Quote:
Semarang, 28 Juni 2018
Jujur, aku bingung harus mulai dari mana. Ini pertama kali aku menulis narasi atau entah apa orang lain menyebut sesuatu yang saat ini aku tulis. Aku pun tak tau, nilai bahasa Indonesia ku jelek😂
Raja, seorang cowok yang sudah kukenal sejak bayi. Bahkan orang tua kami sudah saling kenal sebelum kami berdua lahir.
Kalau ngomongin Raja, engga bakal ada habisnya. Dia adalah cowok yang bisa dibilang hampir sempurna. Wajah yang rupawan, berhati baik, sikap cuek tapi diam - diam perhatian, ilmu agama yang cukup baik untuk sekelas anak yang mainnya di jalanan, kecerdasan di atas rata - rata untuk sekelas anak yang jarang memegang buku pelajaran, keahliannya dalam ilmu bela diri pun tak bisa dianggap remeh.
Waktu kecil, suaranya hampir selalu menggema saat shalawat sebelum shalat dimulai. Dia adalah sosok anak kecil yang paling aktif mengunjungi masjid dekat rumah kala itu. Sosoknya hampir selalu ada diantara jamaah masjid yang didominasi oleh orang tua.
Dari awal memasuki Sekolah Dasar, aku dan Raja berada dalam satu kelas yang sama. Sejak kelas satu SD, Raja sudah menunjukkan prestasi nya. Ia selalu berada di ranking tiga besar. Ia pun selalu menjadi salah satu wakil dari dua siswa yang mewakili sekolahan dalam lomba - lomba mata pelajaran.
Saat kelas 4 SD, Raja mengikuti ekstrakulikuler Pencak Silat. Selama 2 tahun aktif di dunia Silat, Ia beberapa kali menjadi juara entah itu di kategori seni, maupun tanding. Dia benar - benar sudah mencuri hatiku sejak kecil.
Layaknya anak laki - laki biasanya, Raja mulai menjadi nakal ketika memasuki sekolah menengah. Suaranya menjadi jarang bergema di masjid. Shalatnya pun mulai sering tidak tepat waktu.
Hatiku sering cemas ketika suara shalawatnya tidak berkumandang di saat waktu shalat subuh di minggu pagi. Kabar dari warga, Raja dan gerombolannya sering ikut Balapan Liar. Aku sering berpikir yang tidak - tidak saat Sabtu Malam tiba. Karena Sabtu Malam adalah saat dimana para pembalap - pembalap liar bertanding. Apalagi anak jalanan seperti itu sering mengkonsumsi miras dan pil koplo sebelum bertanding.
Memasuki SLTA, hatiku semakin tidak karuan karena mendengar Raja masuk STM yang terkenal biangnya tawuran di kota ini. Namun dari sini lah kedekatanku dengan dia mulai intens. Perlahan, kekhawatiranku mulai hilang saat mengetahui Raja bukanlah pengkonsumsi miras ataupun narkoba.
Hari itu, aku menemaninya pindahan ke rumah barunya. Saat itu juga dia menembakku dengan cara yang benar - benar konyol. Tak perlu waktu lama aku untuk menjawabnya. Sudah belasan tahun aku menunggu saat itu tiba.
Beberapa minggu setelah jadian dengannya, aku memintanya untuk berhenti memacu motor dijalanan. Ia sempat protes, namun akhirnya dia menyanggupi permintaanku. Satu lagi kekhawatiranku hilang.
Hanya tinggal satu lagi kekhawatiranku, yaitu restu dari Ibunda ku sendiri. Kali ini, kekhawatiranku terbukti. Ibu ku memindahkan aku ke kampung halaman. Orang tua ku sempat bertengkar hebat. Aku haya bisa pasrah menuruti Ibu. Dan akhirnya Aku dan Raja harus berpisah karena terhalang restu orang tua.
Aku hanya bisa berdoa semoga kita masih bisa dipertemukan entah itu kembali menjadi sepasang kekasih, ataupun hanya menjadi teman biasa seperti saat kita kecil dahulu.
Aku hanya berpesan, kelak jika kamu punya anak, ceritakan lah ke anakmu bahwa dahulu pernah ada seorang wanita konyol yang diam - diam mengagumi mu selama belasan tahun.
-Shinta
Kata - kata dan cara penulisannya ada yang saya ubah. Gausah protes
. Pencitraan ur head
Kzl bat saya