- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR


TS
finahdy
[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291011540993.jpg)
BUKAN SALAH TAKDIR
Quote:
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291017480030.jpg)
Gelang tasbih ini menjadi saksi bisu atas kehidupan kelam dalam pencarian jati diri yang sempat ku salahi kodrat - Nya.
Masa kecil yang jauh dari kata bahagia membuatku terpaksa membenci Sang Pencipta hingga menjadikanku makhluk paling hina di dunia ini.
Sebelumnya perkenalkan, namaku adalah Fahrizal Hanafi. Nama itu sesuai dengan apa yang tertulis dalam akta kelahiranku yang dengan sengaja ku ubah di pertengahan perjalanan hidupku.
Aku terlahir sebagai si sulung yang seharusnya bertanggung jawab akan masa depan kedua adik perempuanku namun nyatanya karena kebodohanku , aku mengubah mereka menjadi penakut kehidupan untuk beberapa masa.
Ibuku hanyalah seorang pengajar di taman kanak - kanak yang gajinya harus cukup untuk menghidupi ketiga anaknya serta dirinya sendiri.
Ibu sering bahkan selalu mendapat cemoohan dari orang lain sebab seseorang yang hanya hadir dalam kehidupan keluargaku saat ia ingin melampiaskan birahinya.
Yaaa….. seseorang yang aku maksud itu adalah dia yang menjadikanku ada di dunia ini. Sejak kecil aku tak pernah memanggilnya seperti anak lain memanggil orangtua laki-laki mereka.
Dan sebab dialah aku sempat membenci kodratku yang harus tercipta sejenis dengannya.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291020480251.jpg)
Aku masih ingat , sore itu aku baru saja akan menyapu rumah karena aku tak tega jika ibu yang melakukannnya sebab beliau tengah mengandung adik bungsuku.
Namun disaat ketenangan yang waktu itu kurasakan tiba - tiba berubah saat dia datang setelah 7 bulan menghilang tanpa jejak.
Dengan wajah beringasnya ia mengacak-acak rumah, tujuannya mencari ibu yang saat itu tengah menjalankan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan.
Dia berteriak - teriak bak berada di hutan belantara .
“dimana ibumu?” bentaknya pada adikku yang bernama ghaina .
Ghaina hanya menggeleng, tidak berani menjawab bahkan raut wajahnya jelas menggambarkan ketakutan yang teramat sangat.
“dasar bisu” bentaknya lagi pada ghaina .
Tanpa di duga ia mendatangiku , merampas sapu yang kupegang.
“mana ibumu?” bentaknya padaku.
Aku hanya diam, tak menjawabnya karena enggan.
Hampir saja sapu itu melayang dan mengenai badanku andai saja ibu tak lekas datang dan melindungiku tanpa memperdulikan sebesar apa perutnya waktu itu.
“pak.. istighfar..” ucap ibu memperingatkan lelaki itu.
“woooohhh bagus ya, pantes saja dia jadi banci . Kebanyakan dimanja ya jadinya gitu” ucapnya berapi-api.
“sampean ini kenapa? Istighfar pak” ibu tersedu menyadarkan orang itu.
“istighfar istighfar.. gak bikin kaya juga” jawabnya tanpa merasa berdosa.
“leh sampean ajak adekmu masuk ya” pinta ibu agar aku mengajak ghaina ke dalam sedangkan beliau menghadapi monster itu sendirian.
Percekcokan yang teramat sangat dahsyat hingga membuat adik bungsuku hampir terlahir prematur namun Tuhan masih menyelamatkannya.
Semenjak saat itu aku benar - benar membenci kodratku dan berharap secepatnya dia lenyap dari dunia ini.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291023380973.jpg)
Hari ke - 4 kedatangannya.
Aku baru pulang dari sekolah, bersama adikku ghaina.
Dia menyeruput kopi hitamnya dengan posisi duduk seperti di warung.
Sejak kecil aku tidak pernah mau menyentuh tangannya apalagi sampai menciumnya, tidak pernah.
Saat aku baru saja menginjakkan kakiku di depan pintu, terdengar suara teriakan yang berasal dari mulutnya.
Terlihat ia memegangi dadanya dan mengerang kesakitan.
Aku sama sekali tak memperdulikannya seperti ia sama sekali tak memperdulikanku.
Meskipun dalam keadaan sekarat, lidahnya tak pernah kelu mengucap kata - kata kotor. Aku yakin malaikat maut sakit hati mendengarnya hingga membuatnya mencabut nyawa orang itu dengan kasar dan tanpa ampun.
Lima menit kemudian ia terkapar , tak bersuara sama sekali. Dia benar - benar mati namun aku tak perduli.
Tak lama kemudian ibu yang baru pulang setelah mengajar langsung menjerit meminta tolong pada siapapun yang berada di dekat rumah.
Semua tetangga berdatangan, aku hanya melihatnya dari dalam.
Ia telah tewas tanpa sempat meminta maaf pada mereka yang pernah ia sakiti terutama ibu.
Mungkin hanya ibu yang bersedih hari itu, saat dimana orang itu terkubur dalam tanah bersama semua amal buruknya yang akan menjadi sasaran empuk bagi siksaan malaikat penanya dalam kubur.
Dia memang mati pada hari itu tapi aku merasa bahwa aku yatim sejak lahir.
Setidaknya adik bungsuku tak akan pernah mendapat siksaan seperti yang aku dan ghaina rasakan.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291025250877.jpg)
Setelah lulus SMA.
aku berusaha membantu ibu dengan bekerja di kota, karena sungguh tak mungkin aku mencari nafkah di desa terisolir seperti disana.
Mencari pekerjaan sangatlah tidak mudah, jika kamu tak mempunyai kenalan orang dalam atau sejumlah uang untuk menyogok mereka maka semua amplop berisi lamaran pekerjaan yang telah kau ajukan bagi mereka hanyalah sampah yang akan ditumpuk dan dimusnahkan ketika sudah menggunung.
Tanpa mereka sadari kedzholiman turun temurun yang selama ini mereka lakukan itu sudah memutus masa depan jutaan anak bangsa yang akhirnya terjerat dalam pekerjaan yang menyesatkan kehidupan mereka.
Seperti yang aku alami saat itu.
Karena ditolak semua perusahaan yang telah kulamar pekerjaannya, aku harus menjadi seorang PSW (Pekerja SX Waria).
Bukan inginku tapi hanya inilah yang mampu membuatku mampu membantu perekonomian keluarga terutama biaya sekolah kedua adikku.
Aku bekerja di sebuah dari yang teramat familiar sebagai tempat nongkrongnya para kaum sepertiku, kaum yang terjerat akan kejamnya nepotisme turun temurun yang sudah mendarah daging di negri ini.
Ketika aku pulang untuk berkunjung demi melepas rindu pada keluarga, aku bingung harus menjawab apa saat ibu dan kedua adikku bertanya dimana tempatku bekerja? Sebab uang yang kuhasilkan saat itu bisa dibilang sangat fantastis dibanding remaja lain yang bekerja di kota sepertiku.
“mas rizal kerja dimana? Pasti kantornya gede ya soalnya mas rizal bisa beliin aku sepeda . Bisa beliin ini itu” celetuk adik bungsuku yang mulai besar itu.
“iya dek. Mas rizal kerja di kantor yang gede banget. Doakan mas rizal kerasan ya biar bisa beliin semua kemauan sampean” jawabku dengan perasaan tak tenang karena telah membohonginya dan ibu.
“pasti leh. Yang penting kerjamu ini halal, pasti ibu akan selalu dukung kok” balas ibu yang semakin membuatku merasa berdosa.
Kenapa takdir tak pernah adil kepadaku?
Semakin hari aku semakin menikmati pekerjaan itu hingga sampailah aku di titik dimana kehidupanku benar - benar menyimpang.
Aku mulai menjalin hubungan dengan seseorang yang sejenis denganku, yang dulu sempat ku benci keberadaannya kini menjadi jenis yang paling aku cintai di dunia ini.
Tak perduli sebesar apa dosa yang ku lakukan ini, toh waktu itu aku sudah tak mempercayai adanya Tuhan di dalam kehidupanku.
Karena bagiku Tuhan selalu pilih kasih dalam menciptakan takdir baik, dan aku hanya mendapat semua takdir buruk yang tak satupun merasakannya.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291028230515.jpg)
Sepandai - pandainya kau menyimpan bangkai, pastilah suatu saat akan tercium juga baunya .
Malam itu seperti biasa, aku sedang mangkal di bundaran yang populer dikotaku.
Aku menemani para lelaki hidung belang yang haus akan nafsu duniawi.
(FYI : kebanyakan dari mereka datang bukan karena belok, hanya saja mereka ingin melampiaskan tanpa mendapat resiko seperti hamil).
Aku mencoba menggoda setiap laki - laki berdompet tebal yang datang dan berharap mendapat satu pelanggan di malam itu.
Beruntunglah aku mendapat satu, pria paruh baya yang rambutnya dipenuhi dengan uban.
Ia mengajakku untuk bermalam minggu di suatu tempat yang sering ia kunjungi, pria ini baru saja kehilangan istri untuk ketiga kalinya.
Di suatu pasar malam , pria ini menawariku makanan dan kita makan disana.
Meja makan ini hampir saling berdempetan karena memanfaatkan tempat yang tersisa.
Seorang gadis kecil duduk sendiri seraya tangannya terus mengaduk mangkok bakso yang ada di depannya.
Wajahnya tak asing bagiku, namun lampu disini hampir remang sehingga aku harus benar - benar memastikan bahwa aku mengenalnya untuk jaga - jaga kapan aku harus menghindar.
Gadis itu mungkin merasa kuperhatikan sehingga dia langsung berbalik melihatku dan betapa terkejutnya aku bahwa dia adalah ghaina, Adikku.
Sesegera mungkin aku menutupi wajahku dan pergi meninggalkan tempat itu sebab tidak mungkin aku menemuinya dengan penampilan seperti itu.
Namun sialnya, ghaina mengenaliku. Dia berlari mengejarku dan sampai akhirnya dia mendapat bagian belakang bajuku.
“mas rizal? Sampean mas rizal kan?” ucapnya bertubi - tubi demi memastikan bahwa itu benarlah diriku.
“maaf kamu siapa ya? Mungkin salah orang” elakku.
“sampean mas rizal, aku tau. Sejak sampean masuk warung itu aku tau kalau itu sampean. Sampean jahat mas. Aku kesini cuma pengen tau apa pekerjaan sampean yang sebenarnya tapi ternyata sampean… Ya Allah….” ghaina mulai menangis hingga menjadi tontonan orang lain.
Disitu aku bingung dengan apa yang harus aku lakukan.
Aku menyentuh pundaknya untuk menenangkannya namun langsung ditepisnya “gausah megang - megang aku, aku gak punya mas banci kayak sampean. Aku gak punya mas. Mas ku sudah gak ada” bentaknya lalu ia berlari meninggalkan keramaian itu.
Disitulah aku mulai merasa bahwa diriku ini benar - benar hina, namun aku tetap menyalahkan Tuhan karena Ia menakdirkanku bertemu dengan ghaina diwaktu yang tidak tepat.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291029170201.jpg)
Sebulan setelah kejadian itu, aku mencoba memperbaiki hubunganku dengan keluarga karena sudah pasti ghina menceritakannya pada ibu.
Dan benar saja baru satu langkah aku masuk ke dalam rumah, ghina berusaha mengusirku bahkan dia tak henti memukuliku dengan sapu agar aku kembali pulang.
Hingga akhirnya ibu menenangkan emosi ghaina dan menyuruhnya masuk kedalam kamar.
Dengan penuh penyesalan aku berlutut di kaki ibu, aku menangis dan meminta maaf dengan semua yang telah ku lakukan.
Ibu .. walaupun ia kecewa denganku namun ia tetap memaafkanku bahkan pelukan hangatnya itu membuatku tak henti menangis.
“sudah… sudah… ini semua sudah terlanjur. Sekarang ibu minta sampean tobat ya leh. Minta maaf sama Allah , perbaiki semua kesalahan sampean dan jangan diulangi lagi.” tutur ibu dengan lemah lembutnya.
“aku janji buk. Aku gak bakal ngulang semua itu lagi. Aku janji” ucapku pada ibu.
Dan sejak itulah aku bertekat untuk mondok demi memperbaiki semua kesalahanku.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291029350429.jpg)
Namun godaan itu muncul, bukan baju koko atau sarung dan peci yang kubawa. Melainkan semua baju perempuan yang dulu kupakai yang kubawa untuk mondok.
Aku takut bertemu dengan laki - laki disana sehingga memutuskan untuk mendaftarkan diriku dengan identitas NISA yang kupakai dalam pekerjaan kelamku.
Aku diterima disana walaupun ada yang curiga denganku, namun sebisa mungkin aku bersikap normal seolah aku benar - benar wanita yang harus belajar ilmu agama.
Aku kikuk dengan semua wanita yang ada disitu hingga membuatku menjadi pendiam dan tak bersosialisasi dengan siapapun meski dia teman sekamarku.
Hanya sesekali aku menjawab pertanyaan mereka ketika mereka bertanya pertanyaan penting kepadaku.
Terulang kembali, bangkai yang ku kubur ini akhirnya tercium juga.
Kedua adikku tiba - tiba saja datang melihatku dan dalam keadaanku yang menjadi seorang Nisa.
Entah kenapa anak dari ustadz ilyas itu mampu mengenali wajahku yang berbeda dari foto yang dibawa oleh ghaina.
Hingga membuat semua penyamaranku terbongkar dan membuat kedua adikku kembali memusuhiku.
Aku sempat membenci anak ustadz itu karena dialah yang membuat semua ini menjadi runyam.
Kedokku terbongkar hingga membuat pondok putri geger bahKan teman sekamarku banyak yang sakit karena kaget dengan kejadian itu.
Ustadz ilyas memberikanku pilihan apakah aku tetap belajar dan kembali menjadi seorang muslim atau aku pergi dari pesantren itu.
Pilihan yang sangat sulit namun ustadz itu menyarankan bahwa aku harus tetap tinggal dan beliau bahkan mau membantuku kembali ke kodratku.
Selama di pesantren putra aku mengira bahwa aku akan kembali normal namu ternyata sifat menyimpangku kembali datang.
Bahkan aku sampai mencuri pakaian dalam para santri demi memuaskan hasratku, Hingga membuat pesantren kembali geger .
Semuanya terungkap sesuai cerita yang pernah dituturkan anak ustadz ilyas dalam suatu thread sebab aku tak perlu menjelaskannya kembali karena aku sangatlah malu.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291030070956.jpg)
Dengan semua kejadian itu akhirnya aku benar - benar bertekad untuk taubat.
Setiap malam aku memohon ampun kepada Allah agar Dia mau memaafkan segala dosaku.
Bahkan aku rela mengabdi di ndalem demi mendapat berkah dari Kyai yang tetap menerimaku walau aku telah mencoreng nama baik pesantrennya itu.
Dan akupun akhirnya tersadar bahwa semua ini bukanlah salah takdir hanya aku yang tidak mampu mengendalikannya.
Aku mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan demi bisa mengajar di sekolah yayasan pesantren dan aku bertekad bisa meneruskan perjuangan para ustadz yang telah membantuku kembali menemukan jati diri.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291030460546.jpg)
Allah memang terlalu baik kepada setiap Hamba - Nya.
Walaupun aku sering lalai dalam menjalankan kewajiban bahkan aku sempat menyalahi kodrat - Nya , aku tetap diberikan semua kenikmatan yang membuatku tak berhenti bersyukur.
Sebuah pekerjaan menjadi seorang guru kini berada di kehidupanku.
Bahkan aku diberi kenikmatan untuk bisa berjodoh dengan wanita sholehah yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya dalam kehidupanku.
Wanita yang menerima semua masa lalu ku, yang selalu sabar menghadapiku, dan wanita yang telah menjadikanku seorang ayah dari anak - anak yang telah ia lahirkan untukku.
Wanita yang dulu pernah kusakiti hatinya , kini menjadi wanita yang membuatku selalu bersyukur dalam menikmati setiap manis pahitnya kehidupan ini.
Kini aku bukanlah fahrizal yang dulu, yang selalu menyalahkan takdir dalam setiap nafasku . Namun kini aku adalah fahrizal yang senantiasa mensyukuri kehidupan yang telah Allah berikan kepadaku.
Kita memang tidak bisa memilih.
Dari sperma siapa kita akan berasal.
Dalam rahim siapa kita belajar arti kehidupan.
Dalam keluarga seperti apa kita akan tumbuh.
Kehidupan seperti apa yang akan kita jalani.
Jodoh seperti apa yang akan melengkapi kehidupan kita.
Anak - cucu yang bagaimana yang akan kita melanjutkan perjuangan kita.
Bahkan dalam keadaan seperti apa nantinya kita akan meninggal.
Semua itu sudah ada aturannya, tak perlu dirubah atau disalahkan kejadiannya.
Hanya perlu dijalani, dinikmati serta disyukuri meski berat sekalipun.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291031570276.jpg)
--------------TAMAT---------------



knoopy dan 3 lainnya memberi reputasi
4
3.8K
8


Komentar yang asik ya
Tampilkan semua post


TS
finahdy
#1
[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291011540993.jpg)
BUKAN SALAH TAKDIR
Quote:
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291017480030.jpg)
Gelang tasbih ini menjadi saksi bisu atas kehidupan kelam dalam pencarian jati diri yang sempat ku salahi kodrat - Nya.
Masa kecil yang jauh dari kata bahagia membuatku terpaksa membenci Sang Pencipta hingga menjadikanku makhluk paling hina di dunia ini.
Sebelumnya perkenalkan, namaku adalah Fahrizal Hanafi. Nama itu sesuai dengan apa yang tertulis dalam akta kelahiranku yang dengan sengaja ku ubah di pertengahan perjalanan hidupku.
Aku terlahir sebagai si sulung yang seharusnya bertanggung jawab akan masa depan kedua adik perempuanku namun nyatanya karena kebodohanku , aku mengubah mereka menjadi penakut kehidupan untuk beberapa masa.
Ibuku hanyalah seorang pengajar di taman kanak - kanak yang gajinya harus cukup untuk menghidupi ketiga anaknya serta dirinya sendiri.
Ibu sering bahkan selalu mendapat cemoohan dari orang lain sebab seseorang yang hanya hadir dalam kehidupan keluargaku saat ia ingin melampiaskan birahinya.
Yaaa….. seseorang yang aku maksud itu adalah dia yang menjadikanku ada di dunia ini. Sejak kecil aku tak pernah memanggilnya seperti anak lain memanggil orangtua laki-laki mereka.
Dan sebab dialah aku sempat membenci kodratku yang harus tercipta sejenis dengannya.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291020480251.jpg)
Aku masih ingat , sore itu aku baru saja akan menyapu rumah karena aku tak tega jika ibu yang melakukannnya sebab beliau tengah mengandung adik bungsuku.
Namun disaat ketenangan yang waktu itu kurasakan tiba - tiba berubah saat dia datang setelah 7 bulan menghilang tanpa jejak.
Dengan wajah beringasnya ia mengacak-acak rumah, tujuannya mencari ibu yang saat itu tengah menjalankan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan.
Dia berteriak - teriak bak berada di hutan belantara .
“dimana ibumu?” bentaknya pada adikku yang bernama ghaina .
Ghaina hanya menggeleng, tidak berani menjawab bahkan raut wajahnya jelas menggambarkan ketakutan yang teramat sangat.
“dasar bisu” bentaknya lagi pada ghaina .
Tanpa di duga ia mendatangiku , merampas sapu yang kupegang.
“mana ibumu?” bentaknya padaku.
Aku hanya diam, tak menjawabnya karena enggan.
Hampir saja sapu itu melayang dan mengenai badanku andai saja ibu tak lekas datang dan melindungiku tanpa memperdulikan sebesar apa perutnya waktu itu.
“pak.. istighfar..” ucap ibu memperingatkan lelaki itu.
“woooohhh bagus ya, pantes saja dia jadi banci . Kebanyakan dimanja ya jadinya gitu” ucapnya berapi-api.
“sampean ini kenapa? Istighfar pak” ibu tersedu menyadarkan orang itu.
“istighfar istighfar.. gak bikin kaya juga” jawabnya tanpa merasa berdosa.
“leh sampean ajak adekmu masuk ya” pinta ibu agar aku mengajak ghaina ke dalam sedangkan beliau menghadapi monster itu sendirian.
Percekcokan yang teramat sangat dahsyat hingga membuat adik bungsuku hampir terlahir prematur namun Tuhan masih menyelamatkannya.
Semenjak saat itu aku benar - benar membenci kodratku dan berharap secepatnya dia lenyap dari dunia ini.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291023380973.jpg)
Hari ke - 4 kedatangannya.
Aku baru pulang dari sekolah, bersama adikku ghaina.
Dia menyeruput kopi hitamnya dengan posisi duduk seperti di warung.
Sejak kecil aku tidak pernah mau menyentuh tangannya apalagi sampai menciumnya, tidak pernah.
Saat aku baru saja menginjakkan kakiku di depan pintu, terdengar suara teriakan yang berasal dari mulutnya.
Terlihat ia memegangi dadanya dan mengerang kesakitan.
Aku sama sekali tak memperdulikannya seperti ia sama sekali tak memperdulikanku.
Meskipun dalam keadaan sekarat, lidahnya tak pernah kelu mengucap kata - kata kotor. Aku yakin malaikat maut sakit hati mendengarnya hingga membuatnya mencabut nyawa orang itu dengan kasar dan tanpa ampun.
Lima menit kemudian ia terkapar , tak bersuara sama sekali. Dia benar - benar mati namun aku tak perduli.
Tak lama kemudian ibu yang baru pulang setelah mengajar langsung menjerit meminta tolong pada siapapun yang berada di dekat rumah.
Semua tetangga berdatangan, aku hanya melihatnya dari dalam.
Ia telah tewas tanpa sempat meminta maaf pada mereka yang pernah ia sakiti terutama ibu.
Mungkin hanya ibu yang bersedih hari itu, saat dimana orang itu terkubur dalam tanah bersama semua amal buruknya yang akan menjadi sasaran empuk bagi siksaan malaikat penanya dalam kubur.
Dia memang mati pada hari itu tapi aku merasa bahwa aku yatim sejak lahir.
Setidaknya adik bungsuku tak akan pernah mendapat siksaan seperti yang aku dan ghaina rasakan.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291025250877.jpg)
Setelah lulus SMA.
aku berusaha membantu ibu dengan bekerja di kota, karena sungguh tak mungkin aku mencari nafkah di desa terisolir seperti disana.
Mencari pekerjaan sangatlah tidak mudah, jika kamu tak mempunyai kenalan orang dalam atau sejumlah uang untuk menyogok mereka maka semua amplop berisi lamaran pekerjaan yang telah kau ajukan bagi mereka hanyalah sampah yang akan ditumpuk dan dimusnahkan ketika sudah menggunung.
Tanpa mereka sadari kedzholiman turun temurun yang selama ini mereka lakukan itu sudah memutus masa depan jutaan anak bangsa yang akhirnya terjerat dalam pekerjaan yang menyesatkan kehidupan mereka.
Seperti yang aku alami saat itu.
Karena ditolak semua perusahaan yang telah kulamar pekerjaannya, aku harus menjadi seorang PSW (Pekerja SX Waria).
Bukan inginku tapi hanya inilah yang mampu membuatku mampu membantu perekonomian keluarga terutama biaya sekolah kedua adikku.
Aku bekerja di sebuah dari yang teramat familiar sebagai tempat nongkrongnya para kaum sepertiku, kaum yang terjerat akan kejamnya nepotisme turun temurun yang sudah mendarah daging di negri ini.
Ketika aku pulang untuk berkunjung demi melepas rindu pada keluarga, aku bingung harus menjawab apa saat ibu dan kedua adikku bertanya dimana tempatku bekerja? Sebab uang yang kuhasilkan saat itu bisa dibilang sangat fantastis dibanding remaja lain yang bekerja di kota sepertiku.
“mas rizal kerja dimana? Pasti kantornya gede ya soalnya mas rizal bisa beliin aku sepeda . Bisa beliin ini itu” celetuk adik bungsuku yang mulai besar itu.
“iya dek. Mas rizal kerja di kantor yang gede banget. Doakan mas rizal kerasan ya biar bisa beliin semua kemauan sampean” jawabku dengan perasaan tak tenang karena telah membohonginya dan ibu.
“pasti leh. Yang penting kerjamu ini halal, pasti ibu akan selalu dukung kok” balas ibu yang semakin membuatku merasa berdosa.
Kenapa takdir tak pernah adil kepadaku?
Semakin hari aku semakin menikmati pekerjaan itu hingga sampailah aku di titik dimana kehidupanku benar - benar menyimpang.
Aku mulai menjalin hubungan dengan seseorang yang sejenis denganku, yang dulu sempat ku benci keberadaannya kini menjadi jenis yang paling aku cintai di dunia ini.
Tak perduli sebesar apa dosa yang ku lakukan ini, toh waktu itu aku sudah tak mempercayai adanya Tuhan di dalam kehidupanku.
Karena bagiku Tuhan selalu pilih kasih dalam menciptakan takdir baik, dan aku hanya mendapat semua takdir buruk yang tak satupun merasakannya.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291028230515.jpg)
Sepandai - pandainya kau menyimpan bangkai, pastilah suatu saat akan tercium juga baunya .
Malam itu seperti biasa, aku sedang mangkal di bundaran yang populer dikotaku.
Aku menemani para lelaki hidung belang yang haus akan nafsu duniawi.
(FYI : kebanyakan dari mereka datang bukan karena belok, hanya saja mereka ingin melampiaskan tanpa mendapat resiko seperti hamil).
Aku mencoba menggoda setiap laki - laki berdompet tebal yang datang dan berharap mendapat satu pelanggan di malam itu.
Beruntunglah aku mendapat satu, pria paruh baya yang rambutnya dipenuhi dengan uban.
Ia mengajakku untuk bermalam minggu di suatu tempat yang sering ia kunjungi, pria ini baru saja kehilangan istri untuk ketiga kalinya.
Di suatu pasar malam , pria ini menawariku makanan dan kita makan disana.
Meja makan ini hampir saling berdempetan karena memanfaatkan tempat yang tersisa.
Seorang gadis kecil duduk sendiri seraya tangannya terus mengaduk mangkok bakso yang ada di depannya.
Wajahnya tak asing bagiku, namun lampu disini hampir remang sehingga aku harus benar - benar memastikan bahwa aku mengenalnya untuk jaga - jaga kapan aku harus menghindar.
Gadis itu mungkin merasa kuperhatikan sehingga dia langsung berbalik melihatku dan betapa terkejutnya aku bahwa dia adalah ghaina, Adikku.
Sesegera mungkin aku menutupi wajahku dan pergi meninggalkan tempat itu sebab tidak mungkin aku menemuinya dengan penampilan seperti itu.
Namun sialnya, ghaina mengenaliku. Dia berlari mengejarku dan sampai akhirnya dia mendapat bagian belakang bajuku.
“mas rizal? Sampean mas rizal kan?” ucapnya bertubi - tubi demi memastikan bahwa itu benarlah diriku.
“maaf kamu siapa ya? Mungkin salah orang” elakku.
“sampean mas rizal, aku tau. Sejak sampean masuk warung itu aku tau kalau itu sampean. Sampean jahat mas. Aku kesini cuma pengen tau apa pekerjaan sampean yang sebenarnya tapi ternyata sampean… Ya Allah….” ghaina mulai menangis hingga menjadi tontonan orang lain.
Disitu aku bingung dengan apa yang harus aku lakukan.
Aku menyentuh pundaknya untuk menenangkannya namun langsung ditepisnya “gausah megang - megang aku, aku gak punya mas banci kayak sampean. Aku gak punya mas. Mas ku sudah gak ada” bentaknya lalu ia berlari meninggalkan keramaian itu.
Disitulah aku mulai merasa bahwa diriku ini benar - benar hina, namun aku tetap menyalahkan Tuhan karena Ia menakdirkanku bertemu dengan ghaina diwaktu yang tidak tepat.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291029170201.jpg)
Sebulan setelah kejadian itu, aku mencoba memperbaiki hubunganku dengan keluarga karena sudah pasti ghina menceritakannya pada ibu.
Dan benar saja baru satu langkah aku masuk ke dalam rumah, ghina berusaha mengusirku bahkan dia tak henti memukuliku dengan sapu agar aku kembali pulang.
Hingga akhirnya ibu menenangkan emosi ghaina dan menyuruhnya masuk kedalam kamar.
Dengan penuh penyesalan aku berlutut di kaki ibu, aku menangis dan meminta maaf dengan semua yang telah ku lakukan.
Ibu .. walaupun ia kecewa denganku namun ia tetap memaafkanku bahkan pelukan hangatnya itu membuatku tak henti menangis.
“sudah… sudah… ini semua sudah terlanjur. Sekarang ibu minta sampean tobat ya leh. Minta maaf sama Allah , perbaiki semua kesalahan sampean dan jangan diulangi lagi.” tutur ibu dengan lemah lembutnya.
“aku janji buk. Aku gak bakal ngulang semua itu lagi. Aku janji” ucapku pada ibu.
Dan sejak itulah aku bertekat untuk mondok demi memperbaiki semua kesalahanku.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291029350429.jpg)
Namun godaan itu muncul, bukan baju koko atau sarung dan peci yang kubawa. Melainkan semua baju perempuan yang dulu kupakai yang kubawa untuk mondok.
Aku takut bertemu dengan laki - laki disana sehingga memutuskan untuk mendaftarkan diriku dengan identitas NISA yang kupakai dalam pekerjaan kelamku.
Aku diterima disana walaupun ada yang curiga denganku, namun sebisa mungkin aku bersikap normal seolah aku benar - benar wanita yang harus belajar ilmu agama.
Aku kikuk dengan semua wanita yang ada disitu hingga membuatku menjadi pendiam dan tak bersosialisasi dengan siapapun meski dia teman sekamarku.
Hanya sesekali aku menjawab pertanyaan mereka ketika mereka bertanya pertanyaan penting kepadaku.
Terulang kembali, bangkai yang ku kubur ini akhirnya tercium juga.
Kedua adikku tiba - tiba saja datang melihatku dan dalam keadaanku yang menjadi seorang Nisa.
Entah kenapa anak dari ustadz ilyas itu mampu mengenali wajahku yang berbeda dari foto yang dibawa oleh ghaina.
Hingga membuat semua penyamaranku terbongkar dan membuat kedua adikku kembali memusuhiku.
Aku sempat membenci anak ustadz itu karena dialah yang membuat semua ini menjadi runyam.
Kedokku terbongkar hingga membuat pondok putri geger bahKan teman sekamarku banyak yang sakit karena kaget dengan kejadian itu.
Ustadz ilyas memberikanku pilihan apakah aku tetap belajar dan kembali menjadi seorang muslim atau aku pergi dari pesantren itu.
Pilihan yang sangat sulit namun ustadz itu menyarankan bahwa aku harus tetap tinggal dan beliau bahkan mau membantuku kembali ke kodratku.
Selama di pesantren putra aku mengira bahwa aku akan kembali normal namu ternyata sifat menyimpangku kembali datang.
Bahkan aku sampai mencuri pakaian dalam para santri demi memuaskan hasratku, Hingga membuat pesantren kembali geger .
Semuanya terungkap sesuai cerita yang pernah dituturkan anak ustadz ilyas dalam suatu thread sebab aku tak perlu menjelaskannya kembali karena aku sangatlah malu.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291030070956.jpg)
Dengan semua kejadian itu akhirnya aku benar - benar bertekad untuk taubat.
Setiap malam aku memohon ampun kepada Allah agar Dia mau memaafkan segala dosaku.
Bahkan aku rela mengabdi di ndalem demi mendapat berkah dari Kyai yang tetap menerimaku walau aku telah mencoreng nama baik pesantrennya itu.
Dan akupun akhirnya tersadar bahwa semua ini bukanlah salah takdir hanya aku yang tidak mampu mengendalikannya.
Aku mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan demi bisa mengajar di sekolah yayasan pesantren dan aku bertekad bisa meneruskan perjuangan para ustadz yang telah membantuku kembali menemukan jati diri.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291030460546.jpg)
Allah memang terlalu baik kepada setiap Hamba - Nya.
Walaupun aku sering lalai dalam menjalankan kewajiban bahkan aku sempat menyalahi kodrat - Nya , aku tetap diberikan semua kenikmatan yang membuatku tak berhenti bersyukur.
Sebuah pekerjaan menjadi seorang guru kini berada di kehidupanku.
Bahkan aku diberi kenikmatan untuk bisa berjodoh dengan wanita sholehah yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya dalam kehidupanku.
Wanita yang menerima semua masa lalu ku, yang selalu sabar menghadapiku, dan wanita yang telah menjadikanku seorang ayah dari anak - anak yang telah ia lahirkan untukku.
Wanita yang dulu pernah kusakiti hatinya , kini menjadi wanita yang membuatku selalu bersyukur dalam menikmati setiap manis pahitnya kehidupan ini.
Kini aku bukanlah fahrizal yang dulu, yang selalu menyalahkan takdir dalam setiap nafasku . Namun kini aku adalah fahrizal yang senantiasa mensyukuri kehidupan yang telah Allah berikan kepadaku.
Kita memang tidak bisa memilih.
Dari sperma siapa kita akan berasal.
Dalam rahim siapa kita belajar arti kehidupan.
Dalam keluarga seperti apa kita akan tumbuh.
Kehidupan seperti apa yang akan kita jalani.
Jodoh seperti apa yang akan melengkapi kehidupan kita.
Anak - cucu yang bagaimana yang akan kita melanjutkan perjuangan kita.
Bahkan dalam keadaan seperti apa nantinya kita akan meninggal.
Semua itu sudah ada aturannya, tak perlu dirubah atau disalahkan kejadiannya.
Hanya perlu dijalani, dinikmati serta disyukuri meski berat sekalipun.
![[#CerpenReligi] BUKAN SALAH TAKDIR](https://s.kaskus.id/images/2018/05/29/9022318_201805291031570276.jpg)
--------------TAMAT---------------
0