winarwiAvatar border
TS
winarwi
MUI Jabar Imbau Masyarakat Tak Ikut Reuni 212, Ini Alasannya
Quote:
4
3.7K
53
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
mony372anAvatar border
mony372an
#10
Memangnya sejak kapan gerakan 212 itu gerakan agama? sejak awal itu gerakan politik, disetir oleh politisi memanfaatkan ormas Islam, terutama FPI dan FUI. MUI bergabung belakangan. Gerakan 212 itu nggak terjadi dadakan. Sejak awal Jokowi naik jadi gubernur di Jakarta, mereka-mereka ini sudah gelisah. Bikin onar dimana-mana, bikin kegaduhan, protes sana sini dengan berbagai alasan yang selalu coba dikaitkan dengan agama. Inget kasus lurah Susan? itu kasus kecil yang coba diblow up, hanya kurang berhasil karena memang kurang hot. Kemudian Ahok naik menggantikan Jokowi, sejak ini lah mereka makin punya amunisi. Sejak awal Ahok naik, mereka sudah gaduh. Demo-demo berulang dilakukan, mereka gak terima Ahok menjadi gubernur. Alasannya ya dia non-muslim, mereka tidak mau dipimpin non-muslim. Padahal alasan sebenarnya cuma jatah ormas di-cut Ahok. Ahok tidak mau mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak jelas juntrungannya buat apa seperti dana untuk ormas. Sejak itulah FPI dan FUI koar-koar terus. Sepak terjang Ahok yang frontal habis ke preman-preman dan orang-orang yang seenaknya di Jakarta kemudian bikin mereka tambah panas. Ahok tambah musuh jadinya, politisi-politisi yang kepentingan bisnis di wilayahnya terganggu makin gerah. Makin dipakailah gerakan-gerakan ormas ini untuk menentang Ahok. Bikin gubernur tandingan pun mereka lakukan dahulu saking tidak terimanya. Gerakan ini terus membesar dengan memanfaatkan sentimen agama.

Nah menjelang pemilihan gubernur Jakarta yang kemarin, awalnya biasa-biasa saja. kubu penantang bisa dibilang tidak punya lawan sebanding lah dengan apa yang dipunya petahanan. Kualitas pemikiran tidak ada, pengalaman di pemerintahan sekaligus sosok pun tidak ada. Yang maju dahulu itu benar-benar cupu. Sampai akhirnya muncul si anak pepo dan langsung memihak para ormas itu. Walau gak terang-terangan main SARA, tapi dengan memihak pada ormas itu ya sudah jelas kalau mereka akan menuju ke arah sana. Memanfaatkan SARA juga. Tim lawan lainnya yang awalnya tidak main SARA: tim Sandi kemudian juga main SARA. Lucunya tim Sandi ini main SARA setelah si Anies join the club. Awal banget mereka maju, tim Sandi itu benar-benar fokusnya ke wiraswasta dan UMKM, selebaran programnya melulu bicara itu. Tapi begitu dilihat tidak terlalu berguna dalam mendongkrak jumlah pemilih, akhirnya berusaha cari sosok, dipilih lah Anies. Awalnya gw, selaku warga Jakarta, optimis pilgub kali itu akan berisi argumen-argumen berkelas karena yang maju itu mantan menteri pendidikan dan pengusaha. Sialnya ternyata gw salah..

Saat itu suara-suara berbunyi larangan memilih pemimpin non-muslim sudah makin keras berkumandang, mayoritas asalnya dari pendukung kubu anak pepo. Lalu terjadilah kejadian "dibohongi pakai" itu, hasil pemotongan pidato dan kalimat serta framing oleh Buni Yani. Ini lah amunisi yang ditunggu-tunggu lawan politik Ahok, langsung diserang habis di sini. Memakai sentimen agama, tanpa ampun langsung diserang dengan pasal penistaan agama. Sepanjang sejarah keberadaan itu pasal, tidak ada ceritanya ada orang bisa lolos jika sudah dilaporkan pakai pasal ini, apalgi jika posisimu adalah minoritas vs mayoritas. Tekanan massa akan selalu berhasil membuat lu gol ke penjara. Apapun detail kejadiannya, begitu kena pasal ini dan lu udah posisi mayoritas vs minoritas, lu pasti kalah. Itu yang terjadi pada Ahok.

Massa langsung digerakkan dari berbagai daerah. gw yakin pasti dibiayai. Makanya bisa ngumpul rame, apalagi sudah dipanas-panasi dengan label "Bela Islam". Jadi kerumunan yang ramai kemarin itu, mayoritas berasal dari luar Jakarta seperti Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor, dll. Yang dari Jakarta gak seberapa, mayoritas anggota atau simpatisan ormas FUI, FPI, dkk.

Sekarang jauh setelah kejadian itu, bisa terlihat kan bagaimana kejadian selanjutnya. Bicaranya beda-beda semua, banyak pentolan yang kena kasus, banyak aliran dana mencurigakan, banyak penyandang dana sekunder yang ternyata adalah penipu. Penyandang primer sampai sekarang gak dibuka, tapi kita bisa menduga lah pihak mana penyandang dananya. Gerakan massa 212 kemarin itu motif utamanya adalah motif politik yang kemudian memanfaatkan sentimen agama sehingga menjadi besar.

Lalu MUI sekarang bilang: sudah tidak ada manfaatnya. Ya, itu benar sekali! memang sudah tidak ada manfaatnya, karena tujuan sudah tercapai, Ahok kalah. Selesai. Memang tujuannya dahulu cuma itu kok: kalahkan Ahok dengan segala cara. Tidak ada manfaat lain selain itu. Kemakmuran umat? umat mana? secara keseluruhan tidak ada perbaikan ekonomi kok bagi masyarakat Jakarta, apalgi bagi warga wilayah lain yang ikut demo kemarin. Yang dapat keuntungan jelas politisinya, juga petinggi ormasnya. Makanya mereka sekarang tenang, diam, gak banyak bicara. Selain sudah terjamin, juga sudah ganti target.

Reuni 212 ini tujuannya cuma untuk tetap mempertahankan narasi bela Islam yang kali ini berusaha diarahkan ke pemerintah pusat. Mereka terus berusaha membangun narasi bahwa pemerintah ini memusuhi Islam, makanya perjuangan kita belum selesai, Bela Islam..! Begitu kira-kira narasinya. MUI yang sudah dijamah pemerintah serta beberapa pihak islam lainnya yang tidak oposisi pemerintah skrg berusaha meredam hal itu. Gak perlu lah reuni 212, menurut mereka demikian. Karena bagi mereka memang sejak awal tidak ada gunanya selain untuk menjatuhkan Ahok dahulu.

Jadi 212 itu memang motifnya politik, menunggangi agama.
27
Tutup