Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Dauh.TukadAvatar border
TS
Dauh.Tukad
[TAMAT] Inilah Kisah Hidupku (Horor)
Ini Merupakan beberapa kisah hidup yang telah saya jalani kawan, beberapa hal kadang bisa dikatakan diluar nalar kita sebagai manusia. Akan saya ceritakan beberapa kisah ini saya coba untuk urut dari semenjak kecil, dimana kalian semasa kecil pasti punya yang namanya teman khayalan, entah itu sekedar khayalan atau memang makhluk tak kasat mata yang berkawan dengan kita kala itu sebagai teman bermain. Sama halnya dengan kalian kawan, saya juga memiliki kawan khayalan semasa kecil yang ternyata setelah saya ketahui "DIA" adalah mahkluk gaib dan juga beberapa pengalaman gaib yang saya alami hingga saat ini. Baiklah..... Agar tak terlalu lama menunggu, akan saya mulai kisah ini. Kisah berdasarkan pengalaman pribadi, dimana nama-nama dalam tokoh cerita ini sengaja saya samarkan agar menjaga dari kawan-kawan yang suka penasaran. Jika ada yang bertanya apakah saya ini INDIGO??? sejatinya susah untuk menjelaskan kepada kawan-kawan semua disini. Biarlah..... nanti akan ada saat dimana saya jelaskan dalam cerita ini. Oiyaa.... Sebelumnya saya mohon permisi dulu ama mimin dan momod serta para sesepuh kaskus dimari yang menghuni forum SFTH numpang cerita dimari dan mohon bimbingannya jika masih banyak kekurangan dalam penulisan cerita ini. Selain itu buat kawan yang sudah tahu siapa saya ataupun penasaran siapa saya ini?? lebih baik nikmati saja ceritanya, tidak usah KEPO ikuti RULES yang ada di SFTH ini. Terlepas dari kawan semua mau nanti akan bilang kalo cerita ini  ini fiktif atau real itu hak kawan semua. Saya hanya sekedar berbagi bercerita. Semoga dari cerita saya ini ada hikmah dan kebaikan yang bisa diambil. Dan inilah kisah hidupku:
Bagian 1 Teman Khayalan
Bagian 2 Bertemu Jin Qarin
Bagian 3 Pengalaman Horor Semasa Di Kampung
Bagian 4 Hijrah Ke Pulau Seberang
Bagian 5 Menutup Penglihatanku
Bagian 6 Mengenang Masa SMP
Bagian 7 Ada Cerita Dimasa SMA
Bagian 8 Pengalaman Mistis Kala SMA
Bagian 9 Selamat Dari Kiriman Gaib
Bagian 10 Memacu Adrenaline
Bagian 11 Si Pahit Lidah
Bagian 12 Teror Baksos Kuliah
Bagian 13 Baksos Mencekam
Bagian 14 masa Perkuliahan
Bagian 15 Masa Sulit
Bagian 16 Terpecah-Belah
Bagian 17 Astral Projection
Bagian 18 merajut Asa
Bagian 19 Gadis Penjual Kue
Bagian 20 Bermain Hati
Bagian 21 Penunggu kost
Bagian 22 Bertandang
Bagian 23 Sebuah Jawaban
Bagian 24 Bertemu Bapak
Bagian 25 Menyerupaiku
>>Lanjutan Story Inilah Kisah Hidupku<<

Bagian 1 Teman Khayalan
Sebut saja saya Santoso Lelaki Keturunan Jawa Tulen yang sampai sekarang ini saya masih menetap di sebuah Pulau yang terkenal dengan keindahan alam dan adat istiadatnya yang masih kental, Pulau yang terkenal dengan julukan pulau seribu Pura. Yappzzz..... disinilah saya berada saat ini kawan. Okee.... Kita Flashback ke masa saya kecil dulu ya, Saya kurang begitu ingat betul ketika kecil diasuh oleh nenek dan kakek saya di kota yang terkenal dengan julukan Kota Gadis. Hanya sedikit yang mampu saya ingat semasa kecil, nampaknya usia memang mempengaruhi memori ingatan. Ketika itu saya hanyalah anak kecil yang ditinggalkan oleh kedua orang tua saya merantau diluar pulau Jawa, tak ada satu pun kawan yang berteman dengan saya saat itu, sering kali saat pulang bermain saya akan tiba di rumah dalam keadaan menangis dan baju penuh noda tanah. Mungkin karna saya ini anak yang aneh dan sedikit gila??....... ya, kenapa saya bisa berkata begitu?? Karna yang saya ingat saat itu, kawan-kawan kecil saya menjauhi dan menganggap saya ini orang aneh, sering ngomong sendiri tak jelas dengan siapa saya berbicara. Kejadian itu terjadi dimana saya belum memasuki masa sekolah SD bahkan TK pun belum.

Disuatu siang yang terik sedang bermain sendirian di teras karna tak ada yang mau berkawan denganku sambil sesekali melirik ke arah jalan melihat kereta pengangkut tebu lewat, datanglah seorang anak kecil menggunakan gaun berwarna putih layaknya seorang putri raja yang sedan berulang tahun menghampiri saya yang masih bocah. kamu kok sendirian nggak main ama teman-temanmu???
Saya: ra gelem dolan ambek aku jarene aku kie aneeh??!!! eeehh..... koe kie sopo??? (nggak mau main sama aku, katanya aku ini aneh)
"SARI"
Saya: SANTOSO.... Sambil kuulurkan tangan kepada Sari untuk berkenalan dengannya dan kami pun berjabat tangan kemudian.... saya ingat betul benar-benar menjabat tangannya saat itu
Saya; Laah.... kok aku ndak tau kamu
Sari: iya.... baru saja pindah kesini, aku juga nggak punya teman

Tak lama kemudian kami sudah saling akrab, karna saat itu aku merasa Sarilah teman Pertama yang mau bermain denganku saat itu, yang kuingat Sari ini kulitnya putih rambut berponi dan lurus hingga sebahu. Tak terasa kami pun asiek bermain hingga Ketika nenek memanggilku untuk mandi, maka saat itu pulalah Sari pamit pulang kepadaku dan aku pun berkata "besok main sama aku lagi ya" IYA, jawab Sari kepadaku, kemudian berlari kearah jalan depan rumahku berbelok ke kanan. Ketika nenek menghampiriku bertanyalah Beliau, Ngobrol karo sopo Le????

Saya: Iku mbah Ibu (sebutan ku kepada eyang putri kala itu) ono cah wedog anyar ayu ngejak dolan aku neng kene (ada anak perempuan baru, cantik ngajak main disini)
 Nenek: lhaaa..... terus dimana sekarang??
Saya: sudah pamit pulang mbah Ibu
Nenek: ya sudah sekarang mandi ya Nak
saya: nggih iya mbah Ibu

Hari berganti hari pun terlewati, saya sudah tak kesepian lagi karna setiap saya main di Teras rumah, entah darimana sosok Sari ini tiba-tiba muncul dan selalu dengan pakaian yang sama menemani ku bermain dan tak pernah terbesit pun rasa curiga kenapa Sari ini setiap menemuiku tak pernah berganti pakaian. Hingga suatu ketika sedang asyiknya kami bermain, nenek mengejutkanku dengan kehadirannya seraya berkata "ooohhh.... iki tho sing jenenge Sari??" seketika itu Sari kaget dan menjawab nggih mbah, Kulo pamit nggih mbah  (iya, saya pamit ya mbah) kata Sari yang kemudian buru-buru lari meninggalkanku.

Nenek: lee..... jangan sering main dengan Sari, main sama teman lainnya kan banyak
Saya: Nggak.... aku cman dijadikan bahan ejekan saja, sambil nunjuk teman-teman yang sedang lewat depan rumah ingin bermain ke sawah sebelah rumah
Nenek: ya pokoknya jangan sering-sering mbah Ibu tidak suka
Saya: YOOO...... berlalu melewati mbah sambil mutung karna kesal teman bermain satu-satunya mendadak pulang.
Setelah merasa cukup lama mengenal Sari, aku pun menanyakan kepadanya dimana dia sebenarnya tinggal
Saya: Sari, sebenarnya rumahmu dimana??? aku pengen tahu!!!
Sari: ya... nanti aku tunjukkan, rumahku dekat kok
Saya: sekarang saja ya... aku pengen tahu
Sari: ya udah aku anterin ke rumahku, tapi kamu nggak boleh masuk rumahku ya, nanti nganterin aku sampai depan gerbang saja
Saya: gampang itu Sari, yang penting aku tahu rumahmu, aku kan bisa gantian main ke rumahmu
Sari: tidak usah.... Biar aku saja yang main ke rumahmu
Saya: gimana jadi nggak aku nganterin?? sampe depang gerbang rumahmu
Sari: Aayooo.... kalo gitu sekalian antarkan aku pulang
Kami pun berjalan sambil ngobrol ngalor ngidul entah apa yang saya obrolkan saat itu karna sudah benar-benar lupa dan yang saya ingat hanyalah pandangan orang-orang di kampung saya yang saya lewati melihat dengan tatapan aneh ke Saya. Tibalah di depan gerbang rumahnya Sari, rumah itu tak besar namun terlihat bergaya arsitektur modern saat itu. pagar dengan pondasi setengah meter yang kemudian bagian atas dilanjutkan dengan teralis besi. Rumah sederhana namun cukup mewah bagi orang kampung dijaman itu, dindingnya bercat putih dengan beberapa hiasan bunga anggrek tertempel dengan indahnya
Sari: ini rumahku ya sudah aku pulang ya..... kamu ndak usah ikut ke rumahku soalnya Bapakku galak, pokoknya jangan pernah main ke rumahku
Saya: masak sudah tahu rumahmu nggak boleh main ke rumahmu??
Sari: udahlah.... Kamu nggak usah keras kepala
Saya: iyo.... iyoo (sambil bersungut-sungut) Yaa...... ya udah aku balik pulang dasar pelit
Sari: tenang aja, besok aku pasti main ke rumahmu

Tapi ternyata pertemanan aku dengan Sari ini tak lama, karna sebelum Sari pamit untuk pindah keluar kota bersama keluarganya, dimana sebelumnya aku sempat ditunjukkan rumahnya yang berada dipinggir jalan yang masih sederet dengan rumah Eyangku namun ternyata jaraknya cukup jauh bagiku yang kala itu masih bocah. Aku pun sebenarnya sering kali mengantarkan Sari pulang hingga depan Pintu gerbang rumahnya. Hingga pada saat sedang beristirahat setelah keasyikan bermain Sari berkata kepadaku:

Sari: maaaf ya Santoso.... aku nggak bisa lama jadi temanmu
Saya: lhaaa... mangnya Bapakmu tidak senang kamu main denganku
Sari: bukan Santoso.... aku sekeluarga akan pindah karna Bapakku pindah tugas kerja
Saya; Ya udah nanti kabari ya kalo mau pindahan..... aku pengen ketemu terakhir kali sebelum pindah
Sari: Ra usah..... ]Nggak usah........ Nanti kalo aku sudah nggak pernah main kesini brarti aku sudah pindah......(dengan mimik muka sedih)
Saya: yo wes ayo dolan neh...
Sari: tapi tenang aja nanti kamu pasti punya teman seperti aku
Tau ndak..... saat itu permainan yang sering saya lakukan dengan Sari biasanya bermain masak-masakan atau bermain tanah, kadang pula bermain sembunyi-sembunyian yang entah saat itu saya juga lupa-lupa ingat permainan apalagi yang saya lakukan bersama dengan Sari.
Hingga tibalah saat Sari akan pindah, Dia datang seorang diri seperti biasanya saat dia datang untuk menemaniku bermain, namun kedatangannya kali ini ternyata untuk mengucapkan pamit perpisahan kepadaku, sungguh saat itu hatiku terasa amat pilu, teman satu-satunya harus pergi meninggalkanku
Sari: Santoso.... Santoso....... Maaf ya seumpama banyak kesalahan, aku sudah saatnya pindah (dengan mimik wajah sedih dan terlihat menitikkan air mata)
Saya: lhaaa....... Aku disini nggak punya teman, sipa yang mau berteman kecuali kamu SARI
Sari: Tenang aja nanti kamu juga pindah darisini, temanmu juga banyak nggak bakal kesepian, kamu bakal jadi orang besar, semua orang segan dengan kamu
Saya: beneran kamu pindah ( tak kuasa air mataku pun mengalir deras ) sambil terisak-isak dan terbata-bata.... Ayoo aku antar pulang, pokoknya aku antar pulang seperti biasanya ya...
Sari: tidak usah.... aku pamit yo (terlihat raut wajah kesedihan dari perpisahan antara aku dan Sari)

Kemudian Sari berjalan meninggalkanku yang masih menangis karna ditinggal satu-satunya teman terbaik yang selalu menemani, Tak menunggu lama aku pun berlari menyusul Sari yang masih tak jauh dari hadapanku sambil kupanggil-panggil namanya Sari...Sari...Sari... sesekali Sari menoleh dan tersenyum melihatku. Namun anehnya aku tak menyadari bahwa aku yang berlari kencang sambil menangis mengejar Sari yang berjalan rasanya tak juga bisa mendekatinya bahkan semakin menjauh di depanku, hingga saat aku lihat Sari memasuki gerbang rumahnya tiba-tiba saja rumah tersebut menghilang, berganti menjadi sebuah rumah yang sudah rusak di bagian sana-sini, jendela sudah pecah kacanya bahkan atapnya pun sudah berlubang. Bangunan rumah tersebut sama persis saat pertama mengantarkan Sari hingga depan gerbang rumahnya hanya saja kondisinya sangat-sangat jauh sekali berbeda dari sebelumnya, berbanding 180 derajat.
Saat itu aku masih tak percaya dengan penglihatanku..... masih menangis layaknya bocah yang kehilangan mainan kesayangannya sembari memanggil-manggil nama Sari di depan pintu gerbang yang sudah reyot itu. Melintaslah Pak Kamidi (bukan nama sebenarnya) melihat saya dengan penuh keheranan sedang menangis di depan rumah yang ternyata bagi warga situ merupakan rumah yang sangat angker.

Pak Kamidi: Lhaaa.... kenapa kamu nangis disitu Nak??
Saya: masih menangis tak menghiraukan perkataan Pak kamidi
Pak kamidi: Nak..... Ikut Bapak ya, nanti dianterin pulang sekalian mampir warung saya belikan jajan
saya: aku mencari temanku SARI Pak, tadi rumahnya disini, sekarang kok berubah rumahnya
Pak kamidi: (dengan wajah heran) ya sudah... besok saya antar lagi ke rumah SARi ya..... ayoo sekarang pulang ikut Bapak, sisan bapak gendong sekalian nyari jajajn kesukaanmu ya Nak
saya: aku pun menuruti permintaan Pak Kamidi dengan masih tetap menangis sesekali menyebut nama Sari.
setelah dari warung membeli jajan kesukaanku, diantarkannya aku pulang sampai ke rumah. Dirumah saat itu yang kuingat hanya Mbah Kung dan mbah Ibu saja. Berhari-hari aku diam di depan teras rumah tanpa melakukan kegiatan apapun, sesekali teman-teman sebayaku lewat memanggil namaku Santoso....Santoso... Ayo dolan neng sawah, tapi belum sempat aku menjawab sudah mereka jawab sendiri dengan mengatakan cah aneh kuwi rodo kenthir ojo dijak ngko melu edan.( orang aneh itu agak gila jangan diajak nanti ikutan gila )
Entah kapan.... waktu itu kedua orang tuaku pulang, bahkan aku tak mengenali kedua orang tuaku karna yang kutahu saat itu orang tuaku hanyalah mbah Kung dan mbah Ibu saja, bahkan merasa aku takut saat itu karna bertemu dengan orang asing yang mengatakan bahwa mereka itu kedua orang tuaku.


Bagian 2 ( bertemu Jin Qarin )
Sepasang orang dewasa yang datang ke rumahku itu mengaku sebagai kedua orang tuaku, dimana si Wanitanya saat itu sedang hamil besar, saat itu aku belum tahu kalo itu Ibuku. Saat itu aku merasa tidak tenang karna terdengar kabar jika nanti aku akan dibawa oleh mereka (kedua orang tuaku) pindah. Hingga pada suatu sore saat asyik bermain sendiri datanglah seorang anak perempuan cantik dengan senyumnya yang lucu memperlihatkan beberapa giginya yang ompong karna terlalu banyak memakan kembang gula. berpakaian agak tomboy dengan celana jeans pendek ala tokoh games mario bross, sayangnya aku lupa nama anak itu. namun aku merasa sangat akrab sekali seperti sudah sangat lama kenal dengan anak perempuan itu. Aku merasakan Dia itu seperti sodaraku sendiri, aku mengenalnya berbarengan dengan kedatangan kedua orang tuaku. Aku pun bertanya kamu anaknya om sama tante itu ya???
Anak Perempuan: ssstt..... jangan keras-keras aku ini adikmu
Saya: haaaah...... Adik darimana, aku kan ndak punya adik
anak perempuan: iyaa.... tapi bentar lagi aku akan jadi adikmu
tibalah hari dimana saat mamaku akan melahirkan adik ku yang sekarang, aku masih disibukkan dengan kegiatanku bermain dengan anak perempuan misterius itu. Suara erangan mamaku dibantu oleh mbah Ibu terdengar dari luar kamar bersalin. oiyaaa.... Saya lupa mengatakan kalo nenek/eyang adalah seorang Bidan yang buka praktek di rumah, sedangkan kakek pensiunan Pegawai pabrik Gula. Yang ternyata sebenarnya setelah aku Tahu bahwa kakek adalah salah satu orang penting yang menumpas pemberontakan terkenal yang terjadi di tahun 1965 di kota Gadis. Berkatalah si Anak perempuan misterius kepadaku

Anak perempuan: Waktunya sudah Tiba!! adikmu akan segera lahir dan aku yang akan menemani adikmu dilain sisi hingga akhir hayat.
Saya: maksudmu apa??? aku ndak ngerti
anak perempuan: sudah waktunya aku pergi, nanti ada saatnya kamu akan tahu sendiri
kemudian dia berlari menuju ruangan dimana mamaku sedang mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan adik ku, aku pun mengejarnya hingga terlihat si anak perempuan ini masuk menembus kamar tersebut. ketika akan aku buka pintunya ternyata terkunci dan aku pun ditarik oleh eyang kakung agar tidak ganggu si mbah yang lagi membantu proses persalinan. Pecahlah tangis keras seorang bayi perempuan di ruang persalinan itu dan yang kutahu setelah mamaku merasa cukup lama dan bisa meninggalkan anak perempuannya. maka berangkatlah kembali merantau ke pulau seberang dengan papaku, aku juga tak ingat berapa lama kedua orang tuaku tinggal di kampung hingga saat mereka menitipkan lagi salah seorang anaknya dan akhirnya  aku mulai tumbuh bersama adekku dalam asuhan mbah kung dan mbah Ibu. Disitu aku masih belum mengerti hanya merasa sosok adik perempuanku ini seperti sudah pernah kenal sebelumnya tapi entah dimana???..... seperti Dejavu dan aku baru tersadar saat akan memasuki masa SMP, dimana kubuka album foto semasa kecil. Disitu aku teringat jelas mulai dari pakaian, model potongan rambut bop hingga senyum lucu dihiasi gigi ompong karna terlalu banyak makan kembang gula. Ini akan anak perempuan misterius itu?? kenapa ini menjadi adekku ya?? siapa dia sebenarnya?? Pertanyaan itu aku simpan sangat lama hingga akhirnya aku dapatkan ketika sudah menginjak masa SMA dimana saat khutbah jumat berkumandang, dijelaskannya tentang Jin Qarin yang menemani manusia sedari lahir hingga ke liang lahat. Bertanyalah aku dalam hati.... jangan-jangan!! sosok anak perempuan misterius itu dulu adalah Jin Qarin adikku??? Tapi, apa mungkin aku bisa bertemu Qarin dari orang yang saat itu belum lahir?? sampai sekarang masih menjadi misteri bagiku
Diubah oleh Dauh.Tukad 22-11-2018 12:00
rarana05
simounlebon
arieaduh
arieaduh dan 43 lainnya memberi reputasi
44
115K
471
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
Dauh.TukadAvatar border
TS
Dauh.Tukad
#5
Bagian 4 ( Hijrah ke Pulau seberang )
Pernah suatu ketika aku bertanya kepada eyang putri....
Saya: mbah Ibu.... Islam nduwe Tuhan, Kristen nduwe Tuhan, hindu nduwe Tuhan, Budha yo nduwe Tuhan, dadi Tuhan sing bener iki milik sopo?? (mbah Ibu..... Islam punya Tuhan, Kristen punya Tuhan, hindu punya Tuhan dan Budha juga punya Tuhan. Jadi Tuhan yang benar itu milik siapa???.....)
Mbah Ibu: ngene wae, sesok mbah ajak koe neng gon ngaji ning langgar kunu yo.... Ben koe lebih ngerti sopo Tuhanmu (gini aja besok mbah ajak kamu ke tempat ngaji di langgar (mushola) sana ya..... Biar kamu lebih mengenal Tuhanmu.)
Entah kenapa..... Aku yang sekecil itu bisa bertanya demikian???.... Basic keluarga mamaku adalah Nasrani, kemudian mamaku menikah dengan papaku yang seorang muslim dan tentunya mamaku ikut agama papaku. Demikian pula dengan aku dan semua adik-adikku, kami semua Alhamdulilah beragama Islam.

Kedua orang tuaku datang lagi, seperti sebelumnya.... Aku dan adik ku takut ketika mereka datang. Karna jelas aku tidak mengenal dekat dengan mereka, hingga akhirnya kedua orang tuaku berlibur cukup lama sampai aku dan adik ku bisa mengenal siapa mereka sebenarnya dan bisa menerima mereka sebagai kedua orangtuaku.
Saat yang dinantikan tiba.... Aku dan adikku harus berpisah dengan mbah Ibu dan mbah Kung, sekecil itu yang bisa kulakukan tentu hanya menangis. Cengeng ya aku semasa kecil hehehehehe......😁😁 naiklah kami didalam bus, yang kuingat saat itu aku duduk dipangkuan mamaku dan adikku duduk dipangkuan papaku. Tak terasa sudah menaiki kapal laut, itu pengalaman pertamaku naik kapal laut. Akhirnya aku, adikku dan kedua orangtuaku telah sampai di terminal Ubung. Yaaa.... Betul, aku telah menjejakkan kaki mungilku di pulau dewata bali saat masih berusia 5 tahun.

Aku ingat betul.... Saat itu hujan mulai turun, sambil menunggu taksi datang, kami sekeluarga berteduh disalah satu warung yang ada di terminal itu, taksi pun datang. Sebelum masuk ke taksi sempat aku lap kaca taksi itu menggunakan lengan jaket yang kupakai, dimarahinya aku oleh mamaku saat itu. Selalu terlintas dipikiranku, apakah aku akan punya teman nanti dikota ini??.... Karna yang aku tahu temanku hanyalah adikku ini. Kami sering sekali bertengkar seperti tom and jerry, yaa..... Hanya sekelumit saja yang bisa kuingat dalam perjalanan ke pulau Dewata.
Beberapa hari di Bali tepatnya di ibukota pulau Bali ini, aku mulai mendapatkan teman. Bahkan diantara mereka adalah teman-teman yang sampai saat ini menjadi seperti saudara sendiri bagiku. Mereka adalah Toriqh, Topan, Kadek, komang dan juga Doni, merekalah teman bermainku semasa kecil. Mamaku selalu berpesan jika aku main dengan mereka, jangan mau jika ada orang tak dikenal ngajak jalan-jalan. Sayangnya kekhawatiran mamaku terjadi saat bermain batulima dengan kawan-kawanku, tiba-tiba saja aku dikejutkan dengan seorang kakek tua disebelahku yang ingin mengajakku jalan-jalan.

Kakek: nak ikut kakek ya..... Nanti kakek belikan mainan
Saya: nggak kek, saya nggak boleh ikut dengan orang yang nggak dikenal
Kakek: aku ini tetangga orangtuamu, nanti kakek antar pulang ya....
Saya: ndak kek..... Saya ndak brani
Topan yang ikut sembunyi bersama ku kaget.....
Topan: kamu ngomong sama siapa???.... Kita cuman berdua aja ngumpet disini ndak ada orang lain
Saya: ada kok Pan...... Itu ada mbah-mbah, sambil nunjuk kearah kakek tersebut.
Topan: mana ndak ada San, jangan ngaco kamu, udah kita pindah aja ngumpetnya.

Kejadian ini sebenarnya sering sekali, kadang tatkala senja mulai meninggalkan langit menyisakan semburat jingga dilangit yang mulai nampak kelam, terdengarlah suara ringkikan kuda hiii..... Hiiiikk...hiii....hiiikkkk.... Sering kali aku menanyakan itu pada mamaku. Karna jaman itu jalan depan rumah kedua orang tuaku kecil dan masih berbatu, itupun hanya cukup dilewati oleh dua motor yang berpapasan, jika salah dikit bisa kecemplung got, belum lagi depan rumahku persis itu kebun dengan pepohonan kelapa yang sangat rapat yang konon disitu adalah salah satu jalan menuju kampung ghaib. Namun mamaku selalu mengatakan padaku, mana???.... Ndak ada suara kuda, jangan aneh-aneh.... Udah nonton tv aja sana, jangan berantem sama adekmu. Papaku bekerja secara wiraswasta, membuat order pesanan tamu dari luar negeri. Jadi rumah kedua orang tuaku bisa dikatakan luas karna pas dibelakang rumah adalah tempat kerja papaku.

Saat pertama kali masuk ke rumah itu, aku sama sekali belum mendapatkan perkenalan dengan makhluk gaib. Malah sebenarnya setelah itu akan sering sekali terjadi teror godaan dari makhluk gaib, namun beberapa diantaranya mereka yang terkena teror adalah mereka yang bekerja pada papa san mamaku tapi berlaku culas. Pernah aku melihat dengan mata mungilku, seorang pembantu mamaku kesurupan. Suaranya berubah menjadi laki-laki terkadang mengeram bagai seekor macan. Jika sudah kesurupan, air bak mandi satu gentong besar diminumnya hingga habis tak bersisa.
Seringkali kedua orang tuaku memanggil salah seorang Ustadz yang memiliki ilmu tinggi untuk mengatasi kejadian kesurupan yang sering terjadi di rumahku. Entah mengapa jika dipanggilkan ustadz atau malah orang pintar selalu tidak mempan bahkan kalah dengan Jin yang merasuki pembantu di rumahku. Kesurupan itu terjadi lagi Bi Inah mengerang layaknya seekor macan aaaaarrrr.....aaaaarrrhh....aaaarrrhh.... 4 orang karyawan papaku memegang Bi Inah sangat kewalahan, tenaganya seperti 10 kali lipat dari orang dewasa. Disaat genting berangkatlah papaku ke rumah Pak Ustadz yang biasa menangani kesurupan di rumahku, karna rumahnya tak jauh dari rumah kedua orangtuaku. Begitu sampai langsung dipegangnya kepala Bi Inah yang kerasukan seraya berkata:

Pak Ustadz: kamu ini senang sekali mengganggu keluarga ini..... Mau kamu apa
Bi Inah: aaarrrrgg..... Aaaarrrrgh..... Aku mau orang ini kapok, dia sudah berbuat jahat pada keluarga ini.
Pak Ustadz: kenapa kamu membantu keluarga ini??...... Apakah keluarga ini minta pertolongan kepadamu??....
Bi Inah: tidak..... Aaaarrrrgg.... Mereka tidak meminta, tapi ini tugasku
Pak Ustadz: siapa yang menugaskanmu
Bi Inah: kamu tidak perlu tau..... Yang jelas leluhurnya adalah Guruku dan Dia yang memintaku untuk menjaga anak Cucunya kelak.
Pak Ustadz: jadi kamu ini bangsa jin yang beragama Islam???
Bi Inah: iya..... Aaaarrrgg.... Aaaarrrgh..... Aku ini dimuslimkan oleh leluhurnya dan berguru agama Islam pada leluhurnya
Pak Ustadz: baiklah..... Kamu mau keluar??? Atau saya yang keluarkan kamu dari Raga ini???
Bi inah: haaahahahaha..... Hahahahaha..... Kamu nantang aku?? Ilmu mu itu masih jauh dibawahku
Pak Ustadz: baik.... Kita selesaikan dihalaman belakang jangan disini.

Digiringlah Bi inah yang kesurupan di halaman belakang, sambil berteriak dengan suara parau yang berat.... LEPAASS.... Aku bisa jalan sendiri. Pak Ustadz pun bersiap-siap pasang kuda-kuda untuk menghadapi Jin yang merasuki Raga Bi Inah.
CIIIIAAATT..... Secepat kilat Pak Ustadz melancarkan tendangan dan beberapa pukulan kearah Bi Inah, namun dengan mudah dihindari. Kini gantian Bi Inah yang kesurupan menyerang dengan jurus laksana gerakan jurus harimau, untungnya Pak Ustadz masih mampu menepis serangan demi serangan yang dilancarkan, walaupun sebenarnya sudah mulai kewalahan menghadapi jurus demi jurus yang dilancarkan sang Jin. Saat kuda-kuda Pak Ustadz terlihat goyah, ditendangnya hingga terjungkal. Begitu akan melanjutkan dengan serangan pukulan mengarah ke wajah pak Ustadz, dengan refleks ditangkis menggunakan tangan kiri dan ternyata tangan kanan Pak Ustadz sudah lebih dulu melancarkan pukulan hingga menghantam perut Bi Inah dan akhirnya terpental beberapa meter di depan Pak Ustadz.
Lumayan juga ilmu pencak dan tenaga dalammy orang tua..... Baiklah aku akan keluar dari raga perempuan ini dan ingat setelah ini harus kamu usir perempuan ini jika tidak aku akan membuatnya MATI....

Seketika itu robohlah tubuh Bi Inah ke tanah dan segera beberapa lelaki karyawan papaku menggotongnya dan memindahkannya kedalam. Kemudian disaat yang bersamaan digotongnya Bi Inah Pak Ustadz memandang tepat dibelakang robohnya Bi Inah tadi terlihat jelas sesosok lelaki berperawakan tinggi besar, gagah dan kekar, berkumis lebat seperti Pak Raden serta berpakaian layaknya warog dari pulau garam dengan ditemani sepasang harimau, dimana salah satunya adalah seekor harimau putih. Aku yang masih kecil dan ketakutan saat itu sedang bersembunyi dibelakang kaki mamaku sempat melihat sekilas penampakan Jin tersebut, antara Pak Ustadz dan Jin tersebut hanya saling berpandangan lalu kemudian menghilang dari hadapan.

Begitu Bi Inah sadar dan masih lemas seperti orang yang kelelahan sangat hebat karna bekerja terlalu berat dengan masih ditemani oleh mamaku dikamar. Pak Ustadz memanggil untuk berbicara dengan papa dan mamaku diruang tamu sederhana, sangat kuingat saat itu jin yang merasuki mengatakan dia adalah jin yang sekarang bersemayam di sumur belakang kamar mandi. Jin tersebut ditugaskan untuk melindungi keluarga kami tapi tak hanya keluarga kami saja, jadi Jin ini sering berkeliling untuk menjaga semua keturunan dari leluhur kami dan itu diamini juga oleh Papaku yang ternyata juga memiliki penglihatan sepertiku. Anakmu ini memiliki bakat lebih, semoga tidak salah jalan hidupnya karna nanti dia akan menjadi orang besar di negeri ini. Lagi dan lagi..... Kata-kata itu terdengar ditelingaku. Aku yang masih kecil hanya bisa menyimpannya dalam alam pikiran dan sempat berkata dalam hati pada diriku sendiri, mungkin nanti saat aku besar (dewasa) akan menemukan jawabannya.
Diubah oleh Dauh.Tukad 17-10-2018 12:28
MFriza85
a.wicaksono
sulkhan1981
sulkhan1981 dan 17 lainnya memberi reputasi
18