- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
[Fantasy] Fragments of Power
TS
aisenian
[Fantasy] Fragments of Power
Genre: Fantasi/Fiksi
Tema: Medieval/Kerajaan
Everyone 13+ ~ Mengandung kekerasan, pembunuhan dan hal mistis/magic. Mohon kebijaksanaan pembaca untuk tidak ditiru, dan jika merasa tidak nyaman tolong jangan dilanjutkan
Cerita ini ane hentikan dulu, dilanjut kapan-kapan ya.
cek fiksi ane yang ongoing di storial.co
Sepatah Kata: Penulis hanyalah orang yg hobi buat cerita, jujur penulis masih pemula dalam dunia tulis-menulis. Cerita ini buatan penulis -aisenian-, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, dll, penulis mohon maaf karena itu tidak disengaja. Kritik, Saran, Pertanyaan, atau mau say hi dipersilahkan. Selamat membaca!
Beberapa chapter diwarnai
Fragmented Power
Abstrak:
Backstory:
Pertarungan itu sangat hebat sampai-sampai tempat mereka bertarung porak-poranda. Tempat ini seharusnya adalah sebuah hutan yang lebat. Sekarang, bahkan rerumputan yang semestinya tumbuh di atas tanah pun lenyap.
Berbagai lubang bekas ledakkan menghiasi permukaan tanah yang gersang ini.
Di salah satu lubang yang dalamnya sekitar satu meter dan diameternya sekitar lima meter itu, seorang pria berambut merah berlutut lemah didepan lawannya.
Pria itulah yang bernama Power, sang kekuatan yang rumornya mampu menghancurkan sebuah kota dalam sekali serangan.
“Power, aku mengagumi kegigihanmu untuk bertahan hingga saat-saat terakhirmu.”
Lawan Poweradalah seorang pria yang mengenakan jubah hitam. Tangan kanannya menggenggam sebuah tombak setinggi tubuhnya yang berlumuran darah.
“Mungkin kau membunuhku, Sealer, tapi aku akan tetap hidup!”, gertak sang kekuatan, Power.
“Kau kira aku tak mengetahui usaha busukmu itu, Power?”, tanya si Sealer itu.
“Kau membagi dirimu menjadi sepuluh bagian—sampai-sampai kau yang sekarang melemah. Bahkan, lebih lemah dari seekor singa!”, lanjutnya.
Ucapan orang itu benar. Power, pada masa kejayaannya, berkali-kali lipat lebih kuat dari kondisi saat ini. Kalau bukan karena ia telah membagi dirinya, dia pasti sudah menang.
“Hufford, aku ini tidak akan menyuruh mereka membalasmu, tapi, aku akan menyuruh mereka untuk mengubah-mu.”, jelas Power sambil mencoba untuk berdiri.
“Mereka?”, ucap Hufford dengan nada yang membuat Power kesal. “Hmph kau lupa? Mereka itu sepersepuluh dari kekuatanmu, aku jelas akan membunuh mereka bahkan sebelum mereka bisa tumbuh.”, ancam Hufford.
Sambil memegangi luka di tubuhnya, Power yang berhasil berdiri mengatakan hal ini:
“Makanya, Hufford kawan lamaku, aku ada disini, untuk mencegah hal itu.”, jawab Power ‘singkat’.
Hufford terkejut karena Power masih bisa menggunakan kemampuannya. Sang kekuatan itu mencoba menyeretnya ke Void—sebuah ruang hampa yang sangat kosong.
Power menunjuk Hufford, namun, seolah tak terjadi apa-apa, Hufford hanya terdiam sambil mencoba memahami situasi ini.
“Sampai jumpa, kawan lama!”, ujar Power.
Void-style : Exilation
‘Serangan’ itu sisa-sisa tenaga terakhir sang kekuatan.
Saat ia-Power- sekarat dan perlahan mati, Hufford terdampar di sebuah ruang hitam kelam yang tidak terbatas—penuh dengan kekosongan.
Tadi itu adalah sebuah teleportasi.
Di Void itu, ia melihat kesepuluh fragmen dari Power, seolah sang kekuatan memang sengaja memperlihatkan mereka padanya. Fragmen demi fragmen ia perhatikan. Jumlahnya sepuluh. Mereka semua terlihat seperti simbol-simbol penuh makna, yang masing-masing mewakili satu ‘bagian inti’ dari Power.
Background Void yang tadinya berwarna hitam kelam tiba-tiba berubah menjadi keabu-abuan.
‘Ini… masa depan?’, gumam Hufford.
Dilihatnya, simbol-simbol itu perlahan tumbuh menjadi anak kecil, yang kemudian beranjak dewasa. Hufford melihat semua itu seolah itulah yang ia yakini akan terjadi di masa depan.
Salah satu dari sepuluh itu bernama Time, sang waktu.
Ia-lah yang terlihat paling tua diantara saudara-saudarinya yang lain. Di usia belianya, ia mewarisi kerajaan yang dulu milik ‘ayah’-nya. Dia mengubah nama kerajaannya menjadi namanya, Kingdom of Time. Dia mampu menggunakan waktu untuk apa saja – sesuai keinginannya – namun, tak pernah sekalipun ia berbuat kejahatan dengannya. Dia-lah yang membuat dirinya dan sembilan saudara-saudarinya ‘abadi’.
Berikutnya, seseorang yang sangat serius dalam segala hal. Dia membangun kerajaannya sendiri, setelah belajar dari Time, kakak laki-lakinya. Ia mampu menembus jarak jauh dengan waktu singkat, tapi gerakannya hanya seperti orang biasa pada umumnya. Ia berpindah menembus ruang dan waktu, menembus dimensi itu sendiri. Dialah sang penguasa dimensi, Dimen.
Selanjutnya Hufford melihat penguasa dari Void yang ditinggalinya, dan mengejutkan, nama yang ia miliki juga Void. Dia sangat dekat dengan saudara kembarnya Fate, sang nasib. Mereka memang serasi, Void yang penuh kekosongan dalam hatinya, dan Fate, seorang yang selalu optimis akan masa depan.
Dari sepuluh orang, Hufford hanya mengenali ada 3 orang perempuan - dan mereka masing-masing bernama Energy, Materia, dan Space. Energy sangat penuh dengan semangat dan energetik, sepertinya nama mereka berarti sangat dalam bagi sifat mereka juga. Space lah yang paling pintar diantara saudara-saudarinya, ia sering ditanya bila ada sesuatu yang 'aneh' dan tidak dimengerti oleh yang lain. Materia, dia sangat kuat. Sifatnya mencerminkan materi-materi yang ada di dunia, tapi ia sepertinya lebih menyukai elemen api diantara elemen lainnya.
Dua orang yang tidak menarik perhatian Hufford untuk diselidiki lebih lanjut ialah Memory dan Speed. Sepertinya dengan melihat namanya saja, Hufford sudah tahu siapa mereka itu.
Perhatiannya teralihkan oleh orang kesepuluh, sekaligus yang paling kuat diantara mereka. Orang ini dari sifatnya paling mirip dengan kawan lamanya, Power. Ia mulai teringat kenangannya dengan Power waktu mereka masih kecil. Selain wajahnya yang mirip, sifatnya dan kekuatannya juga. Hufford merasa bernostalgia melihat anak kecil itu tumbuh, namun, berbeda dengan masa kecil Power, tidak ada Hufford di masa kecil anak itu.
Sesaat, ia menyesali perbuatannya telah membunuh teman terdekatnya, Power. Tapi, nasi telah menjadi bubur sekarang. Ia memutuskan untuk membiarkan kesepuluh anaknya itu untuk hidup dengan tenang.
Tema: Medieval/Kerajaan
Everyone 13+ ~ Mengandung kekerasan, pembunuhan dan hal mistis/magic. Mohon kebijaksanaan pembaca untuk tidak ditiru, dan jika merasa tidak nyaman tolong jangan dilanjutkan
Cerita ini ane hentikan dulu, dilanjut kapan-kapan ya.
cek fiksi ane yang ongoing di storial.co
Sepatah Kata: Penulis hanyalah orang yg hobi buat cerita, jujur penulis masih pemula dalam dunia tulis-menulis. Cerita ini buatan penulis -aisenian-, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, dll, penulis mohon maaf karena itu tidak disengaja. Kritik, Saran, Pertanyaan, atau mau say hi dipersilahkan. Selamat membaca!
Beberapa chapter diwarnai
Fragmented Power
Abstrak:
Spoiler for Abstrak:
Kekuatan, 'inti' dari segala kekuatan di dunia. Sang kekuatan telah lama mati, namun ia meninggalkan warisan yang sangat berharga: fragmen dari dirinya. Sesaat sebelum ia mati, sang kekuatan membelah dirinya menjadi sepuluh bagian. Kesepuluh bagian itu mewarisi sebagian dari 'inti' sang kekuatan. Sang kekuatan telah tiada, namun kesepuluh 'anak-anak'nya masih tetap hidup. Inilah kisah dari sepuluh fragmen sang kekuatan - yang dikisahkan secara turun-temurun.
Backstory:
Spoiler for Backstory:
Pertarungan itu sangat hebat sampai-sampai tempat mereka bertarung porak-poranda. Tempat ini seharusnya adalah sebuah hutan yang lebat. Sekarang, bahkan rerumputan yang semestinya tumbuh di atas tanah pun lenyap.
Berbagai lubang bekas ledakkan menghiasi permukaan tanah yang gersang ini.
Di salah satu lubang yang dalamnya sekitar satu meter dan diameternya sekitar lima meter itu, seorang pria berambut merah berlutut lemah didepan lawannya.
Pria itulah yang bernama Power, sang kekuatan yang rumornya mampu menghancurkan sebuah kota dalam sekali serangan.
“Power, aku mengagumi kegigihanmu untuk bertahan hingga saat-saat terakhirmu.”
Lawan Poweradalah seorang pria yang mengenakan jubah hitam. Tangan kanannya menggenggam sebuah tombak setinggi tubuhnya yang berlumuran darah.
“Mungkin kau membunuhku, Sealer, tapi aku akan tetap hidup!”, gertak sang kekuatan, Power.
“Kau kira aku tak mengetahui usaha busukmu itu, Power?”, tanya si Sealer itu.
“Kau membagi dirimu menjadi sepuluh bagian—sampai-sampai kau yang sekarang melemah. Bahkan, lebih lemah dari seekor singa!”, lanjutnya.
Ucapan orang itu benar. Power, pada masa kejayaannya, berkali-kali lipat lebih kuat dari kondisi saat ini. Kalau bukan karena ia telah membagi dirinya, dia pasti sudah menang.
“Hufford, aku ini tidak akan menyuruh mereka membalasmu, tapi, aku akan menyuruh mereka untuk mengubah-mu.”, jelas Power sambil mencoba untuk berdiri.
“Mereka?”, ucap Hufford dengan nada yang membuat Power kesal. “Hmph kau lupa? Mereka itu sepersepuluh dari kekuatanmu, aku jelas akan membunuh mereka bahkan sebelum mereka bisa tumbuh.”, ancam Hufford.
Sambil memegangi luka di tubuhnya, Power yang berhasil berdiri mengatakan hal ini:
“Makanya, Hufford kawan lamaku, aku ada disini, untuk mencegah hal itu.”, jawab Power ‘singkat’.
Hufford terkejut karena Power masih bisa menggunakan kemampuannya. Sang kekuatan itu mencoba menyeretnya ke Void—sebuah ruang hampa yang sangat kosong.
Power menunjuk Hufford, namun, seolah tak terjadi apa-apa, Hufford hanya terdiam sambil mencoba memahami situasi ini.
“Sampai jumpa, kawan lama!”, ujar Power.
Void-style : Exilation
‘Serangan’ itu sisa-sisa tenaga terakhir sang kekuatan.
Saat ia-Power- sekarat dan perlahan mati, Hufford terdampar di sebuah ruang hitam kelam yang tidak terbatas—penuh dengan kekosongan.
Tadi itu adalah sebuah teleportasi.
Di Void itu, ia melihat kesepuluh fragmen dari Power, seolah sang kekuatan memang sengaja memperlihatkan mereka padanya. Fragmen demi fragmen ia perhatikan. Jumlahnya sepuluh. Mereka semua terlihat seperti simbol-simbol penuh makna, yang masing-masing mewakili satu ‘bagian inti’ dari Power.
Background Void yang tadinya berwarna hitam kelam tiba-tiba berubah menjadi keabu-abuan.
‘Ini… masa depan?’, gumam Hufford.
Dilihatnya, simbol-simbol itu perlahan tumbuh menjadi anak kecil, yang kemudian beranjak dewasa. Hufford melihat semua itu seolah itulah yang ia yakini akan terjadi di masa depan.
Salah satu dari sepuluh itu bernama Time, sang waktu.
Ia-lah yang terlihat paling tua diantara saudara-saudarinya yang lain. Di usia belianya, ia mewarisi kerajaan yang dulu milik ‘ayah’-nya. Dia mengubah nama kerajaannya menjadi namanya, Kingdom of Time. Dia mampu menggunakan waktu untuk apa saja – sesuai keinginannya – namun, tak pernah sekalipun ia berbuat kejahatan dengannya. Dia-lah yang membuat dirinya dan sembilan saudara-saudarinya ‘abadi’.
Berikutnya, seseorang yang sangat serius dalam segala hal. Dia membangun kerajaannya sendiri, setelah belajar dari Time, kakak laki-lakinya. Ia mampu menembus jarak jauh dengan waktu singkat, tapi gerakannya hanya seperti orang biasa pada umumnya. Ia berpindah menembus ruang dan waktu, menembus dimensi itu sendiri. Dialah sang penguasa dimensi, Dimen.
Selanjutnya Hufford melihat penguasa dari Void yang ditinggalinya, dan mengejutkan, nama yang ia miliki juga Void. Dia sangat dekat dengan saudara kembarnya Fate, sang nasib. Mereka memang serasi, Void yang penuh kekosongan dalam hatinya, dan Fate, seorang yang selalu optimis akan masa depan.
Dari sepuluh orang, Hufford hanya mengenali ada 3 orang perempuan - dan mereka masing-masing bernama Energy, Materia, dan Space. Energy sangat penuh dengan semangat dan energetik, sepertinya nama mereka berarti sangat dalam bagi sifat mereka juga. Space lah yang paling pintar diantara saudara-saudarinya, ia sering ditanya bila ada sesuatu yang 'aneh' dan tidak dimengerti oleh yang lain. Materia, dia sangat kuat. Sifatnya mencerminkan materi-materi yang ada di dunia, tapi ia sepertinya lebih menyukai elemen api diantara elemen lainnya.
Dua orang yang tidak menarik perhatian Hufford untuk diselidiki lebih lanjut ialah Memory dan Speed. Sepertinya dengan melihat namanya saja, Hufford sudah tahu siapa mereka itu.
Perhatiannya teralihkan oleh orang kesepuluh, sekaligus yang paling kuat diantara mereka. Orang ini dari sifatnya paling mirip dengan kawan lamanya, Power. Ia mulai teringat kenangannya dengan Power waktu mereka masih kecil. Selain wajahnya yang mirip, sifatnya dan kekuatannya juga. Hufford merasa bernostalgia melihat anak kecil itu tumbuh, namun, berbeda dengan masa kecil Power, tidak ada Hufford di masa kecil anak itu.
Sesaat, ia menyesali perbuatannya telah membunuh teman terdekatnya, Power. Tapi, nasi telah menjadi bubur sekarang. Ia memutuskan untuk membiarkan kesepuluh anaknya itu untuk hidup dengan tenang.
Diubah oleh aisenian 20-06-2019 13:03
tantarareview dan 16 lainnya memberi reputasi
17
9.4K
Kutip
78
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
aisenian
#6
Spoiler for 05 - A Thousand Memories {2}:
Sebuah Padang Rumput, Wilayah Valm
Seorang laki-laki berusia sekitar 25 tahun baru saja mengalahkan seekor singa. Darah menetes dari sepasang shortsword kembarnya yang masih ia pegang dengan erat. Tubuhnya yang relatif kecil penuh luka cakaran yang masih mengalami pendarahan. Di raut wajahnya masih terdapat sebuah semangat untuk bertahan hidup. Setelah kedua shortsword-nya ia sarungi di tempat yang menempel di kanan dan kiri pinggulnya, laki-laki berambut putih itu bergerak pergi. Perlahan ia langkahkan kakinya, sambil menahan sakit dari luka-luka yang belum ditangani sama sekali.
Ia baru saja keluar dari padang rumput, dan pepohonan besar maupun kecil mulai terlihat di depan matanya. Kelelahan, ia menyandarkan tubuhnya pada sebuah batang pohon besar dan kembali mengingat berapa hewan yang ia bunuh. Bukan hanya satu, dan, bukan hanya singa. Sebelum si singa, berbagai hewan buas lain menyerangnya, dan pemenangnya bisa ditebak. Tapi luka demi luka ia dapat dari tiap pertarungan, dan, tanpa disadari, sekarang lukanya mulai terasa sakit.
“Tolong..!”, teriak seseorang dari arah hutan. Laki-laki berambut putih itu segera mencari sumber suara di hutan. Didapatinya seorang gadis yang berusia sekitar 15 tahun, kaki kirinya terjepit diantara batang pohon yang tumbang. Laki-laki itu menolongnya, tanpa bertanya kenapa gadis itu bisa terjepit. “Terima kasih, um.. ”, ucap gadis itu. “Aku melihat orang yang wajahnya mirip sekali dengan kakak!”, lanjutnya. “Bisa kau bawa aku kesana?”, tanya laki-laki itu. Gadis itu mengangguk. “Sebenarnya aku mencoba menolongnya. Dia terluka parah”, lanjutnya. “Kalau begitu, cepat!”, seru laki-laki itu.
Mereka berdua masuk ke dalam hutan lebih dalam lagi. Kemudian, orang yang mirip dengan laki-laki itu sedang berbaring di atas rumput. Wajahnya mirip sekali dengan laki-laki berambut putih, tapi rambutnya berwarna hitam. Luka-luka di tubuhnya juga lebih banyak bila dibandingkan dengan laki-laki berambut putih itu. “Void!”, seru laki-laki berambut putih itu. Ia kemudian mencoba menolongnya dengan teknik yang ia miliki, Uneven. Teknik itu membuat sebagian luka di tubuh Voidberpindah pada tubuhnya. Lama-kelamaan ia merasa kesakitan dan tergeletak disamping Void. “Void.. dengar.. ”, ucap laki-laki berambut putih itu sesaat sebelum ia kehilangan kesadarannya.
Sebuah Hutan, Valm
Laki-laki berambut putih itu bangun. Luka-luka disekujur tubuhnya sudah tidak terasa sakit dan ditutup oleh dedaunan hijau. Disampingnya Void masih belum bangun, tapi lukanya sudah dirawat dengan baik. Gadis tadi yang diselamatkan laki-laki berambut putih sedang tertidur sambil duduk di dekat api unggun. Tangannya masih memegang selembar daun. Laki-laki berambut putih itu tersenyum setelah melihat rambut merah gadis itu, yang mengingatkannya pada salah seorang saudarinya. “Aku berharap kita bisa bertemu lagi--”, ucapnya. “Fate!”, seru Void yang baru saja bangun.
“Bro-- Void! Bagaimana keadaanmu?”, tanya Fate. “Aku.. dalam masalah”, balas Void. “Kau harus segera membawaku pada Time!”, lanjutnya. “Aku mengerti”, jawab Fate. Gadis tadi terbangun mendengar percakapan mereka. “Kalian.. syukurlah!”, ucap gadis itu. “Aku.. tidak bisa.. lebih lama--”, ucap Void dengan suara yang lemah. Setelah menyelesaikan kalimatnya, Void kembali menutup matanya. “Jangan banyak bergerak dulu!”, ucap gadis tadi. “Kami berhutang padamu”, ucap Fate. “Aku Fate, dan dia saudara kembarku, Void.”, lanjutnya. “Boleh kutahu, siapa namamu?”, tanya Fate. “Namaku Nale.. dan, kalian tidak perlu berterima kasih”, jawab gadis itu.
Nale kemudian menceritakan ayahnya yang bekerja sebagai seorang ahli pengobatan di kota dekat sini. Ayahnya selalu kewalahan menerima pasien yang tidak pernah berkurang. Perang antara Valm dan Ylesea -lah penyebabnya. Nale bermimpi untuk bisa mengikuti jejak ayahnya, dan hari demi hari ia belajar mengobati orang-orang. “Ini sudah tugasku..”, ucap Nale mengakhiri ceritanya. “Perang hanya membawa penderitaan.”, ucap Fate. “Tapi aku tetap berhutang padamu, Nale.”, lanjutnya. “Kalian berasal dari mana?”, tanya Nale. “Ini rumit”, balas Fate.
Fate kemudian menceritakan tempat dirinya dibesarkan, Kingdom of Time, dan, Dimen’s Empire. Keduanya adalah kerajaan dan kekaisaran yang berdekatan, keduanya ‘milik’ saudaranya. Ia hidup bersama sembilan saudara-saudarinya. Ia juga menceritakan saudara kembarnya, Void. Mereka berdua jarang terpisah, sering melakukan berbagai hal bersama-sama. Ketenangan hidup mereka berakhir ketika kekaisaran Dimen diserang dan hancur dalam satu malam. Keesokannya, kerajaan Time diserang habis-habisan. Void menyelamatkan sembilan lainnya dan sekarang mereka terpisah. Itulah kenapa Fate sangat lega melihatnya masih hidup.
Kota Heam, Valm
Dengan menggendong Void, Fate mengikuti Nale ke tempat tinggal ayahnya. Di rumah yang cukup besar itu, ayah Nale menerima mereka dan memberi mereka kamar. Fate berterima kasih, dan Nale mengatakan ini memang tugas seorang Healer. “Kami tidak memiliki uang, tapi kami bisa membalasnya dengan apa saja”, ucap Fate. Ayah Nale tersenyum dan menjawab, “Kami tidak memerlukan uang, kami hanya ingin perdamaian...”. Semua penduduk Valm menginginkannya, bahkan para tentara yang dipaksa untuk ikut berperang. “Tenang saja”, balas Fate. “Suatu hari, Valm dan Ylesea akan hidup dengan damai”, lanjutnya. Ayah Nale tersenyum. “Haha, bagaimana kau bisa tahu?”, tanyanya. “Itu pasti terjadi dalam waktu yang cukup dekat”, ucap Fate serius. “Kau seorang peramal, nak?”, tanya ayah Nale. “Ya-- kau bisa bilang begitu”, jawab Fate.
Sebenarnya, Fate bukan seorang peramal. Pun bila iya, ramalannya 100 persen akurat. Tapi itu akan menghilangkan definisi ‘ramal’ yang belum tentu terjadi. Singkatnya, Fate mampu melihat masa depan. Dan, semua masa depan yang pernah ia lihat, terjadi. Selicik apapun kedengarannya-- Fate tidak bisa memilih apa yang ingin ia lihat dari masa depan. Juga, apa yang ia lihat hanyalah potongan ‘kecil’ dari sebuah puzzle besar yang bernama ‘masa depan’. Terkadang sulit menyimpulkan apa yang ia lihat. Seringkali ia hanya melihat sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan dirinya atau dengan saudara-saudarinya. Tapi terkadang, ia melihat apa yang tidak ingin ia lihat.
0
Kutip
Balas