The Science of Waifu dalam Perspektif Seorang Wibu
TS
arai01
The Science of Waifu dalam Perspektif Seorang Wibu
Tren anime membawa banyak pembahasan dari berbagai aspek otaku culture, tak terkecuali tingkah laku para penikmatnya. Dan salah satu topik yang kerap menjadi pembahasan yang hangat yaitu mengenai karakter cewe dalam anime yang diidolakan oleh para penggemar, yang disebut sebagai waifu. Terakhir ane riset mengenai topik semacam ini di Kaskus, memang jadi obrolan yang hot, karena pembawaannya yang terkesan lucu. Trit ini bertujuan untuk mengulik budaya waifu, dan bagaimana siklus seorang wibu dalam menyelami pop culture anime, juga sebagai lelucon garing.
THE BEGINNING AND THE CURIOSITY
Quote:
Menurut urbandictionary, Waifu, adalah pengucapan lain dari kata "wife", yang merupakan kata untuk menggambarkan karakter anime atau manga perempuan 2D yang difavoritkan seorang penggemar. Hal ini berawal dari kesukaan seorang penggemar kasual anime (L), yang telah melalui masa pubertas dan tertarik dengan lawan jenis. Anggapan awal seorang penggemar anime masih dalam batas wajar, hingga dia mulai sering menonton suguhan kegemilangan suatu karakter anime 2D yang digambarkan memiliki tubuh yang ideal, kepribadian yang diidam-idamkan, serta beberapa fanservice yang menggiurkan. Sebagai seorang pejantan tulen, lama-kelamaan preferensi mengenai apa itu definisi "cantik" akan meluas, tidak hanya berpegangan pada dimensi 3, namun juga dimensi 2, dan imajinasi itu sendirilah merupakan batasannya. Penonton akan merasakan suatu ikatan terhadap karakter fiksi karena terpesona tampilan maupun kepribadiannya.
THE INTEREST AND THE EXPLORATION
Quote:
Setelah seorang wibu yang masih rookie mulai bosan dengan asupan anime mainstream, maka ketertarikannya tumbuh untuk mulai menonton anime musiman. Dan, hampir di setiap musimnya pasti ada kandidat best girl, yang berpotensi memunculkan waifu musiman untuk dikoleksi. Setiap berganti musim, maka akan berganti waifu juga, mirip buah-buahan. Eksplorasi menonton berbagai macam anime musiman ini akan memberikan asupan waifu yang cukup beragam, entah itu dari desain karakter, kepribadian, fetish, bahkan personifikasi dan moefikasidari suatu konsep tertentu (kapal, hewan, senjata, sel tubuh).
Dalam kasusnya, waifu paling mainstream yang menjadi favorit banyak orang, yaitu Asuna dari SAO. Pertama kali ane mengagumi waifu pun berangkat dari karakter tersebut, hingga akhirnya ane tau bahwa Asuna ini adalah waifu sejuta umat, dan mulai move on mencari waifu lain yang tidak mainstream lantaran merasa kecewa waifu ane ternyata milik semua orang. Sungguh ababilnya ane waktu itu.
Efek dari eksplorasi yang intens pun dapat menyebabkan orientasi menjadi terganggu. Apapun yang dianggapp cantik dan imut mesti akan diidolakan, tidak peduli latar belakang dan sifat waifu tersebut, bahkan kelamin waifu tersebut.
THE CHATARSIS
Quote:
Pesona waifu yang begitu menyilaukan, akan menghipnotis seorang wibu yang memiliki kondisi tertentu, entah itu jomblo menahun, baru diputus pacar, atau emang memiliki selera yang tinggi terhadap karakter 2D, sehingga seorang wibu memerlukan tempat menyalurkan emosinya, dan tindakan escapismpun dilakukan, yaitu dengan mengabdi kepada waifunya. No Waifu No Laifu. Dan, faktanya, hal ini sangat efektif untuk meredakan kekosongan di hati. Kenapa? Karena selain merasa ingin melindungi waifu (yang mana nonsense sekali), waifu 2D ini memiliki beberapa kelebihan (atau kekurangan?) jika dibandingkan dengan cewek 3D, yaitu: Pertama, mereka tidak akan pernah menolak perasaan kita. Hal ini tentunya menjadi big plus, secara terkadang laki-laki itu memiliki sifat pengecut dan takut akan penolakan cinta seorang cewek. Kedua, mereka memiliki berbagai macam pilihan kepribadian yang mungkin tidak pernah ada di dalam diri cewek 3D. Sifat semacam tsundere (huek), kuudere, atau bahkan yandere, bisa jadi merupakan sifat yang didambakan oleh para wibu, dan tidak dapat ditemukan di kehidupan nyata. Persona sebagai kakak, adik, senpai, kouhai, maupun tante-tante juga tersedia di dalam jajaran waifu. Hanya saja, janganlah engkau sampai mewaifukan persona gadis di bawah umur, jangan!
Ketiga, waifu itu kadang dipilih karena mempunyai body yang sangat ideal (tergantung preferensi). Mari kita jujur, semua manusia itu mempunyai sifat "lewd" dalam dirinya, dan media hiburan film, internet, TV, dan anime cukup untuk membangkitkan 'potensi' terpendam ini. Buah dada yang menantang, pinggang langsing, pantat yang begitu curvy, atau mungkin ada yang selera pada dada sedatar bumi. Sudah menjadi hal yang umum, penggambaran yang begitu glorious itu menghasilkan banyak fanart, doujinshi, figurine, dan lain sebagainya yang dapat dinikmati oleh para penggemar.
Dalam hal memiliki waifu, kita semua dapat menganggap hal tersebut adalah takdir. Kita tidak memilih waifu, waifu-lah yang memilih kita. Kita adalah orang-orang yang terpilih. Seorang penggemar akan mempertahankan kehormatan waifunya, yang mungkin berbeda dengan penggemar lainnya. Hal ini memungkinkan terjadinya waifu war antar dua kubu penggemar. Faktanya, perang dunia ke-2 disebabkan karena dua kubu yang enggak mau mengalah tentang waifu mana yang terbaik, kubu fasis yang merupakan team Emilia, dan kubu sekutu yang merupakan team Rem. Sejarah yang berdarah-darah ini merupakan jejak hitam dari efek mengidolakan waifu. Just kidding.
Bentuk mengabdi seorang penggemar terhadap waifunya pun bermacam-macam, dan sangat kreatif. Seperti yang ane bilang, imajinasi kita sendirilah batasannya.
Spoiler for waifu love:
Bentuk cinta yang dirasa sangat tulus inilah yang terkadang membuyarkan realitas dan menenggelamkan kita dalam fantasi, sampai ke tahap secara tidak sadar akan 'menodai' karakter tersebut.
THE COST AND THE PRIORITY
Quote:
Untuk memenuhi kebutuhan penyaluran emosi ini, tak jarang seorang wibu rela mengeluarkan sejumlah rupiah untuk membeli pernak-pernik sebagai tanda abdi seorang penggemar.
"Lha TS-nya sih pernah tenggelam ke masa jahiliyah seperti itu enggak?"
Jawabnya pernah, dan ane merasa sedikit malu dengan diri ane sendiri. Kenapa? Karena uang yang dihabiskan bukan dari hasil kerja keras ane sendiri untuk memenuhi kenginginan yang seharusnya bukan menjadi prioritas ane waktu itu. Ane pernah menghabiskan sekitar puluhan ribu rupiahan untuk koleksi seperti ini. Ane pernah menghadiri suatu event dan membeli posternya Maki yang seharga 10 ribu, gambarnya seperti di bawah ini.
Cakep banget kan neng Maki? Warna merahnya juga bikin tenteram. Waktu membeli poster di atas, ane enggak tau menau mengenai doujinshi dan copyright, bahwa poster yang ane beli, uangnya tidak masuk ke kantong original kreator dari pixiv maupun staf anime, dan hanya mampir ke kas pembajak suatu karya. Setidaknya, kalau mau membeli merchandise, belilah yang ori untuk menghargai kreatornya. Dan sekarang ane enggak tau dimana itu poster, mungkin sudah menjadi tanah karena sudah lama ane buang. Ini masih mending sih, daripada hobi ngerokok, atau mabok ya kan? Udah rugi diri sendiri, bikin ketergantungan, merugikan orang lain pula (no hard feeling).
THE ENLIGHTENED MIND
Quote:
Memiliki hobi itu bebas. Seperti orang mengidolakan penyanyi, karakter film, maupun idol grup. Namun hendaklah tidak sampai menimbulkan delusi berkepanjangan dan membuat kita menutup diri dari lingkungan sosial. Ada saatnya mengagumi suatu karakter, dan ada saatnya membuat ikatan dengan manusia lainnya. Get a girl, i mean, real girl. Karena makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini begitu kompleks, dan pesonanya melebihi waifu girl yang hanya bersifat artificial dari kreator. Enggak ada yang salah dengan mengidolakan karakter fiksi. Namun ingatlah hal ini, my fellow weebs, waifu itu menjadi waifu karena mereka tidaklah nyata. Boleh-boleh saja mengoleksi pernak-pernik waifu, asal uangnya uang agan sendiri. Untuk urusan kepuasan batin itu tidak apa-apa, yang penting enggak toxic dan malu-maluin diri sendiri. Prioritas itu penting, karena orang yang bijak itu lebih memilih memenuhi kebutuhannya dahulu dibanding keinginannya. Namun kalau memang agan sudah mapan, ya silahkan saja koleksi merch berupa dakimakura, figurine, poster, doujin, CD Drama, bahkan artbook, monggo. Selama enggak berlebihan, maka sah-sah saja. Karena semua hal yang berlebihan juga enggak baik.
"Lha terus itu apaan kok avatar TS-nya cewek 2D? Kontradiksi dong, munafik"
Wkwkw jujur aja ane nemu gambar itu kebetulan. Liat aja gan! Gambar sebagus itu enggak bakal ane sia-siakan, harus buat avatar ane. Selain karena ane mengagumi karakter cewenya sih. Sama saja kok kayak orang memasang foto karakter fiksi lainnya semacam Joker, Sherlock Holmes, bahkan tokoh pewayangan untuk hanya mengagumi karakternya, atau berharap dapat mencontoh teladan yang dibawanya. Kalau memang tertarik, ya enggak masalah dan enggak usah dipermasalahkan.
Demikianlah ulasan ane mengenai fenomena waifu culture ini dari sudut pandang seorang wibu. Silahkan dibaca-baca daftar pustakanya, they're very interesting. Jangan diambil hati, dan ambillah petuah-petuah recehnya saja.
Sekian trit banyolan ini. Ane akhiri dengan pantun.