- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)
TS
ayahnyabinbun
SURYA Dikala SENJA (Horor, Komedi)
Assalamualaikum semua.
Ini hanya goresan tinta imajinasi seorang lelaki tua yang telat menemukan hasratnya dalam hal menulis.
No Junk.
No Spam.
Pokoknya ikuti Rules dari Kaskus ya.
Cerita ini murni Fiksi, jadi kalau ada kesamaan nama tokoh dan tempat mohon di maklumi.
Terakhir.
Selamat menikmati bacaan ringan ini.
Spoiler for Prolog:
-Jakarta-
UGD RS di jakarta.
"Bagaimana istri saya sus!? " tanya seorang pria kepada suster yang baru saja keluar dari ruang UGD.
"Maaf pak masih kritis saya tidak bisa memberitahu lebih rinci kondisi istri bapak, itu wewenang dokter," jawab suster cepat kemudian dia berlalu meninggalkan lelaki itu.
Lelaki itu pun bersandar di tembok rumah sakit, raut mukanya terlihat lemas dan pucat kedua tangannya gemetar tatkala menutup wajahnya.
"Maafkan aku Naura, hiks, maafkan aku, " gumam lelaki itu sambil terisak menangis tersedu-sedu.
Seberkas cahaya membentuk sosok manusia berjongkok di depan lelaki itu, "jangan menangis sayang, ini memang sudah waktuku, jaga anak kita ya, dia ganteng seperti kamu, cup. " seru sesosok cahaya tersebut sambil mencium kening sang lelaki, dan cahaya itu pun berlalu bersama sesosok laki-laki berjubah putih yang menemaninya.
Lelaki itu mengangguk lesu sambil tersenyum tipis, melihat ruh istrinya menghilang menuju ufuk matahari dikala senja.
"Krieeek" suara pintu UGD terbuka, keluar seorang dokter dan beberapa suster menggendong seorang bayi.
"Pak Bagas, bayi bapak kami bersihkan dulu di ruang bayi ya pak, dokter ingin bicara dengan bapak," jawab suster dengan lemah lembut ke lelaki itu.
Lelaki itu pun berdiri, berjalan pelan menuju dokter yang menundukkan kepala di depan lelaki itu, gurat penyesalan terlihat dari wajah sang dokter.
"Sudah tidak apa-apa dok, saya sudah tahu, sehebat apapun anda tidak bisa melawan takdir, " jawab lelaki itu sambil menepuk pundak sang dokter.
"Ba-bagaimana bapak bisa tahu!? " jawab dokter dengan rona kebingungan.
Lelaki itu kemudian berlalu menuju ruangan bayi, langkah demi langkah terasa berat, tangisan tak terbendung dari kedua matanya, lelaki itu memukul-mukul dadanya agar menyisakan kelegaan saat ia bernafas.
"OOOEeeeK...OOOEEEEK...OOOEEEK," seketika tangis bayi memecah kesunyian lorong rumah sakit, lelaki itu mempercepat langkah demi langkahnya, terlihat seorang bayi sedang di gendong suster, menangis dengan kencangnya.
"Silakan pak di gendong anaknya, sudah saya bersihkan dedek bayinya," jawab suster ke lelaki itu.
Sang lelaki menerima si bayi dari tangan suster, menggendong dengan penuh kehati-hatian, sang bayi yang tadi menangis kencang seketika terdiam di pelukan lembut sang ayah.
"Mau di beri nama siapa pak bayinya?" tanya suster.
"Surya, Surya dikala senja. " jawab bapak Bagas lirih.
Spoiler for Chapter 1 : sang Surya:
Jakarta, 2018.
"TENG!! TENG!! TENG!!" bunyi bel terdengar hingga ujung jalan setapak depan sebuah sekolah, segerombolan anak tunggang langgang berlarian menuju gerbang sekolah tersebut.
Pak Kusni penjaga sekolah, merangkap satpam, merangkap manusia terlihat mendorong gerbang dengan kepayahan, faktor usia seperti menggerogoti tenaganya yang dulu seperti kuda jantan, nafasnya terdengar mengebu-gebu seperti pemain film erotis tahun 80an, padahal gerbang sekolahnya hanya ada satu, bayangkan bila sekolah ini memiliki 7 gerbang layaknya pintu neraka, mungkin senin beliau sudah di kebumikan.
Dari ufuk timur terdengar suara dengan lantang.
"HEI KUSNI!!! HENTIKAN!!! GUA MASIH MAU SEKOLAH KUSNI!!!"
Remaja itu berlari bersama gerombolan murid yang telat bagai babi hutan.
Pak Kusni yang sedang mendorong gerbang terdiam sesaat, lalu melihat asal suara tersebut, matanya melotot melihat remaja tersebut berlari seperti maling BH yang dikejar warga, dengan sisa tenaga tuanya di dorong gerbang itu dengan tergesa-gesa,
"bocah sialan itu tak boleh masuk..! TIDAK BOLEH MASUK..! YOU SHALL NOT PASS..!" gumam lelaki tua itu sambil mengutip kata-kata Gandalf Lord Of The Ring.
"SIALAN KAU KUSNI! GUA TIDAK AKAN KALAH DENGAN TUA BANGKA MACAM KAU KUSNI!!" teriak lagi remaja itu dengan lantang, langkah kakinya semakin kencang ia sampai lupa resleting celananya masih menganga memberikan sensasi cooling breeze di sekujur pangkal pahanya.
Mendengar itu Kusni geram, ia semakin menggebu-gebu mendorong gerbang, akan tetapi, "KREEK!!" suara tulang bergeser bersua, teriakan tertahan mengema di kalbu Kusni.
"AAARRRGGHH!! AMPUN GUSTI!! PINGGANGKU!!" sakit encok strata tiga Kusni kambuh, tubuh kusni tertahan gerbang, tanpa adanya gerbang mungkin tubuh Kusni akan tersungkur ke tanah, ada hubungan simbiosis mutualisme yang ironis antara Kusni dan gerbang.
"Pagi beh, kambuh?! AHAAY!" ejek remaja itu ke pak Kusni sambil berlenggang menuju kelas.
Sakit, malu, vertigo menjadi satu, itulah yang di rasakan Kusni sekarang, melihat murid itu berlalu membuat matanya berkaca-kaca seutas kata terucap dari bibir Kusni.
"Dasar bocah KAMPRET!!" Kusni tertahan mematung sambil menggenggam gerbang sekolah yang masih seperempat terbuka.
Kelas 2-A sudah di penuhi manusia-manusia unggulan, datang setiap pagi untuk mencari ilmu, bersiap-siap menatap masa depan dengan penuh harapan cemerlang, di belakang dua insan lelaki saling bercakap.
"Cok, film bokep yang kemaren elu kirim crash, kirim lagi dong bro," celoteh Bambang ke Ucok di baris belakang.
"BAH!! Handphone kau saza yang zadul Bams, buktinya zalan-zalan zaja tuh di hp ku, makanya beli hape zangan di pasar malam lai," jawab Ucok dengan logat medannya yang kental, sungguh percakapan yang menginspirasi kaum muda mudi INDONESIA.
"Eh eh eh, guru guru guru!" riuh anak-anak kelas 2-a, sesosok lelaki tinggi, atletis nan tampan terlihat di depan pintu, kemudian berlalu, berganti menjadi lelaki pendek, tambun dengan kepala botak di tengah layaknya lapangan bola, sekilas adegan tadi seperti iklan L-men yang gagal.
Pak Hartono masuk ke dalam kelas, melihat sekeliling kelas sambil menyapa.
"Pagi anak-anak!!", sapa pak Hartono.
"PAGI PAK GURUUU!!" Jawab murid-murid dengan serentak dan kompak.
Tiba-tiba seorang anak berdiri di depan pintu kelas, wajahnya terlihat kecapaian dan pucat.
"Yaaah! Telat!" ujar anak itu, pak Hartono menelisik dengan teliti anak yang terlambat itu, kemudian berujar "hei kamu! Berani kamu telat di jam saya! Kesini kamu!" perintah pak Hartono dengan galaknya, anak itu pun maju dengan perlahan, kepalanya menunduk malu tidak bisa menatap pak Hartono, "Push up 25 kali! Jikalau tidak sanggup silakan keluar kelas saya!!" ujar pak Hartono dengan tegas, ketika anak itu mengambil ancang-ancang untuk melakukan push up, sesosok mahkluk mengintip dari balik jendela di barisan pojok kanan belakang, matanya nanar namun tajam melihat situasi kelas.
"oke situasi aman," ujarnya dengan percaya diri, dengan mode silent ia menyelundupkan tasnya dari balik jendela menuju bangku belajar, lalu ia merangsek masuk dari celah jendela, bak ular kadut dengan licinnya ia masuk melewati celah lumayan sempit itu, setengah badannya sudah masuk ke dalam ruang kelas, tangan kirinya menyentuh meja kemudian ia mendorong sisa tubuhnya melalui tembok menggunakan tangan kanan, dengan sangat cepat dan tanpa satu makhluk pun mengetahui ia sudah masuk ke dalam kelas, dengan posisi menungging di atas meja, misi pun berhasil, ia turun dari meja kemudian menikmati pemandangan Budi yang sedang push up.
"Budi, terima kasih ya, tanpa elu sebagai pengalih perhatian gua ngak bisa sampai di dalam kelas, Budi, kamu, numero uno," gumam pria itu di dalam hati.
Iya, pria itu tidak lain dan tidak bukan adalah Surya, anak dari bapak Bagas prakasa yang kalian liat kisah pilunya di prolog, anak ini tumbuh besar menjadi sosok lelaki tampan, pintar dan soleh, itu hanya menurut penuturan bapaknya sendiri.
Push up Budi sudah berada di angka 23 kali, keringat bercucuran dari kening sampai badan Budi, bahkan sampai muncul bercak basah di daerah selangkangannya, pergelangan tangannya mulai goyah, lututnya bergetar 4,5 skala richter, tubuh yang di rancang untuk main warnet seharian itu tidak mampu menerima push up lebih dari 20 kali.
"Pak, sudah ya pak, saya sudah tidak sanggup," nego Budi ke pak Hartono.
Pak Hartono sedikit terenyuh melihat Budi yang kecapaian, "aduh, kasihan kamu nak, ya sudah … tambah lima lagi push upnya, biar genap jadi 30," tutur pak Hartono dengan melepas topeng kesedihannya, mata Budi nanar namun kosong menatap lantai, terlihat raut penyesalan teramat sangat dari wajah Budi.
Pak Hartono mulai menuju meja ia mengambil daftar absensi lalu mulai mengabsen satu per satu muridnya, dimulai dari Ani, Deni dan seterusnya, murid-murid saling bersahutan saat nama mereka disebut pak Hartono, ketika mulut pak Hartono menyebut nama Surya, "HADIR PAK..!" sahut seseorang pemuda dari belakang dengan lantang.
Seisi kelas kaget, terperanga sambil menganga melihat Surya sudah di dalam kelas, pertanyaan dan praduga berkecamuk di hati mereka.
"Bagaimana ia bisa masuk!?"
"Sejak kapan ia ada di kelas?!"
"Kenapa aku ada di kelas ini!!" gumam Ari yang seharusnya masuk kelas 2-d.
semua perhatian itu berbanding terbalik dengan kondisi Budi yang tanpa perhatian satupun dari teman-temannya.
"Sakit, banget, tapi tak berdarah, sungguh biadab temen-temen gua, kata mereka kita teman sejati, selalu di hati, HILIH KINTHIL!!" ujar Budi di dalam hati kesal dengan teman-temannya.
Pelajaran berjalan setelah sesi absensi, pak Hartono mulai menjelaskan di depan kelas, suasana hening terasa, murid-murid mulai mendengarkan dengan seksama, kecuali Surya yang sedang terlelap di mejanya, posisinya yang berada paling belakang dan di tutupi Bambang yang jangkung dan Ucok yang bulat menjadikan tempat duduknya seperti vila di puncak, tempat paling nyaman untuk beristirahat.
"TOK TOK TOK TOK" bunyi ketukan pintu memecah keheningan kelas, pak Zul sang kepala sekolah sedang berdiri dengan seorang gadis cantik nan manis di sebelahnya, "pagi pak, maaf ganggu kelasnya, ini ada murid baru kelas 2-a," ujar pak Zul, "oh iya pak, silakan neng masuk, perkenalkan diri dulu sama teman yang lain," jawab pak Hartono sambil mempersilakan gadis itu masuk.
Sesosok gadis manis memakai hijab putih berjalan perlahan menuju depan kelas, wajah manisnya terlihat malu-malu ketika bertatap muka dengan murid-murid kelas 2-A, "pagi semua, nama aku Naura kelana subhi, panggil saja Naura," jawab Naura sambil tersenyum simpul memperlihatkan lesung pipinya, seketika itu juga rentetan panah asmara menusuk hati para lelaki di kelas 2-A, kecuali Surya yang sedang berkelana di pulau kapuk dan para murid perempuan yang menunjukkan ekspresi tersaingi secara jasmani dan rohani.
"kamu duduk di belakang ya nak Naura, soalnya bangku yang kosong cuman ada di sebelah sana, " ujar pak Hartono sambil menunjuk bangku disebelah Surya.
Naura pun berjalan menuju bangkunya, diiringi tatapan nakal murid laki-laki di kelas itu, ia kemudian duduk sambil mulai mengeluarkan peralatan belajarnya.
Bambang dan Ucok yang duduk di depan Naura pun sontak membalikkan badan untuk berkenalan.
"Hai Naura, namanya cantik secantik orangnya," puji Bambang dengan gaya sok coolnya.
"hei Naura, cantik kali kau, nanti pulang ku antar pakai motor ninja ku mau tak?" goda Ucok sambil menyisir jambul khatulistiwa miliknya.
Melihat gelagat kedua lelaki di depannya naura langsung ilfeel stadium akhir, didalam hatinya ia berteriak "TIDAAAAAAK..!" akan tetapi Naura hanya membalas dengan senyum malu tapi palsu ke kedua orang utan itu.
"ikh amit-amit jabang bayi, masa hari pertama di sekolah baru gua udah di godain cowok alay macem keset kayak gini, Ya tuhan salah apa hambamu ini, " ketus Naura di dalam hati.
"Jangan di anggap serius, mereka cuman bercanda."
"DEG...!!"
Rona wajah Naura terlihat terkejut, sebuah telepati terkirim langsung menuju fikirannya, ia mencari sumber telepati itu, dan matanya tertuju pada punggung lelaki teman sebangkunya, Surya.
Spoiler for Index:
PART 1
CHAPTER 1
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4
CHAPTER 5
CHAPTER 6
CHAPTER 7
CHAPTER 8
CHAPTER 9
CHAPTER 10
CHAPTER 11
CHAPTER 12
CHAPTER 13
CHAPTER 14
CHAPTER 15
CHAPTER 16
CHAPTER 17
CHAPTER 18
CHAPTER 19
CHAPTER 20
CHAPTER 21
CHAPTER 22
CHAPTER 23
CHAPTER 24
CHAPTER 25
CHAPTER 26
CHAPTER 27
CHAPTER 28
CHAPTER 29
CHAPTER 30
PART 2
CHAPTER 2.1
CHAPTER 2.2
CHAPTER 2.3
CHAPTER 2.4
CHAPTER 2.5
CHAPTER 2.6
CHAPTER 2.7
CHAPTER 2.8
CHAPTER 2.9
CHAPTER 2.10
CHAPTER 2.11
CHAPTER 2.12
CHAPTER 2.13
CHAPTER 2.14
CHAPTER 2.15
CHAPTER 2.16
CHAPTER 2.17
CHAPTER 2.18
CHAPTER 2.19
CHAPTER 2.20
CHAPTER 2.21
CHAPTER 2.22
CHAPTER 2.23
CHAPTER 2.24
CHAPTER 2.25
CHAPTER 2.26
CHAPTER 2.27
CHAPTER 2.28
CHAPTER 2.29
Diubah oleh ayahnyabinbun 28-05-2022 17:42
namakuve dan 116 lainnya memberi reputasi
115
159.9K
Kutip
916
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
ayahnyabinbun
#45
Kutukan Jagal
Spoiler for kutukan Jagal:
Desa agrirana desa indah nan mempesona, sawah membentang luas, keindahan alam yang sejuk di mata, mempesona setiap pelancong yang lewat, kepala desa bahkan mengumumkan kepada warganya bahwa desa ini sebagai panutan desa maju bagi desa-desa lainnya, akan tetapi semua itu hanya impian yang sirna.
Semenjak kejadian pembakaran Jaka, desa ini seakan terkena kutukan, seminggu setelah insiden pembakaran warga, seluruh hasil panen di makan hama, wereng, tikus, dan yang tidak masuk di akal bahkan belatung menggeragoti hasil panen, hewan ternak mati tiba-tiba, ayam, kambing bahkan sapi mengeluarkan darah dari matanya, dan ketika di sembelih bau busuk di barengi ribuan belatung menggerogoti daging hewan ternak tersebut, terdengar desas desus beberapa warga di hantui arwah Jaka, mereka yang hendak kabur mengurungkan niatnya, keluarga sodik tidak mengindahkan peringatan kepala desa, ia tetap kabur, dan kejadian naas pun tak terhindari, mobil yang di tumpanginya masuk jurang dan membakar habis keluarga sodik.
Roni sang anak kepala desa pun jatuh sakit, desas desusnya ia lumpuh total, hanya matanya yang nanar melihat ke atas langit-langit, kelima anak buahnya lebih naas, mereka di temukan di lima titik perbatasan desa, dengan keadaan mati mengenaskan, jasadnya menggelembung biru, mata mengeluarkan darah, tubuh yang tercabik-cabik dan kelamin yang hilang diduga dimakan anjing hutan.
Seorang anak kecil sialnya melihat penampakan sang hantu Jaka, tubuhnya seperti hantu pocong, dengan kain kafan hitam menyelimutinya, jalannya di seret karena satu kakinya pincang, di tangan kanannya menggenggam celurit, di tangan kirinya sebuah lentera berapi merah darah dan matanya, matanya tidak berkelopak, matanya melotot nanar berwarna merah darah, keesokannya sang anak demam tinggi kemudian meninggal.
"Sreek..Sreek..Sreek..sreek.."
Jika warga mendengar bunyi tersebut, berarti hantu Jaka sedang berada di depan rumahnya, membalaskan dendam kesumat ke setiap warga desa agrirana.
Satu demi satu warga desa tumbang, warga yang berusaha lari dengan berjalan kaki melewati hutan untuk ke desa sebelah di temukan tewas mengenaskan, matanya melotot mengeluarkan darah dan mulutnya menganga seperti teriakan yang tertahan menahan sakit yang amat sangat, sakit terbakar panasnya api, pemakaman jadi lebih sering di lakukan di desa ini, tawa dan canda yang dulu sempat hadir sekarang telah hilang, kutukan Jaka telah meluluh lantahkan desa agrirana, kepala desa berinisiatif memanggil dukun sakti mandraguna, ketika beliau datang ia mengatakan dengan lantang.
"MAAF TAPI SAYA MENYERAH..! INI AKIBAT PERBUATAN KALIAN-KALIAN SENDIRI, TERUTAMA ANAK MU..!"
teriak dukun itu di balai desa sambil menunjuk ke arah kepala desa, gosip pun bermunculan, bahwa warga desa salah menghakimi Jaka, seharusnya Roni yang harusnya di bakar hidup-hidup.
"KUTUKAN INI AKAN BERLAKU SELAMA KALIAN MASIH HIDUP, PERCUMA KALIAN LARI, UJUNG-UJUNGNYA DI TENGAH JALAN KALIAN AKAN DI HADANG OLEH JAKA, JAKA SANG JAGAL."
dukun itupun pergi, sebelum pergi ia memberikan sesajen di depan pusara Jaka, dan meninggalkan desa agrirana secepat-cepatnya.
Warga desa pun kian stress, sebagian besar warga memutuskan bunuh diri, menggantung lehernya di dalam rumah, sebagian lagi berusaha memberikan sesajen di depan pusara Jaka, akan tetapi malamnya mereka di datangi oleh sang Jagal sendiri.
"Setelah semua yang kalian lakukan kepadaku, kalian meminta maaf dengan gampangnya, HAHAHAHA...! hanya neraka tempat bagi kalian dan disana kita akan terbakar bersama."
Dan penampakan Jaka pun menghilang.
Satu bulan setelah insiden, setiap warga di desa agrirana semakin menyusut, sebagian mati bunuh diri sebagian menunggu di datangi sang Jagal, hanya tatapan kosong yang ada di mata mereka, tatapan penuh penyesalan dan tatapan tanpa harapan.
Malam itu dirumah kepala desa, sang kepala desa sedang mengurus pemakaman warganya lagi, sedangkan sang ibu di dapur membersihkan peralatan makan.
"Sreek..sreek..sreek..sreek.."
"Aku datang lagi Roni, hari ini aku membunuh pak Budi yang telah kau sogok untuk diam dan Santi pacar kesayanganmu mati bunuh diri setelah melihatku."
Sang jagal melayang keatas di depan tubuh roni, roni yang lumpuh hanya bisa gemetaran
Sesosok pocong hitam dengan wajah hitam dan mata merah darah melayang sejajar dengan tubuhnya, mata mereka saling bertemu.
"Aku tidak akan membunuhmu Roni, bahkan setelah aku membunuh ibumu yang sebentar lagi masuk ke dalam sini aku tidak akan membunuhmu, aku akan membuatmu menjadi saksi akan hasil perbuatanmu, ini hukuman ku untukmu."
"Kriiek.." suara pintu terbuka.
"AAAAAAAAAAAAA....! BAPAK TOLONG PAAAK....!" teriakan ibu Roni membahana di setiap sudut rumah.
-Slaaash-
kemudian hening.
"Selanjutnya bapak mu Roni, sampai jumpa lagi."
"Sreek..sreek..sreek..sreek"
Desa agrirana, warga sekitar desa menyebut desa ini desa terkutuk, semua warganya mati mengenaskan, itu kata petugas pemerintah yang setiap dua bulan sekali mengunjungi desa ini untuk kegiatan kesehatan masyarakat, ketika petugas sampai mereka terperanjat dengan apa yang terjadi di desa ini, lahan kuburan menjadi tiga kali lipat luasnya, lahan sawah kering kerontang, tulang belulang hewan ternak terlihat di kandang-kandang, bau busuk menyeruak di sepanjang jalan, beberapa rumah terisi mayat yang tergantung membusuk, mereka mencari rumah pak kepala desa di dalamnya hanya di temukan Roni anaknya yang masih hidup dengan kondisi lumpuh menangis darah.
Sekarang..
Di sebuah ruangan luas nan gelap, cahaya lilin berpendar remang-remang di tiap sisi tiang pancang, cahayanya menerpa sesosok wanita cantik yang sedang duduk di singgasana, ratusan arwah wanita melayang-layang mengelilingi dirinya dan ribuan arwah wanita telanjang bersimbah darah menjadi latar lantainya.
"Sreek..sreek..sreek..sreek.."
"Ratu memanggil ku?" tanya sang Jagal.
"Jagal, temukanlah Senja cucuku, berikanlah sebuah peringatan kepadanya, dan yang terpenting jangan bunuh dia, kau mengerti?"
"Baik ratuku, hamba akan laksanakan," Jagalpun menghilang di gelapnya bayang-bayang sang malam.
"HhmmHAHAHAHAHAHAHAHA...!"
BERSAMBUNG..
Semenjak kejadian pembakaran Jaka, desa ini seakan terkena kutukan, seminggu setelah insiden pembakaran warga, seluruh hasil panen di makan hama, wereng, tikus, dan yang tidak masuk di akal bahkan belatung menggeragoti hasil panen, hewan ternak mati tiba-tiba, ayam, kambing bahkan sapi mengeluarkan darah dari matanya, dan ketika di sembelih bau busuk di barengi ribuan belatung menggerogoti daging hewan ternak tersebut, terdengar desas desus beberapa warga di hantui arwah Jaka, mereka yang hendak kabur mengurungkan niatnya, keluarga sodik tidak mengindahkan peringatan kepala desa, ia tetap kabur, dan kejadian naas pun tak terhindari, mobil yang di tumpanginya masuk jurang dan membakar habis keluarga sodik.
Roni sang anak kepala desa pun jatuh sakit, desas desusnya ia lumpuh total, hanya matanya yang nanar melihat ke atas langit-langit, kelima anak buahnya lebih naas, mereka di temukan di lima titik perbatasan desa, dengan keadaan mati mengenaskan, jasadnya menggelembung biru, mata mengeluarkan darah, tubuh yang tercabik-cabik dan kelamin yang hilang diduga dimakan anjing hutan.
Seorang anak kecil sialnya melihat penampakan sang hantu Jaka, tubuhnya seperti hantu pocong, dengan kain kafan hitam menyelimutinya, jalannya di seret karena satu kakinya pincang, di tangan kanannya menggenggam celurit, di tangan kirinya sebuah lentera berapi merah darah dan matanya, matanya tidak berkelopak, matanya melotot nanar berwarna merah darah, keesokannya sang anak demam tinggi kemudian meninggal.
"Sreek..Sreek..Sreek..sreek.."
Jika warga mendengar bunyi tersebut, berarti hantu Jaka sedang berada di depan rumahnya, membalaskan dendam kesumat ke setiap warga desa agrirana.
Satu demi satu warga desa tumbang, warga yang berusaha lari dengan berjalan kaki melewati hutan untuk ke desa sebelah di temukan tewas mengenaskan, matanya melotot mengeluarkan darah dan mulutnya menganga seperti teriakan yang tertahan menahan sakit yang amat sangat, sakit terbakar panasnya api, pemakaman jadi lebih sering di lakukan di desa ini, tawa dan canda yang dulu sempat hadir sekarang telah hilang, kutukan Jaka telah meluluh lantahkan desa agrirana, kepala desa berinisiatif memanggil dukun sakti mandraguna, ketika beliau datang ia mengatakan dengan lantang.
"MAAF TAPI SAYA MENYERAH..! INI AKIBAT PERBUATAN KALIAN-KALIAN SENDIRI, TERUTAMA ANAK MU..!"
teriak dukun itu di balai desa sambil menunjuk ke arah kepala desa, gosip pun bermunculan, bahwa warga desa salah menghakimi Jaka, seharusnya Roni yang harusnya di bakar hidup-hidup.
"KUTUKAN INI AKAN BERLAKU SELAMA KALIAN MASIH HIDUP, PERCUMA KALIAN LARI, UJUNG-UJUNGNYA DI TENGAH JALAN KALIAN AKAN DI HADANG OLEH JAKA, JAKA SANG JAGAL."
dukun itupun pergi, sebelum pergi ia memberikan sesajen di depan pusara Jaka, dan meninggalkan desa agrirana secepat-cepatnya.
Warga desa pun kian stress, sebagian besar warga memutuskan bunuh diri, menggantung lehernya di dalam rumah, sebagian lagi berusaha memberikan sesajen di depan pusara Jaka, akan tetapi malamnya mereka di datangi oleh sang Jagal sendiri.
"Setelah semua yang kalian lakukan kepadaku, kalian meminta maaf dengan gampangnya, HAHAHAHA...! hanya neraka tempat bagi kalian dan disana kita akan terbakar bersama."
Dan penampakan Jaka pun menghilang.
Satu bulan setelah insiden, setiap warga di desa agrirana semakin menyusut, sebagian mati bunuh diri sebagian menunggu di datangi sang Jagal, hanya tatapan kosong yang ada di mata mereka, tatapan penuh penyesalan dan tatapan tanpa harapan.
Malam itu dirumah kepala desa, sang kepala desa sedang mengurus pemakaman warganya lagi, sedangkan sang ibu di dapur membersihkan peralatan makan.
"Sreek..sreek..sreek..sreek.."
"Aku datang lagi Roni, hari ini aku membunuh pak Budi yang telah kau sogok untuk diam dan Santi pacar kesayanganmu mati bunuh diri setelah melihatku."
Sang jagal melayang keatas di depan tubuh roni, roni yang lumpuh hanya bisa gemetaran
Sesosok pocong hitam dengan wajah hitam dan mata merah darah melayang sejajar dengan tubuhnya, mata mereka saling bertemu.
"Aku tidak akan membunuhmu Roni, bahkan setelah aku membunuh ibumu yang sebentar lagi masuk ke dalam sini aku tidak akan membunuhmu, aku akan membuatmu menjadi saksi akan hasil perbuatanmu, ini hukuman ku untukmu."
"Kriiek.." suara pintu terbuka.
"AAAAAAAAAAAAA....! BAPAK TOLONG PAAAK....!" teriakan ibu Roni membahana di setiap sudut rumah.
-Slaaash-
kemudian hening.
"Selanjutnya bapak mu Roni, sampai jumpa lagi."
"Sreek..sreek..sreek..sreek"
Desa agrirana, warga sekitar desa menyebut desa ini desa terkutuk, semua warganya mati mengenaskan, itu kata petugas pemerintah yang setiap dua bulan sekali mengunjungi desa ini untuk kegiatan kesehatan masyarakat, ketika petugas sampai mereka terperanjat dengan apa yang terjadi di desa ini, lahan kuburan menjadi tiga kali lipat luasnya, lahan sawah kering kerontang, tulang belulang hewan ternak terlihat di kandang-kandang, bau busuk menyeruak di sepanjang jalan, beberapa rumah terisi mayat yang tergantung membusuk, mereka mencari rumah pak kepala desa di dalamnya hanya di temukan Roni anaknya yang masih hidup dengan kondisi lumpuh menangis darah.
Sekarang..
Di sebuah ruangan luas nan gelap, cahaya lilin berpendar remang-remang di tiap sisi tiang pancang, cahayanya menerpa sesosok wanita cantik yang sedang duduk di singgasana, ratusan arwah wanita melayang-layang mengelilingi dirinya dan ribuan arwah wanita telanjang bersimbah darah menjadi latar lantainya.
"Sreek..sreek..sreek..sreek.."
"Ratu memanggil ku?" tanya sang Jagal.
"Jagal, temukanlah Senja cucuku, berikanlah sebuah peringatan kepadanya, dan yang terpenting jangan bunuh dia, kau mengerti?"
"Baik ratuku, hamba akan laksanakan," Jagalpun menghilang di gelapnya bayang-bayang sang malam.
"HhmmHAHAHAHAHAHAHAHA...!"
BERSAMBUNG..
namakuve dan 18 lainnya memberi reputasi
19
Kutip
Balas