- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Jatuh Di Lobang Yang Sama [BB17++]
TS
Juragan.Ciu
Jatuh Di Lobang Yang Sama [BB17++]
Quote:
perkenalan
Kenalkan, nama aku Glen. Aku seorang pendiam, cenderung tertutup. Mungkin aku seorang introvert yah, aku suka kesendirian, suka kesunyian. Namun disamping itu aku seorang penakut, takut akan gelap, takut jika benar-benar sendirian. Cukup aneh memang, aku sangat suka sendirian, disaat bersamaan aku sebenarnya takut jika tidak ada orang disekitar 😁.
Aku tinggal disalah satu daerah di ibu kota, namun aku bukan asli. Aku disini tinggal sendiri, lebih familiarnya disebut ngekost.
Untuk asal usul, aku ngga bisa mutusin untuk cerita apa engga nya saat ini, aku berasal darimana, aku orang apa, dan masuk ordo apa, aku masih belum mutusin buat terbuka, namun mungkin saja nanti didalam rangkaian cerita, tidak menutup kemungkinan 😁.
Aku tinggal di sebuah rumah kost yang terbentuk dengan tiga lantai, kosan ini bebas, artinya tidak menutup pintu buat orang-orang tertentu, jadi penghuninya itu beragam, mulai dari lajang, pria wanita, yang berkeluarga, yang punya anak, yang sudah kakek nenek, bahkan gay juga ada ☺️. Kalau lesbi, aku tidak tahu, karena gay gampang terdeteksi makanya aku tahu ada gay dikosan ini.
Dan, disinilah petualanganku dimulai, baik itu pahit manis nya pertemanan, nasi goreng, termasuk cinta. Cinta yang biasa, cinta tak biasa, cinta tanpa status, hingga cinta terlarang, cinta istri orang , hal itu semua membentuk diriku yang sekarang, namun tetap tak bisa merubah sifat dasarku yang gampang jatuh cinta. Dan langsung saja dimulai 😁.
Quote:
Spoiler for index:
Spoiler for Special Parts:
Chapter 1.1
Quote:
Bus yang aku tumpangi telah mendarat di pelabuhan hati terakhirnya, yang artinya aku telah tiba di ibukota, semua orang yang tersisa didalamnya kini bersiap-siap untuk meregangkan otot yang sungguh tersiksa dalam beberapa hari perjalanan.
"kamu belum pernah kan ke Jakarta?", seorang gadis kembali memastikan ucapanku sebelumnya, gadis ini berangkat denganku dari terminal yang sama, kami tinggal di Kabupaten yang sama di daerah asal kami.
"iya kak, belum pernah",
"temen kamu yang jemput gimana? Bilangnya jemput dimana?"
"di terminal ini kak, janjinya sih aku telepon dia aja kalau sudah sampai, nanti lah aku cari wartel dulu".
"berarti ada nomornya kan? Udah, ga udah ke wartel pake handphone ku saja"
"eh ngga usah kak, ngerepotin",
"nggak apa-apa, orang disini jahat, nanti kamu ditipu gimana?", mendengar omongan ditipu membuatku tidak bisa berkutik, masa baru sampai aku sudah jadi gelandangan?.
Pada akhirnya aku menyerahkan nomor tersebut dan teman yang akan menjemputku pun tiba beberapa jam setelahnya.
Namun diluar dugaan, gadis tadi tetap menemaniku hingga orang yang akan menjemputku benar-benar datang. Ah sungguh baik sekali ☺️.
"Hei Glen! Cepat sekali sampainya? Aku belum persiapan tadi, makanya lama, sory ya bro", Ridho menyalamiku dan gadis yang bersamaku sejak tadi.
"Ridho",
"Putri",
"oke, kamu udah dijemput, jadi aku duluan aja ya, see you!",
"hehe maaf kak merepotkan, aku akan ingat kebaikanmu kak, hati-hati dijalan ya",
"dadah!",
"hati-hati", ucap Ridho.
"Glen", Ridho menepuk pundakku, "baru nyampe aja kau dah dapat cewek aja, ah gila.."
"bukan bang, kami berangkat bareng dari kampung.",
"gila bos, cantik manis, bisa aja kau ya padahal kau jelek",
"bukan bang, udah dibilangin bukan",
"tetap aja Glen, kalo ga ada apa-apa kok dia mau nungguin kau disini, buang buang time bos!", sejenak aku berfikir, apa benar ada sesuatu dari perlakuan gadis itu? Apa itu sebabnya dia berlaku lembut kepadaku sepanjang perjalanan?,
Ah.. Tidak mungkin, dia hanya kasihan dan tidak mau teman sekampungnya celaka diperantauan, hanya itu. Aku tidak mau berfikir macem-macem.
"ga ada itu bang, dia cuma ga mau aku ditipu katanya, disini banyak orang jahat",
"yaudah lah kalo gitu, buat aku aja itu si Putri tadi ya, hahaha", spontan ucapan Ridho membuat telinga dan wajahku panas, sialan. Apa aku menaruh perasaan sama kak Putri?
"mukak kau kek udang rebus Glen, jangan bilang ga ada apa-apa", tawa Ridho mencampakkanku jauh kedalam rimba gelap hingga aku tak kuasa menahan malu lagi,
"udahlah bang ahh!, ayo lah!"
"hahaha, kemana kita bos?"
"cari kosku dulu lah",
"udah keras kau rupanya? Tinggal samaku aja dulu seminggu nanti kita cari kosan mu",
"gak lah, aku mau tinggal sendiri aja langsung",
"banyak duit ternyata bos ini dari kampung", ledeka Ridho ga ada habisnya.
"abang tinggal dimana rupanya?"
"Bogor, dekat kok.",
"emohh!"
"gila kawan ini",
"jauh bang kata kak Putri bogor jauh, dia kan..", eh hampir saja aku membocorkan alamat gadis tadi.
"cie Putri cie...",
"..."
"ngambek bos? Hahaha, kenapa si Putri tadi?", fyuhh. Ridho tidak memyadari maksudku, syukurlah.
"yaudahlah, kalo mau sendiri, terserahlah bos, nanti langsung kita cari, tapi makan itu penting bos, ringan ini kampung tengah," Ridho mengelus-elus perutnya.
Dasar. Akupun mengajaknya makan, dia menunjukkan warung makan khas daerah kami.
Selesai ritual isi perut, Ridho minta rokok, fyuhh ini anak matre bener. Setelah dapet rokok, Ridho memandu petualangan mencari rumah buat aku tinggal di seputaran pusat ibu kota.
Rumah demi rumah, gang demi gang, beberapa daerah telah kami telusuri, tubuh kami telah dipenuhi keringat sejak tadi.
"panas ya bang",
"pintar kau bos, makanya kubilang tadi kan lain kali aja cari kosan, bisa kita pinjam sepeda motor dulu", ucalan Ridho membuatku menyesal memaksa dia mencari kosan saat itu juga,
"maaf bang, ngga sampe mikir kesana aku tadi",
"yaudah bro, kepalang basah kita cari lah lagi, kalo ngga dapat, ikut kekosanku aja dulu, lanjut cari besok. Soalnya udah sore"
"iya bang",
"aku ada acara malam ini", aku ingat ucapan gadis tadi, cukup lama waktu tempuh ke Bogor.
"yaudah bang kita pulang aja kekosan abang lah",
"iya ini mau pulang, sambil pulang tetap nyari lah",
Kami berjalan kembali menyusuri gang. Rumah demi rumah kembali kami tanya. Tidak juga kami menemukan kosan buatku, bukan karena tidak ada kamar kosong, tapi aku tidak memnuhi syarat untuk tinggal disana, demikianlah kebanyakan.
Khusus karyawan, khusus wanita, khusus agama tertentu, khusus wanita agama tertentu, dan berbagai kriteria lainnya yang satupun kriteria itu tidak ada pada diriku.
Keputusan sudah bulat, kami tidak lagi mencari untuk hari ini, kami akan segera bertolak ke kediaman sang raja yang bernama Ridho. Kami berjalan sedikit santai menghindari sengatan mentari sore.
"Glen.. !!", teriak sebuah suara, itu bukan Ridho, suara itu milik seorang perempuan. Aku terhenti dan mencari-cari asal suara tersebut,
"sudahlah bos, gak cuma kau yang namanya Glen di planet ini, ayolah", benar juga ucapan ridho,
"yaudah ayo bang", kami kembali berjalan.
"Glen!! Tunggu!", suara itu kembali memanggil.
"gak enak perasaanku Glen,"
"iya bang aku juga",
"ada hantu yang ngikuti kita?"
"bukan bang, aku kebelet mau boker",
"monyet! Ga waras kau bodoh",
"hahahahahahaha", Ridho kalah kali ini, aku bisa tertawa puas.
"Berhenti...!!" suara yang tadinya mengambang, kini jelas terdengar. Itu tak jauh dibelakang kami, kamipun menoleh, tampak seorang gadis imut berlari kecil kearah kami. Gadis itu anggun dengan rambutnya tergerai, ditambah angin sore ini yang membelai manja rambut gadis itu, ahh.. Rasanya aku mengenal dia.
Aku melihat Ridho menatap gadis itu seolah matanya ingin meninggalkan kepalanya menemui gadis itu.
"Seksi bro", ucap Ridho pelan, hampir seperti berbisik.
Spoiler for thumb:
Diubah oleh Juragan.Ciu 10-04-2019 13:44
bukhorigan dan 24 lainnya memberi reputasi
25
37.4K
Kutip
172
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
idaalfaqieh
#14
Quote:
Original Posted By Juragan.Ciu►
Seorang gadis berlari kecil kearahku dengan nafas sedikit terengah. Sungguh indah pemandangan sore ini, sejenak dapat membuang kesal dihati yang tidak kunjung menemukan rumah kost buatku.
"Gue yakin kalo lo itu Glen", ucap gadis itu tertunduk dan meletakkan kedua tangan di lututnya, nafasnya memburu. Aku perhatikan wajahnya dengan seksama, aku pernah rasanya bertemu dengannya, tapi dimana?.
"maaf, kamu siapa?",
"Ya Allah, gue aja inget lo, masa lo ga bisa ngenalin gue?"
"drama apa lagi ini ya Tuhan", ucap Ridho.
"kau itu apa sih bos, anak sini udah ada aja yang kenal ama kau?"
"gak tau lah aku bang, aku juga bingung ini".
"gue dicuekin", gadis tadi sedikit cemberut,
"kaya pernah tahu kamu, tapi dimana ya?", aku coba mengingat siapa gadis ini,
"yang bareng Rey, abis pulang pramuka dari *******",
"OOOHHHH........!!", aku sedikit mengingat siapa dia, tapi...
Aku menggaruk kepala yang tidak gatal sama sekali. "Ss...", aku coba mengingat namanya.
"Shan...",
"Shabila", sial, aku yang tengah berusaha mengingat namanya, gadis itu malah menjabat tangan Ridho dan berkenalan tanpa rasa bersalah. Bukan hanya itu, dengan sengaja dia melempar senyum yang sangat menjatuhkan harga diriku saat ini. 🙄
Ridho ikutan tertawa melihatku kehilangan harga diri, bak rusa masuk mall, aku hanya bisa diam dengan bodohnya.
"liat tuh muka udah kaya kepiting rebus", ejek Ridho disela tawa nya.
"iya beneran, panas ngga sih?", gadis itu menimpali dan menyentuh pipiku yang terasa sangat panas. Segera aku tepis tangan lembut itu dari pipiku.
"kompak nih! Kalian itu saling kenal?",
"jangankan kenal, tikus aja kalo lewat pasti ketawa liat muka kau itu", balas Ridho.
"udahlah, terserah".
"haha, kasian mas, ini gue perhatiin daritadi mondar-mandir disini, cari alamat atau gimana?",
"ini si bos lagi nyari kosan mbak, barusan nyampe udah mau tinggal sendiri aja dia",
"oh, cari kosan ya, susah mah sekarang, kan baru lulusan SMU, jadi banyak pendatang baru mah, kosan pada penuh",
"nah itu, kita udahan nyarinya terus tadi mau pulang, terus ada yang manggil ini si bos, kirain tadi makhluk halus mbak. Ada suara ngga ada wujudnya, eh ternyata makhluknya manis", lanjut Ridho
"biasa aja sih mas", balas gadis itu datar,
"pfftttt.....", Tak bisa kutahan air minum yang baru saja memasuki rongga mulutku menyembur.
"uhukk.. Uhuk... Hahahahaha", jawaban gadis itu cukup menggelitik menurutku hingga membuatku tertawa. Ternyata mereka berdua tampak biasa saja.
"kenapa bos?", "lo gapapa"?
Mereka menatapku bersamaan, "gak aku gak apa-apa". 😔
Keadaan seketika menjadi hening, masing-masing kami tampak mencoba mengartikan kejadian tadi dengan nalar masing-masing, namun tak ada konklusi.
"singgah dulu yuk, istirahat sebentar, kan udah pada cape nih", gadis itu memecah keheningan.
"ngg.. Ngga usah, ini si abang ada acara nanti malam, kami buru-buru", ucapku
"ngga apa-apa bos, kita singgah aja bentar, gak enak nolak gini", balas Ridho,
"ngga usah bang ayo pulang. Dah Shabila, kami pulang ya!", aku menarik Ridho yang tampak senang dengan jamuan gadis itu,
"eh bentar, gue ada saran kosan buat lo, catat nomor gue, hubungi gue kalo berminat. Lumayan deket dari sini", tanpa pikir panjang aku lalu mencari pena dan kertas.
"catet disini aja mbak, dia belum punya hp", Ridho menyerahkan ponsel miliknya, segera gadis itu mengetik di ponsel Ridho.
Nomor tersimpan. "oke, kalo minat kabarin ya, dahh", gadis itu kemudian berlalu.
Kamipun melanjutkan perjalanan ke singgasana bang Ridho di Kota Hujan. Lelahku belum terbayar, namun aku ingin segera merebahkan tubuhku yang lelah.
***
Tiba disebuah rumah bertingkat dan khas dengan banyaknya pintu yang menyambut. Setelah menyusuri lorong dan menaiki sebuah tangga, Ridho membukakan salah satu dari pintu yang ada, aku lalu tanpa tahu malu langsung merebahkan tubuhku dikasur mewah Ridho.
"eh ayam!!! Mandi dulu kau main tidur aja!",
"capek banggggg",
"mandi sana atau kubuang kau".
Dengan sangat terpaksa aku membersihkan tubuh dahulu sebelum menikmati tidurku di kasur yang menyerupai peta dunia ini. Aku tak peduli, aku hanya ingin melepas lelah dan mungkin menambah pulau baru juga di bantal milik bang Ridho 😁.
Chapter 1.1
Seorang gadis berlari kecil kearahku dengan nafas sedikit terengah. Sungguh indah pemandangan sore ini, sejenak dapat membuang kesal dihati yang tidak kunjung menemukan rumah kost buatku.
"Gue yakin kalo lo itu Glen", ucap gadis itu tertunduk dan meletakkan kedua tangan di lututnya, nafasnya memburu. Aku perhatikan wajahnya dengan seksama, aku pernah rasanya bertemu dengannya, tapi dimana?.
"maaf, kamu siapa?",
"Ya Allah, gue aja inget lo, masa lo ga bisa ngenalin gue?"
"drama apa lagi ini ya Tuhan", ucap Ridho.
"kau itu apa sih bos, anak sini udah ada aja yang kenal ama kau?"
"gak tau lah aku bang, aku juga bingung ini".
"gue dicuekin", gadis tadi sedikit cemberut,
"kaya pernah tahu kamu, tapi dimana ya?", aku coba mengingat siapa gadis ini,
"yang bareng Rey, abis pulang pramuka dari *******",
"OOOHHHH........!!", aku sedikit mengingat siapa dia, tapi...
Aku menggaruk kepala yang tidak gatal sama sekali. "Ss...", aku coba mengingat namanya.
"Shan...",
"Shabila", sial, aku yang tengah berusaha mengingat namanya, gadis itu malah menjabat tangan Ridho dan berkenalan tanpa rasa bersalah. Bukan hanya itu, dengan sengaja dia melempar senyum yang sangat menjatuhkan harga diriku saat ini. 🙄
Ridho ikutan tertawa melihatku kehilangan harga diri, bak rusa masuk mall, aku hanya bisa diam dengan bodohnya.
"liat tuh muka udah kaya kepiting rebus", ejek Ridho disela tawa nya.
"iya beneran, panas ngga sih?", gadis itu menimpali dan menyentuh pipiku yang terasa sangat panas. Segera aku tepis tangan lembut itu dari pipiku.
"kompak nih! Kalian itu saling kenal?",
"jangankan kenal, tikus aja kalo lewat pasti ketawa liat muka kau itu", balas Ridho.
"udahlah, terserah".
"haha, kasian mas, ini gue perhatiin daritadi mondar-mandir disini, cari alamat atau gimana?",
"ini si bos lagi nyari kosan mbak, barusan nyampe udah mau tinggal sendiri aja dia",
"oh, cari kosan ya, susah mah sekarang, kan baru lulusan SMU, jadi banyak pendatang baru mah, kosan pada penuh",
"nah itu, kita udahan nyarinya terus tadi mau pulang, terus ada yang manggil ini si bos, kirain tadi makhluk halus mbak. Ada suara ngga ada wujudnya, eh ternyata makhluknya manis", lanjut Ridho
"biasa aja sih mas", balas gadis itu datar,
"pfftttt.....", Tak bisa kutahan air minum yang baru saja memasuki rongga mulutku menyembur.
"uhukk.. Uhuk... Hahahahaha", jawaban gadis itu cukup menggelitik menurutku hingga membuatku tertawa. Ternyata mereka berdua tampak biasa saja.
"kenapa bos?", "lo gapapa"?
Mereka menatapku bersamaan, "gak aku gak apa-apa". 😔
Keadaan seketika menjadi hening, masing-masing kami tampak mencoba mengartikan kejadian tadi dengan nalar masing-masing, namun tak ada konklusi.
"singgah dulu yuk, istirahat sebentar, kan udah pada cape nih", gadis itu memecah keheningan.
"ngg.. Ngga usah, ini si abang ada acara nanti malam, kami buru-buru", ucapku
"ngga apa-apa bos, kita singgah aja bentar, gak enak nolak gini", balas Ridho,
"ngga usah bang ayo pulang. Dah Shabila, kami pulang ya!", aku menarik Ridho yang tampak senang dengan jamuan gadis itu,
"eh bentar, gue ada saran kosan buat lo, catat nomor gue, hubungi gue kalo berminat. Lumayan deket dari sini", tanpa pikir panjang aku lalu mencari pena dan kertas.
"catet disini aja mbak, dia belum punya hp", Ridho menyerahkan ponsel miliknya, segera gadis itu mengetik di ponsel Ridho.
Nomor tersimpan. "oke, kalo minat kabarin ya, dahh", gadis itu kemudian berlalu.
Kamipun melanjutkan perjalanan ke singgasana bang Ridho di Kota Hujan. Lelahku belum terbayar, namun aku ingin segera merebahkan tubuhku yang lelah.
***
Tiba disebuah rumah bertingkat dan khas dengan banyaknya pintu yang menyambut. Setelah menyusuri lorong dan menaiki sebuah tangga, Ridho membukakan salah satu dari pintu yang ada, aku lalu tanpa tahu malu langsung merebahkan tubuhku dikasur mewah Ridho.
"eh ayam!!! Mandi dulu kau main tidur aja!",
"capek banggggg",
"mandi sana atau kubuang kau".
Dengan sangat terpaksa aku membersihkan tubuh dahulu sebelum menikmati tidurku di kasur yang menyerupai peta dunia ini. Aku tak peduli, aku hanya ingin melepas lelah dan mungkin menambah pulau baru juga di bantal milik bang Ridho 😁.
Nyimak ah
user118 dan domsday31 memberi reputasi
-1
Kutip
Balas
Tutup