Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
Tiga.... ( bisikan pelepas jiwa )



Izinkan saya untuk kembali berbagi sebuah cerita.....


Chapter :
Tiga - Chapter 1
Tiga - Chapter 2
Tiga - Chapter 3
Tiga - Chapter 4
Tiga - Chapter 5
Tiga - Chapter 6
Tiga - Chapter 7
Tiga - Chapter 8
Tiga - Chapter 9
Tiga - Chapter 10
Tiga - Chapter 11
Tiga - Chapter 12
Tiga - Chapter 13
Tiga - Chapter 14
Tiga - Chapter 15
Tiga - Chapter 16
Tiga - Chapter 17

Diubah oleh meta.morfosis 02-09-2019 03:11
amron7497170
aryanti.story
nightstory770
nightstory770 dan 60 lainnya memberi reputasi
59
60.2K
271
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
#7
Chapter 3






“ ayo dong teh...tolong ceritakan mengenai sejarah rumah itu......” rayu gw dan berbalas ketidakperdulian nenden
“ teh...!”
“ lelah dar...lelah...bisa kering nih tenggorokan gw kalau harus menceritakan semua itu....” begitu mendapati perkataan nenden tersebut, gw pun sadar bahwa nenden kini tengah menginginkan sesuatu, dengan segera gw bergegas masuk ke dalam rumah guna membuat minuman kesukaan nenden...yaa..sebuah teh manis hangat yang tercampur dengan perasan lemon adalah sebuah minuman yang sangat disukai oleh nenden...dan sepertinya minuman tersebutlah yang menjadi syarat utama nenden agar mau menceritakan tentang apa yang telah diketahuinya itu, hingga akhirnya setelah beberapa saat menghilang guna membuat minuman tersebut, gw pun kembali lagi ke teras depan dengan membawa dua buah gelas minuman yang berisikan kopi panas dan teh manis hangat
“ nih teh....” ujar gw seraya meletakan gelas diatas meja
“ nahh gitu dong....itu baru namanya adik gw....” canda nenden dan berbalas dengan kedongkolan gw
“ papah pernah menceritakan kepada gw dar...kalau keluarga besar kita ini sebenarnya mempunyai sebuah rumah besar bekas peninggalan markas tentara belanda....”
“ markas tentara belanda...?”
“ iya dar...markas tentara belanda...dulu rumah kita itu dijadikan markas kecil oleh tentara belanda dan kakek menempati jabatan yang penting di markas itu, tapi seiring dengan berjalannya waktu...kekalahan belanda oleh jepang pada saat itu, telah membuat markas kecil itu berpindah tangan ke kekuasaan jepang, hingga akhirnya disaat disaat kita merebut kemerdekaan pada tahun 1945, markas kecil itu pun dalam beberapa tahun kedepan menjadi terbengkalai dan tidak terurus....nahh pada saat itulah kakek melalui bantuan dari keluarganya yang ada di belanda memutuskan untuk membeli rumah tersebut.....”
“ lohh kok bisa teh...apakah saat itu kakek tidak tertangkap oleh jepang...?”
“ kamu harus ingat akan keberadaan nenek kita dar....” untuk sesaat terlihat nenden menghentikan perkataannya, segelas air teh manis hangat yang semenjak tadi hanya menjadi penghias dari meja yang berada di teras depan nampak kini diminumnya
“ nenek kita itu adalah warga asli kampung Cixxxxxg, jadi bisa dikatakan nenek sangat mengetahui akan seluk beluk tersembunyi yang ada di kampung Cixxxxxg, dan disaat jepang menduduki kampung Cixxxxxg, nenek menyembunyikan kakek di sebuah tempat yang sangat tidak diketahui oleh warga luar kampung Cixxxxxg...barulah setelah jepang mengakhiri kekuasaannya...nenek pun mengeluarkan kakek dari tempat persembunyiannya.....”
“ wahh edan...berarti rumah kita itu benar benar mempunyai sejarah yang panjang, ohh iya teh dari apa yang kita tau, kakek kita itu kan mantan dari tentara belanda...yang secara logikanya adalah musuh dari penduduk kampung.....”
“ gw mengerti akan kemana arah perkataan lu itu dar.....” ujar nenden dengan senyum yang mengembang di wajahnya
“ kakek kita itu walaupun seorang tentara belanda, beliau sangat ramah terhadap warga kampung, bisa dikatakan kakek itu sangat jarang sekali untuk menggunakan kekerasan dalam karir militernya, jadi sangatlah wajar jika warga kampung menerima keberadaan kakek walaupun saat itu belanda sudah tidak berkuasa lagi....” begitu mendapati penjelasan nenden tersebut, gw pun segera menghirup kopi panas guna mengusir udara malam yang mulai terasa dingin
“ apakah keluarga kita itu pernah menempati rumah itu teh....?”
“ bukan keluarga kita dar....lebih tepatnya papah dan keluarganya, dan entah karena sebab apa...setelah beberapa lama papah dan keluarganya menempati rumah itu, kakek memutuskan untuk pindah ke rumah, dimana di rumah itulah kita dilahirkan....”
“ entah kerena sebab apa...?, teh...tolong jangan ada yang disembunyikan dari cerita teteh ini, gw yakin pasti teteh mengetahui akan penyebab dari perpindahan itu, karena sudah menjadi rahasia umum kalau teteh itu adalah anak yang paling sering diberitahu oleh papah mengenai hal hal yang enggak diketahui oleh anak papah lainnya....”
“ ahhh gw takut dar kalau harus menceritakan semuanya ini, ketakutan gw itu didasari oleh ketidakinginan gw melihat lu mempunyai pikiran negatif atas rumah milik keluarga besar kita ini....”
“ ahh itu kan hanya pikiran lu aja teh, udah deh...sebaiknya teteh ceritakan tentang apa yang teteh ketahui.....”ujar gw dengan memasang ekspresi wajah memohon, mendapati ekspresi wajah gw tersebut, terlihat nenden kembali memamerkan senyum kecilnya
“ dulu itu papah mempunyai seorang kakak wanita, dan entah apa penyebabnya...kakaknya papah itu meninggal dunia dengan cara yang sangat enggak wajar...”
“ sangat enggak wajar....?”
“ iya...sangat enggak wajar...kakak papah itu meninggal di area kandang angsa yang berada di sekitar halaman rumah, dan meninggalnya pun dalam keadaan tertusuk oleh bambu kuning yang menjadi pagar pembatas dari kandang angsa tersebut.....hingga akhirnya setelah beberapa tahun setelah kejadian itu, kakek memutuskan untuk membawa keluarganya pergi meninggalkan rumah itu dan menempati rumah yang baru...bahkan kalau gw enggak salah dengar, kakek itu pada saat memutuskan untuk pindah ke rumah yang baru, barang barang yang ada di rumah itu enggak turut serta dibawanya....”
“ apa mungkin ya teh, kakaknya papah yang telah meninggal itu memberikan gangguannya, hingga membuat kakek memutuskan untuk mengosongkan rumah itu....”
“ ahhh lu ngomong apa sih dar....tuh kan lu jadi menilai begitu, inilah yang menjadi penyebab gw malas untuk menceritakan kejadian itu sama lu....” ujar nenden dengan ekspresi kekesalannya
“ itu kan cuma dugaan gw aja teh...soalnya....” untuk sesaat kini gw kembali terdiam, keinginan gw untuk melanjutkan perkataan ini seperti terpasung oleh bayangan menyeramkan dari kejadian yang menimpa gw sewaktu memandang photo tua
“ hehh...soalnya apa...!” ujar nenden dengan suaranya yang meninggi
“ jangan berisik teh...nanti papah bangun lagi, haduhh sumpah nih...gw kok jadi merinding lagi ya....” ujar gw diantara tatapan mata nenden yang terlihat begitu kesal
“ tadi itu teh....gw mengalami kejadian aneh, sewaktu gw memandang photo yang mengabadikan rumah kita itu, gw menemukan adanya keanehan di sekitar jendela rumah kita itu, pada awalnya gw hanya melihat sekilas adanya sebuah bayangan hitam yang berada pada jendela rumah dan tersamar oleh transparansnya kaca jendela...tapi setelah gw mencoba memperhatikannya secara lebih seksama lagi...gw melihat bayangan hitam itu seperti mulai memudar seolah olah ingin membentuk sebuah tampilan wajah...entah wajah siapa, dan gw pun enggak bisa memastikan akan jenis kelamin dari wajah yang akan terbentuk tersebut...karena pada saat itu gw memutuskan untuk menghempaskan album photo tersebut ke lantai....” seiring dengan berakhirnya perkataan gw tersebut, terlihat nenden hanya menggelengkan kepala seraya mengeluarkan tawa kecilnya
“ lu terlalu banyak berkhayal dar....gw sama sekali enggak percaya dengan omongan lu itu....”
“ ikut gw teh.....” ujar gw diantara tawa kecil nenden yang belum terhenti, dan kini dengan sangat terpaksa, nenden pun mengkuti arah tarikan tangan gw yang membawanya menuju ke rak penyimpanan album
“ coba lu lihat sendiri kalau enggak percaya....” ucap gw dan kembali berbalas dengan senyuman kecil di wajah nenden, kini diantara keterdiaman gw yang menanti atas apa yang akan nenden temui di dalam album photo tersebut, terlihat nenden mulai menyibak satu persatu halaman yang ada dalam album photo tersebut, hingga akhirnya pergerakan tangan nenden pun terlihat terhenti pada salah satu halaman yang sepertinya adalah halaman yang memperlihatkan keberadaan dari photo tua yang mengabadikan bangunan rumah milik keluarga besar kami itu
“ bagaimana teh....?” tanya gw dengan perasaan cemas begitu melihat ekspresi wajah nenden yang terlihat menegang, hingga akhirnya diantara rasa keingintahuan gw yang begitu besar, terlihat nenden memperlihatkan photo yang tengah dilihatnya itu kepada gw
“ tadi gw lihat bayangan itu dar....tapi sepertinya udah kabur, mungkin dia takut dengan satpol pp....” canda nenden dengan gelak tawanya, mendapati candaan nenden tersebut, gw segera merebut album photo dari tangan nenden dan manyimpannya kembali di dalam rak penyimpanan
“ udah ah....lebih baik gw tidur, daripada gw harus dengerin lu berkhayal lagi....” ujar nenden seraya melangkah pergi memasuki kamarnya, dan kini begitu melihat nenden yang telah memasuki kamarnya, gw pun memilih untuk memasuki kamar guna menghindari kesendirian gw bersama album photo tua tersebut
.....tin...tin......
Tanpa terasa rentang waktu yang berjalan begitu cepat kini mengiringi terdengarnya suara klason sebuah mobil kixxxx super yang terhenti di depan pintu gerbang, keberadaan gw yang sedari tadi hanya terpaku dalam memandang deretan angka yang terpampang pada kalender dinding, perlahan mulai terusik seiring dengan terdengarnya kembali bunyi suara klakson
“ dar...buka pintunya tuh...papah udah pulang....” teriak nenden yang sepertinya tengah asik menikmati siaran televisi bersama angga dan imas, mendapati permintaan nenden tersebut, gw pun segera bergegas keluar dari dalam rumah guna membuka pintu gerbang
“ bagaimana kabarnya nenek mah...?, siapa yang sekarang menjaga nenek di rumah...?” serentetan pertanyaan yang terucap dari mulut gw kini menyambut keberadaan mamah yang telah keluar dari dalam mobil
“ kamu tuh ya dar...orang tua baru sampai rumah udah ditanya yang macam macam....” gerutu mamah yang terlihat sibuk dengan beberapa map kertas yang berada ditangannya, mendapati hal tersebut, gw pun segera membantu mamah untuk membawa map kertas itu ke dalam rumah
“ bagaimana pah...mah...?” tanya gw kembali begitu papah dan mamah telah duduk di kursi yang berada di teras depan, dan tidak lama berselang setelah pertanyaan gw tersebut, imas dan angga pun nampak keluar dari dalam rumah, disusul oleh nenden yang terlihat keluar dari dalam rumah dengan membawa serta dua buah gelas yang berisikan air putih
“ bagaimana hasilnya pah...kapan kira kira kita akan mulai pindah....?” tanya nenden seraya meletakan gelas yang dibawanya di atas meja
“ rasanya waktu lima bulan yang telah papah lewati untuk persiapan perpindahan ini masih terasa kurang nden....mungkin dalam dua bulan ke depan kita baru akan mulai bisa menjalani proses perpindahan ini, dan dalam rentang waktu dua bulan ke depan itu, papah akan mempergunakan rentang waktu itu untuk menyelesaikan proses adminisrasi nenek kamu serta perbaikan rumah yang nanti akan kita tinggali....”
“ wahhh...berarti itu artinya proses perpindahan itu berbarengan dengan waktu libur kuliah, dengan kata lain darma dan nenden bisa ikut serta ke rumah nenek.....” ujar gw yang berbalas anggukan kepala papah dan mamah
“ ohh iya pah...kira kira nanti saat kita pindah, kita akan menempati rumah yang mana....?” tanya gw dan berbalas dengan ekspresi keterkejutan papah
“ nenden yang memberitahu darma pah...habisnya kemarin itu darma menanyakan tentang rumah yang ada di dalam photo tua itu....” mendapati perkataan nenden tersebut terlihat papah menganggukan kepalanya lalu terdiam untuk beberapa saat
“ kita akan tinggal di rumah papah yang lama...rumah yang ada di dalam photo tua itu....”
“ lohhh kita enggak tinggal di rumah kita yang dulu pah....?” tanya nenden yang sepertinya sedikit merasa terkejut atas perkataan yang baru saja terucap dari mulut papah
“ ada sesuatu yang sebenarnya belum papah kasih tau kepada kalian, dan hal ini menyangkut tentang rumah yang dulu pernah kita tinggali itu.....” seiring dengan perkataannya yang terhenti, terlihat papah mengambil gelas air putih yang berada diatas meja lalu meminumnya
“ sebenarnya papah sudah lama menjual rumah itu, dan itu pun atas persetujuan nenek kalian....hasil dari penjualan rumah itu papah pergunakan untuk membiaya aktifitas nenek kalian selama tinggal di rumah jompo, sedangkan sedikit sisa dari hasil penjualan yang masih tersimpan di papah, rencananya akan papah pergunakan untuk memperbaiki kerusakan yang ada pada rumah kita itu.....” seiring dengan berakhirnya penjelasan papah, gw pun kini hanya bisa terdiam dengan ekpresi kegelisahan yang begitu tergambar jelas di wajah gw ini
“ kamu kenapa dar....?” tanya papah yang sepertinya mengetahui akan kegelisahan yang kini tengah gw rasakan
“ darma enggak kenapa napa pah...mungkin nanti darma hanya butuh sedikit penyesuain dengan rumah lama yang akan kita tinggali, karena darma kan belum pernah tinggal di rumah itu...” jawab gw dengan rasa bingung, karena gw sama sekali tidak menyangka kalau papah akan bertanya seperti itu
“ pah...apakah di rumah yang akan kita tinggali nanti...wanita desa yang berphoto bersama kakek itu masih ada....?” tanya imas dengan polosnya, dan kini begitu mendengar pertanyaan imas tersebut, gw dan nenden pun hanya saling bertukar pandang
“ wanita desa....wanita desa yang mana?”
“ ohhh yang dimaksud imse itu...wanita wanita desa yang ada di photo kakek pah.....sewaktu kakek masih bertugas menjadi anggota militer.....” ujar gw mencoba memotong perkataan yang mungkin akan terucap dari mulut imas
“ wahh kalau imas bertanya tentang wanita wanita desa itu...yaa papah enggak tau mereka itu masih ada atau enggak atau lebih tepatnya masih hidup atau sudah meninggal....tapi papah yakin, sebagian besar yang ada di photo kakek kalian itu pasti sudah meninggal...andaikan masih hidup mungkin kondisinya sekarang ini sudah hampir sama persis dengan nenek kalian.....”
“ ahhh teh imas sih ada ada aja...orang udah meninggal ditanyain...” canda angga dan berbalas dengan gelak tawa kami, dan sepertinya gelak tawa keceriaan yang terlontar dari mulut kami ini, kini menjadi sebuah mantra pengantar yang mengantarkan kami untuk melalui bulan demi bulan menuju ke waktu perpindahan
Juni 1994
“ mang kohar...tolong dimasukan kedua kardus itu ke dalam mobil.....”
Sebuah kalimat permintaan yang terucap dari mulut papah, kini mengantarkan pergerakan mang kohar yang memasukan dua buah kardus terakhir ke dalam mobil, untuk sesaat lamanya terlihat papah kembali mengecek keberadaan dari barang barang yang mungkin luput dari perkiraan papah untuk membawanya, hingga akhirnya setelah kini papah dapat memastikan kalau barang barang yang akan dibawanya telah berada di dalam mobil, ekpresi wajah yang diperlihatkan papah terlihat begitu ceria
“ untung aja dari kemarin itu kita sudah terlebih dahulu mencicil membawa barang barang yang akan kita dibawa, kalau enggak...mungkin kamu dan nenden enggak akan bisa turut serta dalam mobil ini....” ucap papah seraya menepuk nepuk bahu gw
“ ohh iya pah...apakah baju darma dan teh nenden sudah ada di dalam mobil....?”
“ kamu gimana sih dar...bukankah baju kamu dan nenden itu telah dibawa oleh mang kohar kemarin, mungkin saat ini baju baju kalian itu telah dibereskan oleh bi idah di lemari kalian masing masing....” ujar papah seraya beranjak pergi memasuki mobil, mendapati hal tersebut gw pun kini segera mengecek keadaan pintu rumah yang mungkin saja belum terkunci, hingga akhirnya setelah gw dapat memastikan bahwa semua pintu rumah telah terkunci, gw pun segera menyusul keberadaan dari keluarga gw yang telah terlebih dahulu menaiki mobil
Sebelas bulan....yaa itulah hitungan waktu yang telah keluarga gw lewatkan guna mematangkan rencana perpindahan yang kini kami lakukan ini, dan diantara rentang waktu tersebut, beberapa keputusan yang sebenarnya sangatlah tidak gw duga kini telah diputuskan oleh papah dan mamah, dan salah satu diantara beberapa keputusan yang telah diambil oleh papah dan mamah tersebut antara lain adalah papah dan mamah memutuskan untuk turut serta mengajak mang kohar dan bi idah dalam proses perpindahan ini
“ ehemmm....sepertinya bakal ada yang akan kangen anak istri nih....” canda gw yang tertujukan kepada mang kohar, mendapati candaan gw tersebut terlihat mang kohar tertawa kecil diantara senyuman anggota keluarga gw yang lain
“ ahhh kang darma bisa aja, itu udah resiko pekerjaan mamang kang....kalau hanya mau duduk manis dengan anak istri di rumah...keluarga mamang akan dikasih makan apa....” ujar mang kohar dengan bijaknya
“ memangnya anak dan istri mamang itu setuju kalau mang kohar tinggal berjauhan seperti ini...?”
“ selama tujuannya untuk mencari nafkah...ya anak istri mamang pasti setuju.....” jawab mang kohar diantara pergerakan tangannya yang terlihat sangat cekatan dalam mengendarai mobil
Tepat pada pukul tiga sore hari, kami pun akhirnya tiba di kampung Cixxxxxg...hal ini berarti menunjukan bahwa kami telah menghabiskan waktu sekitar empat jam perjalanan guna mencapai kampung ini
“ sepertinya angga bakalan betah tinggal disini pah...” ucap angga begitu melihat beberapa anak kecil yang tengah bermain main di sungai, mendapati perkataan angga tersebut, terlihat mamah mengusap usapkan telapak tangannya di kepala angga
“ kamu akan lebih sehat jika tinggal disini ngga...kamu bisa bermain bola, memetik buah dan juga main di sungai seperti anak anak itu...” ucap mamah berbalas dengan anggukan kepala imas dan angga
“ apa rumah kita itu masih jauh pah....?” tanya nenden yang sepertinya mulai merasa bosan dengan perjalanan ini

Diubah oleh meta.morfosis 11-02-2019 13:25
d.saiful
namakuve
meizhaa
meizhaa dan 10 lainnya memberi reputasi
11