Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
CHAT SEREM
Assalamualaikum wr. Wb.

Wah lama nggak ngaskus nih ane. Belum bikin cerbung lagi, lagi seneng bikin cerpen. Yuk, disimak gan sis...



CHAT SEREM

Dengan selang infus menghiasi pergelangan tangan kiriku dengan kaki kanan yang digips, membuatku tak bisa dengan mudah bergerak. Sudah semalam, kamar ini menjadi tempatku menginap. Aku mengalami kecelakaan karena menabrak pembatas jalan, mengindari sebuah mobil yang melaju dengan kencang, dan berakhir di pintu gerbang makam dengan kaki tertindih mobilku sendiri. Mobilku terbalik, dan keadaanku cukup mengenaskan saat itu. Menginap di ruang VIP di Rumah sakit ini, karena ayahku adalah seorang dokter dan pemilik Rumah sakit ini. Sendirian. Aku cukup terbiasa dengan keadaan ini. Ibuku sudah meninggal 5 tahun lalu karena kecelakaan tunggal.
              Kuraba nakas di samping, mencari keberadaan gawai milikku. Ternyata hanya ada sebuah reomte TV, remote AC, dan beberapa buah buahan segar, dengan sebuah tulisan, “semoga lekas sembuh, sayang. Dari : papa”
Kutekan tombol di sampAg bed untuk memanggil perawat jaga. Sekarang sudah pukul 01.00 dini hari. Tak lama, seorang wanita berpakaian perawat datang dengan tergopoh-gopoh. Wajahnya sedikit kusut, sepertinya dia baru saja terbangun dari tidur karena panggilanku.
“Ada yang bisa saya bantu, Mba Gwen?”
“Papaku dimana? “
“Dokter Garry sedang menghadiri pembukaan Rumah sakit cabang di kota sebelah, Mba. Mba Gwen butuh sesuatu?”
“Hm, “ kutarik nafas panjang sambil bersandar di kepala ranjang. “ponselku mana?”
“Sepertinya ponsel Mba Gwen hilang saat kecelakaan. Tapi, Dokter Garry sudah membelikan yang baru. Ada di dalam laci itu. “ tunjuk Rose ke nakas sampingku.
Papa sangat tau kalau aku tidak bisa hidup tanpa gadget. Memang karena hanya itulah hiburan yang kumiliki. Jauh dari keluarga dan tidak punya banyak teman, itulah aku.
                            Kutarik laci berwarna putih tulang itu perlahan. Sebuah kotak dengan gambar ponsel ternama tercetak di sana. Kusuruh Rose kembali ke ruangannya karena kini aku sudah mendapatkan apa yang kuinginkan. Dengan kasar kubuka kotak itu dan segera mengambil benda pipih berwarna silver yang menjadi tujuanku. Di dalamnya sudah ada simcard jadi aku tinggal memakainya. Beberapa akun kudaftarkan ulang dengan data pribadi di ponselku sebelumnya. Melihat aplikasi GPS yang tertera di sana, membuatku teringat seorang kawan. Setelah mem-back up nomer telepon dari ponsel lamaku, kuhubungi Gilbert, seorang hacker yang sekaligus teman satu satunya yang kupunya. Kuminta dia mencari keberadaan ponselku karena ada beberapa file yang tersimpan di sana, dan aku harus mendapatkannya kembali. Gilbert dengan mudah melacaknya dan segera mengirimkannya padaku.
   Setelah kuperiksa, ternyata letaknya tidak jauh dari lokasi kecelakaan kemarin. Tatapanku beralih ke langit-langit kamar.
‘Di sana kan Cuma ada hutan dan kuburan? Berarti masih bisa aku cari!’
Kutekan nomer teleponku, dan ... TERSAMBUNG!
Segera kumatikan lalu menyuruh Gilbert mengambilnya. Hanya saja, ini sudah cukup malam, dan sudah pasti dia menolaknya. Tapi, Gilbert berjanji besok dia akan mencari ponselku.
[Apa anda pemilik ponsel ini?]  sebuah pesan masuk dari nomer di ponsel lamaku.
Apakah ada yang menemukannya?
[Iya, betul. Anda siapa? Ponsel saya ada ditangan anda? Bisa tolong simpankan? Besok akan saya ambil, dan tentunya ada hadiah untuk anda]
[Tentu saja. Silahkan ambil besok. Biar saya simpan dulu di sini]
[Terima kasih banyak]
.
.
Pukul 02.45
[Apakah anda korban kecelakaan tempo hari?]
[Ah, iya. Mungkin saya sedang bernasib sial]
[Bagaiman keadaan anda? Apakah parah?]
[Yah, cukup membuat saya harus berbaring di kasur ini selama beberapa minggu]
[Semoga cepat sembuh. Ah, perkenalkan, saya Siska.]
[Ah, betul juga, kita belum berkenalan. Saya, Gwen]
[Senang berkenalan denganmu]
[Terima kasih, Siska. Kamu bekerja? Atau masih kuliah?]
[Masih kuliah, semester akhir. Tahun ini aku akan mendapat gelar sarjana. Kamu harus datang ya]
Malam ini kami berkirim pesan sampai subuh. Siska merupakan pribadi yang menyenangkan. Aku senang telah mengenalnya.

___0___
Diubah oleh ny.sukrisna 10-01-2019 01:00
9
8.9K
59
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
ny.sukrisnaAvatar border
TS
ny.sukrisna
#3
Dengan kepayahan menyeret kakiku yang masih sakit, selang infus masih kugenggam erat, jangan tanya bagaimana paniknya aku. Bahkan seluruh tubuh ini bergetar.
Klek!
Pintu berhasil terbuka. Aku sedikit bernafas lega, lalu...
“Gwen?”
Kutoleh sedikit ke belakang, kini Siska melambaikan tangannya ke arahku. Aku berteriak. Berharap ada satu saja manusia yang mendengarnya. Kembali kuseret kaki ini pergi ke ruang perawat.
“Gwen ... Kamu mau ke mana?”
Suara itu terus terngiang di kepalaku, membuat langkahku makin dipercepat. Darah mulai naik ke selang infus. Sepertinya ini pertanda tidak baik. Karena itu, ku robek infus yang menempel di pergelangan tanganku. Darah mengucur deras, tak kupedulikan lagi. Aku terus berteriak meminta pertolongan.
Sampai di ruang perawat, tidak kutemui satupun perawat yang berjaga.
Kemana mereka semua?
“Gwen... Ponselmu, “
Sosok itu kini sudah ada di belakangku, hanya berjarak 3 meter saja.
“Mau apa kamu! Pergi!” teriakku ketakutan. Aku terus mundur tanpa melihat ke belakang, Siska melakukan tubuhnya ke belakang, dan bunyi gemerutukan terdengar lagi. Ia berjalan dengan cara kayang, lalu bola matanya terbalik, menjadi putih semua. Kulitnya menghitam, terutama urat urat nadinya.
Aku makin histeris, tanpa pikir panjang melompat ke bawah.
Bruuugh
“Gweeeeeeeen! “ teriakan Gilbert terngiang di pikiranku. Bahkan bayangannya samar sama mendekat bersama beberapa perawat. Dari bawah sini, dimana tubuhku tergeletak, aku melihat Siska di sana. Sedang menatapku sambil menggerakan kepalanya seperti hampir patah. Seperti leher yang tak bertulang. Mengerikan.

____O____
Bunyi beberapa alat deteksi jantung di sampingku membuat melodi tersendiri di ruangan ini. Ini bukan ruangan vip yang kemarin ku tempati.
“Sayang ... Kamu sudah sadar? “ Papa sudah ada di sampingku dengan pakaian khas dokternya.
“Gwen? Kamu nggak apa apa? Syukurlah” Gilbert juga ada di samping Papa.
Mulutku yang ditutup oksigen membuatnya sulit berbicara. Padahal banyak sekali pertanyaan yang ingin ku sampaikan.
“Papa panggil dokter jaga dulu!”
Setelah Papa keluar dari ruangan, Gilbert mendekat.
“Gwen, kamu nggak apa apa kan? Hm, maaf, aku sedikit terlambat. Setelah aku mendengar cerita soal Siska, langsung saja aku ke sini. Ternyata benar, Siska itu bukan manusia. Dia pernah tinggal di daerah itu sekitar beberapa tahun lalu, tapi, dia meninggal, kecelakaan, sama persis di tempat kamu kecelakaan kemarin. Dan, ponselmu ....” Gilbert memberikan ponsel milikku, “Aku temukan di sebuah kuburan, kuburan Siska safitri. Dan kamu harus berhati hati mulai sekarang, karena .... Mayat Siska menghilang!”
_Tamat_

a9r7a
a9r7a memberi reputasi
4
Tutup