak mendengarnya.

“Aku ganggu gak dre?” Tanyaku secara tiba-tiba mengejutkan Andre yang baru saja menutup telpon miliknya.

Andre menoleh ke arahku, “Eh… Via, tidak kok. Tumben ada apa?” Jawab Andre dan balik bertanya.

Aku terdiam sejenak, mencari topik pembicaraan. Entah kenapa aku menajdi penasaran dengan seseorang yang baru saja Andre telepon.

“Ehmm… ak-aku cuma mau melanjutkan obrolan kita tadi pagi yang sempat terputus…” Ucapku membuka topik pembicaraan.

Andre tersenyum kepadaku, ekspresinya masih tidak berubah. Ia masih Andre yang ku kenal dulu. Lembut dan selalu tersenyum walau terkadang aku suka menjengkelkan. “Aduhh…. Via kenapa grogi gitu ngomongnya? gak biasanya kamu canggung?” Tanya Andre kembali.

Via menghela nafasnya, keringat keluar dari balik telapak tangannya, “Eh, siapa yang gerogi hehehe aku cuma takut mengganggu mu saja dre, oh iya Andre sudah punya pacar ya?” Celetuk ku. Entah kenapa bibirku rasanya sangat gatal jika tidak bertanya soal ini, apalagi mendengar ucapannya di telepon tadi. Kurasa Andre sudah move on dariku.

Andre kembali tersenyum, “Kok kamu jadi nanya pacar Vi? Iya aku sudah punya pacar… baru saja dia minta jemput. Pacarku manjanya sama deh kaya waktu kamu dulu… heheh” Andre tertawa lepas setelah menjawab pertanyaanku.

Aku hanya menyengir, menahan malu karena bertanya urusan pribadi padanya. Sudah lama juga aku tidak pernah kontakan dengan Andre. Sejak aku menolaknya dulu di depan ke dua orangtuanya. Aku memang terlalu sadis kepadanya, tapi entah kenapa Andre masih memperlakukanku sama seperti dulu. Tidak ada yang berubah sedikit pun. Dia masih perhatian dan juga lembut.

Aku pun hanya terdiam kaku mendengar jawaban Andre , entah aku ingin membahas apa lagi dengannya. Rasanya pikiran ku mentok sampai di situ.

“Kamu sudah makan?” Tanya Andre lagi membuka topik pembicaraan baru.

“Belum” Jawab ku seadanya.

Andre pun menaruh handphonenya, kemudian memegang pergelangan tanganku dengan tiba-tiba, “Ayo ke kantin.”

Aku tersentak, lalu refleks memegang kembali tangan Andre. Aku dan ia kini saling menatap. Tatapan Andre sangat hangat, mungkinkah Andre masih menyimpan perasaannya terhadapku? Atau memang sudah benar-benar hilang di gantikan oleh Wanita saat ini yang sedang berlabuh di hatinya?.

Aku hanya bisa bertanya-tanya di dalam hatiku, enggan untuk bertanya dan enggan untuk melakukan apapun. Aku juga tidak ada perasaan dengannya, sekarang di hatiku cuma ada (dia) seseorang yang aku nanti-nantikan juga memiliki perasaan yang sama terhadapku.

“Vi… ayo ke kantin?”

Aku kembali terkejut, “Oh iya…” Jawabku yang tebangun dari lamunanan yang telah menghanyutkan pikiranku saat itu.

Kami pun akhirnya ke Kantin. Sesampainya di sana aku dan Andre mencari meja, namun mataku tiba-tiba tersorot kepada Andini , Daniel , Cayla dan juga Alvaro. Aku sedikit bertanya-tanya, “Sejak kapan Cayla cewek tengil ikut gabung bersama mereka?” itulah yang ada di pikiranku kali ini. Aku semakin bingung, bergabung bersama mereka atau mecari meja lain dan duduk berdua dengan Andre saja.

Aku pun memiliki keputusan, rasa benciku terhadap Cayla sudah tidak bisa di toleransi lagi, akhirnya aku berusaha mamalingkan wajahku dari mereka, dan makan bersama Andre di meja yang lain.

“Via… ngeliatin Varo mulu, apa mau gabung di sana?” Tanya Andre tiba-tiba.

Aku kembali tersentak, “Eh, maaf dre aku jadi melamun… Ga usah lebih baik kita beda meja saja.” Jawabku.

Aku pun berjalan mencari meja namun, baru beberapa langkah kaki ku ini berjalan, tiba-tiba suara lelaki memanggil namaku.

“Via….. sini” Begitulah kiranya dia memanggilku. Aku tahu percis itu suara Varo, aku sangat hafal dengan suaranya.

Andre tertawa kecil, “Varo manggil-manggil noh… hehehe” Sunggut Andre.

Aku menghela berat, Niatku untuk tidak gabung di meja mereka terbatalkan dengan sekejap mata, hanya karena panggilan makhluk halus Varo.

Aku menoleh ke arahnya, mencoba memberikan senyuman dan menutupi keogahan. Aku dan Andre pun menghampiri mereka ber 4, sesampainya di meja mereka, tiba-tiba Cayla belaga baik kepadaku.

“Eh, Via… duduk sini kita makan sama-sama, aku tetaktir deh… sebagai penebus dosa.” Cetusnya dengan menepuk-nepuk bangku di sampingnya. Menyuruhku duduk di dekat dirinya.

Sontak saja aku terkejut, Ratu api bisa menjadi ratu air? Yang sikapnya jahat bak nenek lampir bisa berubah menjadi Bawang putih? aku mencoba mencium bau-bau ketidakberesan terhadapnya. Kaya Roy kiyoshi aja gue nyium-nyium. Manatap tajam ke arah Cayla dengan tatapan sinis yang ku berikan. Cayla terlihat tersenyum tanpa bersikap judes seperti biasanya.

“Ayo Vi…” Ajaknya lagi.

Aku tidak menjawab setiap omongannya setelah itu aku duduk di sampingnya. “Andre kamu duduk samping Daniel ya…” Perintahku kepada Andre. Setelah aku dan Andre bergabung bersama mereka, Andini dan Daniel pun langsung buka suara lebih dulu.

“Via… Cayla nanti malam mengajak kamu makan malam di rumahnya….” Ujar Andini.

“Iya… aku mau ajak kamu Vi, karena aku baru saja pindah ke rumah baru. Kamu mau kan?” Terusakan Cayla dengan mata yang berkerling seolah memohon kepadaku agar aku bisa ikut ke acara yang ia buat.

Aku bingung, “Aku gak bisa janji ya Cay, soalnya nanti malem aku mau ke rumah Andre ada urusan penting.” Jawabku memberikan alasan berbohong.

Andre sedikit terkejut, ia ingin buka suara dan menepis jawabanku. Namun karena melihat wajahku Andre mengerti bahwa diriku berusaha memberi alasan berbohong yang melibatkan dirinya.

“Cieeelah Via, baru ketemu mantan langsung jalan ya….” Celetuk Varo tiba-tiba.

Aku menahan malu, “Apa sih kamu Var…” Jawabku dengan pipi yang memerah padam.

Apakah Varo cemburu? Pikirku. Entah kenapa tiba-tiba Varo jadi meledekku seperti itu.

“Yahhh… aku harap kamu bisa datang ya, datang dengan Andre juga gak apa-apa kok.” Ajak Cayla semakin memaksa.

Aku hanya mengangguk seolah mengiyakan ajakannya, daripada harus terus memberi alasan yang tak jujur.

“Oh iya kenalin ini Andre, teman smpku.” Ucapku berusaha mengenali Andre kepada Daniel, Cayla , Andini dan juga Varo.

Setelah itu Mereka semua menyapa dan saling berjabat tangan, sementara Varo hanya tersenyum, “Kalo aku udah tau siapa kamu kan? hahhah jagain Via baik-baik dre.” Celetuk lagi Varo.

Kali ini Varo cukup membuatku agak sedikit kesal, “Apasih Varo, aku gak pacaran ya sama dia…. Andre udah punya pacar kok.” Jelasku kepadanya.

Andre tidak menjawab perkataanku, ia hanya mengiyakan dan  mangut-mangut sambil sedikit tersenyum.

“Aturan lo tuh, pacarin Via.” Cetus Daniel tiba-tiba. Masih dengan tatapan sinisnya entah kenapa hubungan Daniel dan Varo seperti tidak akur-akur. Aku pun tidak mengerti dengan masalah yang mereka alami.

“Maksud lo apa niel, Via itu sahabat gue.. pantang buat jadi pacar.” Jawab Varo di hadapan Andini, Via, Andre dan Cayla.

Mereka semua hanya terdiam bisu tanpa menjawab perkataan Varo. menurutku perkataan Varo kali ini cukup kejam kepadaku. Kenapa sahabat tidak bisa saling cinta? mereka kan juga manusia. Punya perasaan , punya hati. Memberi kepastian sedikit tidak masalah kan?  kenapa Varo terkesan menolakku karena aku sahabatnya? apa jika aku sudah bukan sahabatnya, Varo bisa mengetahui persaaanku. Hatiku hancur kala itu. Aku tidak tahu mau bicara apa lagi. Aku hanya bisa tertunduk menahan air mata yang ku bendung agar tidak jatuh.

“Iya kan Vi,” Varo kembali lagi bertanya.

Aku hanya mengagguk kecil, sambil tersenyum paksa. Andre yang ada di depanku tiba-tiba mentapku dengan dalam. sepertinya Andre tahu betul kalau aku sedang merasakan sakit hati.

Sementara Andini yang berada di sampingku sedikit curiga, “ Via kenapa tertunduk gini sih, gak jadi pesan makan?” Tanyanya serius.

Aku pun menoleh ke arah Andini, “Oh iya… kalian sudah pada makan ya?” Tanyaku balik.

Varo tiba-tiba menatapku tat kala aku menoleh ke arah Andini.

“Vi… aku mau nanya sebentar deh…” Ungkap Varo sambil bangun dari tempat duduknya.

Varo langsung menarik tanganku dan mengajakku pergi dari Kantin.

“Sebentar dulu ya… aku mau bicara sama Via.” Pekik Varo kepada Andre , Andini, Daniel dan juga Cayla. Setelah itu aku dan Varo pun berjalan keluar menuju taman.

Belum sampai di taman aku berhenti, “Varo… ada apa?” Teriak aku sambil berusaha melepas tangannya yang masih menggengam tanganku.

“Kamu aneh deh Var, aku kan mau pesan makan kenapa kau tarik-tarik aku?” Kesalku.

Varo menghela nafasnya, berusaha tenang, dengan tangannya yang terus menerus memegang kepalanya.

“Aku takut kamu nangis.” Ucap Varo dengan tatapan penuh perhatian.

“Maksud Varo?” Tanyaku lagi.

“Aku tahu… Aku tahu Vi, kamu lagi nahan air mata kan? aku bisa lihat dari matamu yang sudah sangat merah. Hanya dengan hitungan menit… kamu pasti akan menangis, aku tahu itu.” Jelas Varo.

Aku masih terdiam, enggan untuk bicara dan hanya bisa menatapnya. Entah kenapa Varo tahu tentang perasaan hatiku yang sedang sakit karena omongannya. Entah kenapa dia juga tahu kalo aku menahan air mataku agar tidak tumpah.

Tanpa basa-basi tiba-tiba Varo memelukku, pelukannya begitu erat, aku mendapatkan ketenangan kali ini. Rasa sakit hatiku seperti terobati hanya karena pelukan yang ia berikan. Daguku menempel erat pada bahunya.

“Kalau kamu mau nangis, nangislah sekarang… Jangan pernah permalukan dirimu di depan anak-anak. Aku sangat takut kalo kamu menangis di depan mereka. Aku tidak mau, mereka tahu akan kesedihan yang sedang kamu rasakan.” Ucap Varo sambil mengelus pelan pundakku.

Kata-kata Varo sangat dalam, air mataku pun tumpah di bahunya.

“Makasih atas pengertiannya Varo sama Via…” kata-kata itu terlontar begitu saja dari bibirku.

“Siapa yang membuat mu menangis vi? beritahu kepadaku? apa Cayla atau Andre atau Daniel?” Varo kambali bertanya setelah itu melepaskan pelukannya.

Aku tidak bisa manjawab pertanyaannya kali ini, karena yang membuat ku menangis bukanlah mereka melainkan kamu sendiri, Alvaro.

Varo mentap wajahku dalam-dalam, ia mengambil sesuatu dari kantung celananya, “Usap dulu air matamu, baru kita kesana lagi.” Pintanya, sambil memberiku sebuah tissue.

“Kali ini aku membawa tissue, jadi kamu bisa mengusap air matamu.” Ledeknya.

“memang kenapa? Varo sekarang-sekarang jadi bawa tissue mulu?.” Tanyaku kepadanya sambil terus mengusap air mataku yang masih membekas dengan tissue yang ia berikan.

Varo tersenyum, “Karena ada beberapa wanita yang mungkin membutuhkannya, mereka semua adalah wanita yang sangat aku pedulikan.” Ujar Varo dengan tatapan hangat ke arahku.

“Termasuk aku?” Tanyaku lagi memastikan.

Ia tidak menjawab, “Udah yuk kesana lagi gak enak kelamaan, entar di sangka kita ngapa-ngapain lagi, hehehe” Jawab Varo yang mengalihkan pertanyaannku.

Aku hanya tersenyum, kini wajahku kembali tenang. Walau bekas-bekas tangisan masih terlihat di wajahku.

Aku dan Varo pun kembali ke kantin, sampai di sana aku tidak melihat Andre.

“Andre kemana?” Tanyaku kepada Daniel, Andini , dan juga Cayla.

Mereka menoleh, “Tadi dia kembali ke kelas duluan katanya, mungkin karena kalian berdua kelamaan kali ya?” Jawab Andini memberi penjelasan.

Aku sedikit bingung, “Kelamaan?” Batinku. Aku kembali duduk bersama mereka tak terkecuali dengan Varo.

“Udah mau masuk nih….” Cetus Daniel tiba-tiba.

Aku dan Varo yang baru saja duduk kini kembali berdiri. “Iya lebih baik kita masuk ke kelas saja,” Jawabku seadanya.

Cayla  menatap kami semua, “Jangan lupa ya guys, nanti malem, gue tunggu.” Ucapnya lagi mengulang ajakannya yang telah si beritahukan sebelumnya.

Kami semua pun masuk ke kelas masing-masing sama Bel pulang pun berbunyi.

Alvaro POV


Pukul 19:00

“Vi, kamu jadi ikut makan malam ke rumah Cayla gak?” Tanyaku kepadanya lewat telepon.

“Yahh kayaknya aku gak bisa deh Var, soalnya ada urusan penting malem ini.” Jawab Via.

Aku menghela nafas, “Yah.. beneran gak bisa vi?” Keluhku kemudian kembali bertanya untuk memastikan untuk ke dua kalinya.

“Iya Var gak bisa… maaf banget ya”

“Bukan karena kamu masih marah sama Cayla kan?”

“Enggak kok… aku udah maafin kalau soal perlakuan buruk dia terhadapku.”

“Oh okelah, inget ya aku gak pernah ngajarin kamu jadi cewek dendam.”

“Iya… Iyaa… Varo kan anak baik-baik hahahah” Via tertawa lepas, setelah itu kami pun menutup pembicaraan.

Malam ini aku harus bisa belajar tegar lagi, bertemu Andini dan Daniel. Aku paham betul, pasti Daniel akan membuat skenario lagi malam ini. Membuat ku cemburu? itu sudah pasti. Entah kenapa aku tidak pernah akur dengannya. Padahal Andini kan sudah menjadi milik dia seutuhnya. Tidak akan ada celah untukku.

Setelah itu aku pun bergegas menju ke rumah Cayla yang baru. Seperti biasa aku tidak punya kendaraan ya mau tidak mau harus mengeluarkan ongkos dengan menaiki bus, atau angkutan umum lainnya. Memang menyusahkan. Tapi aku sudah berusaha mengumpulkan uang untuk menyicil motor, karena menurutku kendaran itu sangat penting.

Sekitar setengah jam perjalanan akhirnya aku sampai di Rumah Cayla. Disana sudah terlihat Andini dan Daniel, mereka memakai baju Couple. Apa? mataku melongo di buatnya. Sungguh kali ini Daniel benar-benar membuatku cemburu setengah mati.

Aku pun mengampiri mereka. Andini terlihat sangatlah cantik dengan gaun yang di gunakan. Warna dan gambar dari gaun dan baju mereka sama, bertuliskan “I love u” sementara Daniel “I love u too” ini sungguh membuat ku sangat-sangat cemburu. Menahan rasa cemburu untuk beberapa jam, sampai acara makan malam selesai sungguh berat rasanya. Kalah dengan rindunya dilan.

“Kalian sangat serasi” Pujiku kepada Daniel dan Andini.

Andini hanya tersenyum, “Kamu juga terlihat tampan Varo.” Jawab Andini membalas pujianku. Aku gak boleh melayang-layang sampe langit ketuju. Cuma karena di puji Andini. Emang sih kalo aku ngaca aku juga Tamvan. Emang lagi tamvan- ft siti badriah.

Daniel masih dengan sikap dinginnya., “Gak sama pacar?” Celetuk Daniel dengan tatapan yang sinis.

Apa maksud dia? pacar? gue aja belum punya pacar. Sepertinya Daniel kali ini menyindirku.

Aku hanya tersenyum tat kala Daniel berkata seperti itu.

Tiba-tiba tak begitu lama kita mengobrol, Caylapun langsung memanggil kami semua yang ada di luar dan di suruh masuk ke dalam.

Kami pun bergegas masuk, melihat megahnya rumah Cayla. Ini melebih-lebihi istana. kurasa benar, Cinta Daniel kepada Andini lebih tulus ketimbang uang yang di berikan oleh Cayla.

Saat itu juga Cayla sudah menyiapkan makanan di maja makannya. Entah kenapa kali ini tidak banyak orang yang datang. Hanya ada Ayah dan ibunya Cayla saja. Aku mulai sedikit curiga, rumah sebesar ini, yang di ajak makan malam hanya Aku , Daniel ,dan Andini. Aku pun menghampiri Cayla sedangkan Andini dan Daniel asik berfoto selfi.

“Cay, ini kita makan malam hanya segini orangnya?” Tanyaku yang ingin menuntaskan rasa penasaranku.

Cayla tersenyum simpul, “Iya karena untuk keluarga dan teman ku yang lain mereka sudah memiliki jadwalnya masing-masing. Jadi aku tidak satukan.” Jelasnya.

Aku pun sedikit mengerti dengan penjelasan Cayla, tak lama kemudian Cayla pun menyuruh kami duduk di kursi yang sudah di beri nama.

Aku , Andini dan juga Daniel.

Andini terpesona, “ Bagus banget Cay dekor bangkunya… di kasih nama sama bunga gini, aku jadi terkesan orang penting” Puji Andini sambil terus melihat ke arah bangku yang di dekor begitu indah. Matanya tak bisa berpaling dari bangku orang kaya. Yaelah-

Daniel hanya mentap sinis ke arahnya, entah kenapa Daniel menjadi tipikal cowok yang jarang senyum. Aku jadi sangat kesal melihat tingkahnya.

Tak lama kemudian Ibu Cayla dan Ayahnya pun datang menghampiri kami.

“Eh nak Daniel… gak sama Ayahnya?” Tanya Ibunya Cayla sinis ke arah Daniel sambil tersenyum jahat. Entah dia menyindir Daniel atau apa yang pasti aku bisa melihat dari tatapan yang di pancarkan oleh ibunya Cayla.

Daniel hanya tersenyum, “Tidak tante, saya sama pacar saya” Skak Daniel. Ia berusaha memperkenalkan Pacarnya kepada ibunya Cayla, yang notabannya telah mengetahui bahwa Daniel pernah pacaran dengan Cayla karena paksaan dan acaman dari sang ibu.

Ibunya Cayla yang bernama Anggun membalas senyuman Daniel, “Bagus deh… Nama pacarnya siapa?” Tanya tante Anggun.

Andini pun mengulurkan tangannya, “Andini” Ujarnya kemudian Tante anggun dan Andini pun berjabat tangan.

Setelah perkenalan singkat itu Cayla berusaha mengenalkanku dengan Ibunya , “Kalo ini Varo mah.” Ucap Cayla yang berusaha mengenaliku

Aku hanya tersenyum lalu berjabat tangan seperti apa yang di lakukan oleh Andini sebelumnya.

Kami pun duduk di bangku yang telah di siapkan. Dengan nama yang sudah tercantum di dalamnya.

Tante Anggun mulai membuka acara tersebut lalu Ayahnya Cayla yang bernama Danar, melanjutkan dengan membaca doa. Setelah Proses tersebut selesai, kami pun mulai mengambil menu makanan yang sudah di hidangkan di hadapan kami. Setelah itu menyantapnya.

“Gimana enak gak makanannya?” Tanya Cayla basa basi.

Kami semua hanya mengangguk, setelah itu keheningan kembali menyelimuti suasana makan malam saat ini. Hanya ada bunyi gentingan piring dari goresan sendok dan garpuh..

“Oh iya besok kan kita lomba gambar ya, Kamu sudah mempersiapkan gambarmu Ni?” Tanya Cayla berusaha memecah keheningan.

Andini menelan makannya lalu menjawab pertanyaan Cayla, “Sudah, aku sudah berpikir ingin menggambar apa nanti” Jawabnya dengan percaya diri.

“Oh baguslah semoga ber….”

Brakk

Saat Cayla hendak berbicara lagi, tiba-tiba bangku yang sedang di duduki oleh Andini Ambruk.

Bangku tersebut patah di bagian kakinya, yang menyebabkan Andini tersungkur jatuh ke lantai. Aku dan Daniel yang melihat kejadian itu terkejut bukan kepalang, bangku kuat dari besi bisa ambruk? hanya karen di duduki Andini yang beratnya tidak sampai 50kg itu? Aku dan Daniel pun langsung bergegas menolong Andini. Tangan Andini menahan berat tubuhnya, raut wajah kesakitan terpancar pada wajahnya.

“Andini…” Teriak Cayla kemudian bangun dari tempat duduknya. Namun entah kenapa Tante Anggun dan juga Ayahnya Cayla tidak ada reaksi apapun melihat Andini yang mengalami kecelakaan di hadapannya.

Aku dan Daniel bergegas memegang lengan Andini, Daniel di sebelah kiri sedangkan aku di sebelah kanan. Andini pun berusaha bangun, “Var, jangan pegang pergelangan tanganku itu sakit sekali” Teriak Andini. Aku pun melepas genggamanku dan berusaha memgang bahunya. Sepertinya Andini mengalami memar serta keseleo di bagian Pergelangan tangannya.

Rasa sakit begitu terlihat dari raut wajahnya, kami berusaha membangunkan Andini dan Andini pun akhirnya kembali berdiri sambil memegangi pergelangan tangannya yang sakit.

To be Continued
oktavp
oktavp memberi reputasi
3