alizazetAvatar border
TS
alizazet
Pada Rindu Kutitipkan Salam


Seperti biasa saat gunda melanda aku lebih banyak diam, tak banyak bicara atau interaksi dengan sekitarku, bila tidak menulis aku akan mendengarkan musik.

Terlahir dengan banyak trauma di masa kecil membuatku menjadi orang yang terlalu sensitif, kadang akal warasku berontak ingin menjadi orang yang lepas tidak mudah terkungkung pada sebuah situasi. Tapi apa dayaku.

Ternyata aku hanya sebuah wayang yang harus patuh kehendak dalang. Seperti kejadian tadi sore, sebuah motor menabrak bemper mobilku yang sedang berjalan pelan karna macet.

Aku tidak memikirkan kondisi bodi mobilku tapi aku mengkhawatirkan penabraknya. Aku segera turun untuk menolong, tapi disangka akan memarahi. Seorang ibu dengan balitanya, sempat berlinang memohon maaf. Bukan itu yang membuatku saat ini masih merasa shock. Karna perempuan itu adalah yang selalu kupuja yang raganya tak mampu kumiliki.

Karla, bagaimana aku sudah mampu menata lagi hatiku yang patah hancur sehancurnya, kini Tuhan berkehendak lain, memaksaku bertemu kembali dengannya dan mengoyak lagi hati ini.

Wajah yang dulu selalu ceria, mampu menyembunyikan garis kesedihan, terkesan selalu bahagia. Tadi begitu sayu di depanku, menggambarkan kisah yang berat yang sedang dihadapi.

"Karla, kamu Karla?" Segera aku bawa motornya ke pinggir jalan, mobilkupun kutepikan. Dia tambah terlihat panik begitu mengenaliku.

"Dastan! Oh maafkan aku, aku tidak sengaja aku harus segera ke dokter sekarang. Tinggalkan nomormu nanti kerusakan mobilmu aku yang tanggung." Segera dia mengeluarkan ponselnya siap mencatat nomorku.

"Siapa sakit Karla?" Aku jadi ikut cemas melihat tingkahnya.

"Anakku ini sakit, harus segera ke dokter."

Tanpa banyak bicara aku tuntun motornya ke sebuah warung dan meminta ijin menitip sebentar di sana. Tak kuhiraulan Karla yang berusaha bertanya yang kulakukan.

"Ayo, aku antar." Aku tuntun paksa dia masuk ke mobil dan kulajukan menuju klinik terdekat.

Sepanjang perjalanan kami hanya terdiam dalam pikiran masing-masing. Aku yakin Karlapun tak menyangka bila dipertemukan lagi dengan cara ini.

"Mengapa sendiri? Mana suamimu?" Aku mulai membuka percakapan saat mengantri di klinik.

"Kerja, maaf sudah merepotkanmu."

"Aku selalu ingin kau repoti." Mendengar jawabanku bersemu merah wajahnya dan terlihat grogi.

"Bagaimana kabarmu?" Dengan suara bergetar dia juga berusaha mencairkan suasana.

"Selangkah lagi membaik, tapi sepertinya itu tak akan pernah terjadi." Dia menunduk, paham dengan kalimat yang aku lontarkan

"Maafkan aku Dastan." Matanya mulai mengembun

"Anak Zora!" Panggilan perawat membuyarkan percakapan kami. Segera Karla menggendong anaknya dan masuk ke ruang perawatan.

"Tuhan, bila ini yang kau inginkan, baiklah aku tidak akan lari tapi kumohon kuatkan aku kuatkan hatiku kuatkan jiwaku." Aku berbicara dalam hati.

Karla yang sangat kukasihi, kami terpisah karna sebuah kepatuhan, kehendak orangtuanya yang menjodohkan dengan orang lain.

Menghindar dan berlari jauh dari kanangan meski bertahun lamanya ternyata takbisa menghapus rinduku yang selalu ada.

Hati ini tlah patah
Duka selalu menjadi temanku
Bahagia seolah enggan menghampiri
Sepi adalah kisahku

Tertawa hanya pelampias sakit tak bertepi
Yang dinanti tak jua menghampiri
Hanya pada rindu kutitip rasa


"Dastan, aku sudah selesai. Berapa lama lagi?" Tanpa kusadari Karla tlah disebelahku. "Aku sudah dari tadi di sini tapi sepertinya kamu tenggelam entah kemana."

"Oh maaf, ayo." Kami berjalan meninggalkan klinik

"Bagaimana anakmu? Apa kata dokter?"

"Syukur masih bisa diatasi dengan obat, bila terlambat akan berakibat serius."

"Hmmm, sakit apa?"

"Semalam muntah tak henti. Bagaimana kamu sekarang?" Dia mengalihkan pembicaraan melanjutkan yang terpotong tadi.

"Semoga baik-baik saja setelah bertemu denganmu sekarang." Aku berusaha tenang meski terasa seolah banyak kalajengking dalam perutku, nervous.

"Mengapa kamu jadi terpenjara dengan rasamu?"

"Andai aku bisa, tentu aku tidak sendiri sampai sekarang." Laju mobil sedikit pelan, beginilah Malang, kota kecil yang mulai dipenuhi kendaraan di tiap jalan yang ada.

"Aku berusaha lari jauh dari kenangan dan kenyataan, sejauh aku berlari kuasaNya menghendaki kita bertemu di sini. Kenapa kau ada di Malang?" Aku melirik sebentar ke arah Karla sebelum kembali fokus ke jalan yang macet.

"Aku kerja di sini sejak setahun lalu, aku juga tak tahu kamu di sini." Karla menjawab lirih
Lagu saranghae yang mengalun merdu dari radio K-FM Malang mengiringi suasana hati kami, kulihat putrinya sudah mulai tertidur di pangkuannya.

*********

Sekuat apa seorang Dastan berusaha bila menyangkut rasa, pasti tak berdaya. Diam-diam mencari informasi tentang Karla.

Setitik harapan muncul bersama dengan siluet senja di cakrawala. Informasi yang didapat Karla tlah berpisah dan mendapat pekerjaan sebagai pengajar di sebuah lembaga Pendidikan Anak Usia Dini.

"Dukaku tlah berakhir, kesabaranku tlah terjawab. Rindu yang kusimpan tiada sia-sia, Karla jangan ada alasan lagi, waktu yang membuat kita berpisah waktu jua yang membawa kita kembali."

Kulajukan roda empatku menemui rasa yang tak pernah hilang dan terganti.



@tamat@

#Tukar_kenangan_tentang_mantan
#event_cerpen
#kaskus_kreator


Diubah oleh alizazet 17-03-2019 09:06
RideatInFinem
someshitness
Gimi96
Gimi96 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
5.5K
87
Thread Digembok
Tampilkan semua post
alizazetAvatar border
TS
alizazet
#1
Pada Rindu Kutitipkan Salam


Seperti biasa saat gunda melanda aku lebih banyak diam, tak banyak bicara atau interaksi dengan sekitarku, bila tidak menulis aku akan mendengarkan musik.

Terlahir dengan banyak trauma di masa kecil membuatku menjadi orang yang terlalu sensitif, kadang akal warasku berontak ingin menjadi orang yang lepas tidak mudah terkungkung pada sebuah situasi. Tapi apa dayaku.

Ternyata aku hanya sebuah wayang yang harus patuh kehendak dalang. Seperti kejadian tadi sore, sebuah motor menabrak bemper mobilku yang sedang berjalan pelan karna macet.

Aku tidak memikirkan kondisi bodi mobilku tapi aku mengkhawatirkan penabraknya. Aku segera turun untuk menolong, tapi disangka akan memarahi. Seorang ibu dengan balitanya, sempat berlinang memohon maaf. Bukan itu yang membuatku saat ini masih merasa shock. Karna perempuan itu adalah yang selalu kupuja yang raganya tak mampu kumiliki.

Karla, bagaimana aku sudah mampu menata lagi hatiku yang patah hancur sehancurnya, kini Tuhan berkehendak lain, memaksaku bertemu kembali dengannya dan mengoyak lagi hati ini.

Wajah yang dulu selalu ceria, mampu menyembunyikan garis kesedihan, terkesan selalu bahagia. Tadi begitu sayu di depanku, menggambarkan kisah yang berat yang sedang dihadapi.

"Karla, kamu Karla?" Segera aku bawa motornya ke pinggir jalan, mobilkupun kutepikan. Dia tambah terlihat panik begitu mengenaliku.

"Dastan! Oh maafkan aku, aku tidak sengaja aku harus segera ke dokter sekarang. Tinggalkan nomormu nanti kerusakan mobilmu aku yang tanggung." Segera dia mengeluarkan ponselnya siap mencatat nomorku.

"Siapa sakit Karla?" Aku jadi ikut cemas melihat tingkahnya.

"Anakku ini sakit, harus segera ke dokter."

Tanpa banyak bicara aku tuntun motornya ke sebuah warung dan meminta ijin menitip sebentar di sana. Tak kuhiraulan Karla yang berusaha bertanya yang kulakukan.

"Ayo, aku antar." Aku tuntun paksa dia masuk ke mobil dan kulajukan menuju klinik terdekat.

Sepanjang perjalanan kami hanya terdiam dalam pikiran masing-masing. Aku yakin Karlapun tak menyangka bila dipertemukan lagi dengan cara ini.

"Mengapa sendiri? Mana suamimu?" Aku mulai membuka percakapan saat mengantri di klinik.

"Kerja, maaf sudah merepotkanmu."

"Aku selalu ingin kau repoti." Mendengar jawabanku bersemu merah wajahnya dan terlihat grogi.

"Bagaimana kabarmu?" Dengan suara bergetar dia juga berusaha mencairkan suasana.

"Selangkah lagi membaik, tapi sepertinya itu tak akan pernah terjadi." Dia menunduk, paham dengan kalimat yang aku lontarkan

"Maafkan aku Dastan." Matanya mulai mengembun

"Anak Zora!" Panggilan perawat membuyarkan percakapan kami. Segera Karla menggendong anaknya dan masuk ke ruang perawatan.

"Tuhan, bila ini yang kau inginkan, baiklah aku tidak akan lari tapi kumohon kuatkan aku kuatkan hatiku kuatkan jiwaku." Aku berbicara dalam hati.

Karla yang sangat kukasihi, kami terpisah karna sebuah kepatuhan, kehendak orangtuanya yang menjodohkan dengan orang lain.

Menghindar dan berlari jauh dari kanangan meski bertahun lamanya ternyata takbisa menghapus rinduku yang selalu ada.

Hati ini tlah patah
Duka selalu menjadi temanku
Bahagia seolah enggan menghampiri
Sepi adalah kisahku

Tertawa hanya pelampias sakit tak bertepi
Yang dinanti tak jua menghampiri
Hanya pada rindu kutitip rasa


"Dastan, aku sudah selesai. Berapa lama lagi?" Tanpa kusadari Karla tlah disebelahku. "Aku sudah dari tadi di sini tapi sepertinya kamu tenggelam entah kemana."

"Oh maaf, ayo." Kami berjalan meninggalkan klinik

"Bagaimana anakmu? Apa kata dokter?"

"Syukur masih bisa diatasi dengan obat, bila terlambat akan berakibat serius."

"Hmmm, sakit apa?"

"Semalam muntah tak henti. Bagaimana kamu sekarang?" Dia mengalihkan pembicaraan melanjutkan yang terpotong tadi.

"Semoga baik-baik saja setelah bertemu denganmu sekarang." Aku berusaha tenang meski terasa seolah banyak kalajengking dalam perutku, nervous.

"Mengapa kamu jadi terpenjara dengan rasamu?"

"Andai aku bisa, tentu aku tidak sendiri sampai sekarang." Laju mobil sedikit pelan, beginilah Malang, kota kecil yang mulai dipenuhi kendaraan di tiap jalan yang ada.

"Aku berusaha lari jauh dari kenangan dan kenyataan, sejauh aku berlari kuasaNya menghendaki kita bertemu di sini. Kenapa kau ada di Malang?" Aku melirik sebentar ke arah Karla sebelum kembali fokus ke jalan yang macet.

"Aku kerja di sini sejak setahun lalu, aku juga tak tahu kamu di sini." Karla menjawab lirih
Lagu saranghae yang mengalun merdu dari radio K-FM Malang mengiringi suasana hati kami, kulihat putrinya sudah mulai tertidur di pangkuannya.

*********

Sekuat apa seorang Dastan berusaha bila menyangkut rasa, pasti tak berdaya. Diam-diam mencari informasi tentang Karla.

Setitik harapan muncul bersama dengan siluet senja di cakrawala. Informasi yang didapat Karla tlah berpisah dan mendapat pekerjaan sebagai pengajar di sebuah lembaga Pendidikan Anak Usia Dini.

"Dukaku tlah berakhir, kesabaranku tlah terjawab. Rindu yang kusimpan tiada sia-sia, Karla jangan ada alasan lagi, waktu yang membuat kita berpisah waktu jua yang membawa kita kembali."

Kulajukan roda empatku menemui rasa yang tak pernah hilang dan terganti.



@tamat@

#Tukar_kenangan_tentang_mantan
#event_cerpen
#kaskus_kreator


Diubah oleh alizazet 17-03-2019 09:06
0