Cerita dibawah adalah cerita khayalan penulis, jika ada kesamaan nama, tempat ataupun adegan biarlah hanya menjadi cerita dan tanpa maksud menyinggung pihak tertentu, tapi jika dipercaya kebenarannya ya silahkan saya gak melarang, karena dari khayalan bisa menjadi kenyataan kan?
Spoiler for Pendahuluan:
Cerita ini berlatar belakang di kota Manado, alur cerita ini agak panjang, jadi awal mulanya akan saya masukan di pendahuluan ini.
saya mulai pindah dan menetap di kota Manado itu sekitar tahun 2009 setelah kuliah saya bubar(gagal) saya sempat kerja(magang) di Bali lalu saya kembali ke Jayapura untuk membantu bisnis orang tua dan akhirnya kami sekeluarga pindah ke kota Manado kota kelahiran dan tanah air(tanah lahir maksud saya) orang tua saya, sebenarnya saya awalnya ke kota Manado bukan untuk pindah tetap, hanya kebetulan ada proyek saja, tapi ayah saya melihat ada peluang bisnis di sini, akhirnya kami sekeluarga dan bisnis ayah saya semuanya pindah ke sini.
Jadilah saya jadi orang asing di tanah kelahiran saya sendiri, tanpa teman sama sekali kecuali beberapa sepupu saya. awalnya belum semua keluarga saya pindah kesini, saya tinggal di rumah yang juga kost-kostan milik om saya, disana juga ada sepupu saya yang namanya ferdi. ferdi ini 2 atau 3 tahun lebih tua dari saya, dia kuliah di salah satu universitas ternama yang terkenal bagus ITnya, di kos ini juga tinggal 2 teman ferdi yang juga satu kampus dan satu angkatan, rehan dan hendro.
Setelah saling add account facebook, kebiasaan stalking saya pun beraksi, kan mereka ini kuliah di univ beken, ya siapa tau ada temen kuliahnya yang gemesin kan lumayan hahaha, cukup banyak yang saya add waktu itu tapi hanya sekedar add saja itung nambah-nambah temen, dan berbekal wajah yang lumayan tampan(menurut emak) hampir semua yang saya add pasti di approve, sebenarnya bukan karena apa-apa sih, tapi tahun segitu yang make fb masih belum sebanyak sekarang, jadi ya mungkin mereka pikir lumayan buat nambah-nambahin friendlist. dan Indira adalah salah satu dari cewek itu.
Indira kalau dilihat dari tampilan foto-foto di fbnya, dia cantik(iyalah kalo gak mana saya add) putih, tinggi semampai, rambut lurus sebahu turun dikit agak keliatan oriental dan menurut saya dia chinese hanya saja gak terlalu kelihatan, tapi fotonya agak sedikit kurang jelas karena kualitas kamera hp dulu kan ya tau sendiri, setidaknya bisa keliahatan natural karena belum ada efek-efek yang menjebak foto ilustrasinya nanti aja ya
Sebenarnya ada beberapa yang lebih cantik yang saya add, bahkan beberapa yang memang udah kayak artis cantiknya, dan biasanya kalau udah terlalu cantik gini akan langsung saya skip, ya sadar diri aja, saya jg gantengnya pas-pasan, jelek gak, ganteng banget juga enggak. tapi indira ini saya semacam bingung mau skip apa gak, enak aja diliatnya, tapi akhirnya saya skip juga, hanya sekedar tak inget-inget kalau lagi kangen pengen liat hahaha
Mulai dari sini ceritanya akan saya skip, karena kurang begitu mengena dengan tema, saya cuma pengen nunjukin bagaimana pertama kali saya liat indira .
Perubahan sikap saya sepertinya disadari oleh indira, terlihat dari status-status social medianya.
Quote:
"Kamu kenapa beb?" Tanyaku
"Gak apa-apa"
"Itu status kamu kenapa?"
"Kamu pikir aja sendiri"
"Ya karena aku gak tau ya kamu kasih tau dong beb"
"Kamu tanya soal status aku, terus kamu pernah mikir soal status-status kamu dan apa yang orang lain pikir tentang kamu?"
Indira beberapa kali sering protes tentang status-status saya mengenai kemanusian, kehidupan dll, tapi saya gak pernah menyinggung apalagi menyerang agama tertentu, karena menurut saya agama itu baik hanya saja banyak oknum-oknum yang merusak nama agama mereka sendiri
Tak jarang kami berdebat dan indira selalu kehabisan kata-kata
Quote:
"Emang ada yang salah dengan status-status aku beb?" Tanyaku
"Aku kenal kamu beb, aku tau kamu orang baik, tapi gak dengan orang-orang diluar sana"
"Gak usah dipikirin lah beb, hidup kita kita yang jalani bukan orang lain"
"Kamu mungkin gak perduli sama apa yang orang lain pikirin tentang kamu beb, tapi aku pacar kamu, aku perduli apa yang mereka pikirkan tentang kamu, aku perduli dengan apa anggapan keluarga aku ke kamu" suara indira agak terdengar berat seperti mau menangis
"..." Saya hanya diam, setelah jadian dengan indira, banyak keluarga indira yang nge add social media aku
"Aku perduli dengan apa yang keluarga aku pikir tentang kamu, keluarga aku belum se terbuka keluarga kamu yang bisa memaklumi cara berpikir kamu"
"Terus aku harus gimana ra?" Tanya gw
"Aku gak masalah dengan apa yang kamu yakini, aku cinta sama kamu yan, tapi tolong kamu ngertiin aku" dan tiba-tiba indira menangis
"Tolong kamu ngertiin aku, tolong kamu ngertiin posisi aku yan" kata indira sambil masih memangis sesengukan
"Tolong jangan bikin aku harus memilih antara kamu dan keluarga aku, aku gak sanggup yan, aku sayang kamu" suara indira masih terdengar sesengukan di telepon
"..." lagi-lagi saya terdiam,
Spoiler for flashback:
Flash back beberapa bulan yang lalu, sekitar sebulan sejak kami "being one"
Siang itu indira menelpon aku di sela-sela istirahat siangnya, jarang sekali indira menelpon saya waktu dia istirahat kecuali ada sesuatu yang urgent
Quote:
"Halo beb" sapa indira
"Ya sayang? Tumben nelpon siang-siang" jawabku
"Pulang kerja aku ke kosan, nanti kamu datang ya" jawab indira tanpa merespon cadaanku
"Oh iya beb" jawabku singkat karena kekakuan indira
indira sudah di kosan sekitar jam 6 sore, tapi karena ada kerjaan gw baru bisa datang sekitar jam 8 malam
Saya ketok pintu ruang tamu kosan, dan tak berapa lama pintu dibuka sama indira
Quote:
"Sorry beb tadi masih ada kerjaan jadi agak lama"
"Iya gpp beb" jawab indira lalu tiba-tiba memeluk ku, dan akupun balas memeluk indira
"Kamu kenapa beb? Tanyaku mengeratkan pelukanku
",,,," indira gak menjawab hanya tersenyum sedikit sekali lalu menarik ku duduk ke sofa
"Hey beb kamu gpp kan, tadi siang kamu mau bilang apa??"
"Beb aku telat seminggu, selama ini aku gak pernah telat" disini wajah indira datar
"..." saya terdiam, saya menarik indira mendekati ku, kupeluk indira erat dan dibalas pelukan hangat indira, kucium keningnya, entah kenapa perasaan saya aneh, saya seperti gak ketakutan ataupun sedih, tapi bahagia juga enggak, aku gak masalah kalau memang indira hamil, karena aku benar-benar sayang sama dia, hanya saja saya merasa sedih dan takut dengan indira, aku menyesal takut indira di cap buruk.
"Aku sayang kamu raaa" kataku
"Aku juga sayang kamu yan, tapi beb" kata indira kemudian kelepaskan diri dari pelukanku
"Tadi pas nyampe di sini tiba-tiba aku dapet" kata indira dengan wajah datar
perasaanku tiba2 berbalik, aku jadi kecewa kenapa indira gak jadi hamil manusia itu unik ya
Quote:
"Terus perasaan kamu gimana?" Tanyaku
"Aku juga bingung beb, seminggu kemarin aku jujur gelisah karena gak kunjung dapet, tapi tadi pas tiba-tiba dapet aku malah kecewa, aku pengen dan udah siap punya anak dari kamu beb, tapi aku juga gak bisa bohong aku takut ngecewain keluarga aku"
"Aku ngerti beb, aku ngerasa hal yang sama, aku sayang sama kamu beb, maaf beb waktu itu aku egois banget"
"Gak beb, bukan salah kamu, tapi salah aku juga, jujur aku sempat berpikir gak ada jalan lain bagi kita untuk bersama selain itu, aku benar-benar buta mencintai kamu beb" kata indira kemudian memeluku hangat.