Berikut ini salah satu artikel kilas balik kejadian di tahun 2005. Persebaya memutuskan WO melawan Persija karena tidak mendapatkan jaminan keamanan, alhasil Persebaya dikasih sanksi degradasi.
https://m.liputan6.com/amp/2327223/i...indonesia-2005

Nah, menariknya dari hasil googling ane juga menemukan artikel yg gak kalah menariknya berikut ini.
https://m.panditfootball.com/cerita/...ebaya-surabaya

Sekilas ane terangkan, pada tahun 2010, Persebaya akan menghadapi Persik. Laga ini jadi laga hidup mati kedua klub karena posisi klasemen terjerembad di zona degradasi.

Persebaya harus menang minimal 0-3 kalo mau survive, sedangkan Persik harus menang minimal 5-0.

Laga ini menjadi penentuan buat Pelita Jaya (klubnya Bakrie), jika salah satu klub tersebut menang dgn skor yg ane sebutkan diatas, maka Pelita Jaya terdegradasi.

Pertandingan tersebut batal karena Persik selaku tuan rumah tidak mendapat izin dari kepolisian. Berdasarkan regulasi yg berlaku (saat itu, entah sekarang) apabila tuan rumah gagal menggelar pertandingan karena tidak dapat izin polisi maka tuan rumah dinyatakan kalah WO. Ya aturan tersebut awalnya dilaksanakan dgn memberikan kemenangan WO 0-3 buat Persebaya. Secara teknis, hasil tersebut membuat Persebaya lolos dari zona degradasi.

Nah disinilah keanehan dimulai, operator liga beberapa waktu menyatakan bahwa laga dipindahkan ke Jogja sehingga Persebaya gak jadi menang WO. Menariknya pertandingan di Jogja juga gak jadi karena gak dapat izin polisi. Operator liga "tidak menyerah", laga kembali dipindah ke Palembang.

Persebaya yg merasa dipermainkan PSSI memutuskan WO dari laga tunda di Palembang sehingga Persik dinyatakan menang WO 3-0. Sayangnya hasil inipun tetap membuat Persik degradasi karena kalah selisih gol dari Pelita Jaya.

=================

Berbagai dagelan inkonsistensi penegakan regulasi liga ini bisa terjadi akibat adanya KONFLIK KEPENTINGAN. Gak peduli mau itu Persija, Persib, Arema, Persebaya, dan klub² lainnya kalo ada pengurus klub yg merangkap jadi operator liga dan pengurus PSSI, apalagi rangkap jabatannya di posisi strategis kayak bapak Edy Rahmayadi kesayangan kita² semua, jangan harap sepakbola indonesia bisa tegas dan adil dalam menegakkan regulasi liga.

Makanya ane hopeless sama PSSI buat memperbaiki busuknya liga kita tercinta karena merekalah pelaku utama dari berbagai kebusukan yg ada ini.


Harus suporter yg bersatu dan sadar bergerak bersama melawan kebusukan yg ada ini. Bisa dimulai dari boikot nonton liga busuk. Tapi kalo suporternya masih gini² aja saling bermusuhan dan adu salah²an yaudah sepakbola indonesia sampai kapanpun bakal gini² aja terus.