- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Investigasi Supranatural: Dendam Arwah Penunggu Jalan Angker (dongeng seram)
![dodydrogba](https://s.kaskus.id/user/avatar/2013/11/17/avatar6106911_2.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
dodydrogba
Investigasi Supranatural: Dendam Arwah Penunggu Jalan Angker (dongeng seram)
![Investigasi Supranatural: Dendam Arwah Penunggu Jalan Angker (dongeng seram)](https://dl.kaskus.id/2.bp.blogspot.com/-OJDAmVQ4rkU/WqyXhifOGlI/AAAAAAAAArc/TOqQlL3XnaYnt1N-drlZ6q0GfyktsGk3ACLcBGAs/s1600/image.jpeg)
Mencoba membagikan karya ane yang baru gan, terinspirasi dari serial Constantine, Supernatural dan DI sini ada Setan, judulnya Investigasi Supranatural: Dendam Arwah Penunggu Jalan Angker. Berkisah tentang Aryo yang kehilangan saudari kembarnya secara misterus, hal itu mengundang rasa penasarannya dan berniat menolongnya, namun sebelum itu ia harus mengikuti permintaan saudarinya itu yaitu menyelesaikan kasus yang berkaitan dengan kejadian mistis atau supranatural. Semoga bisa terhibur dan mohon kritik dan sarannya.
Spoiler for Bab 1:
Sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah yang dialami oleh Aryo saat ini ketika mendengar sebuah kabar buruk yang menimpa keluarganya. Setelah sebelumnya di putus hubungan kerjanya karena perusahaanya bangkrut, kini ia tengah mencoba tegar setelah tahu saudari kembarnya Arina menghilang di sebuah gunung. Pencarian dan segala usaha lain sudah dilakukan, sayangnya hasil nihil tanpa mendapatkan bukti apa pun. Tim penolong memutuskan untuk menyerah setelah menguber ke segala sisi gunung tersebut yaitu Gunung Sanjaya. Berbeda dengan dirinya, Arina sendiri sedikit unik kehidupannya. Ia tak menjadi karyawan atau wirausahawan seperti pada umumnya namun menjadi praktisi supranatural, para psikolog atau apapun itu yang berkaitan dengan hal - hal berbau supranatural. Ia menolong siapapun yang terkena masalah berbau supranatural. Uniknya walau dibayar secara sukarela atau bahkan kadang tak dibayar sama sekali, entah kenapa ia bisa survive hingga saat ini.
Sedangkan Aryo, ia malah tak mendapatkan kemampuan yang dimiliki Arina sejak lahir yaitu indera ke enam. Tentu ia sangat bersyukur tak bisa berinteraksi dengan mahluk kasat mata di berbagai tempat karena jika tak siap bisa menimbulkan tekanan psikis tersendiri yang mungkin mempengaruhi kehidupannya. Aryo sendiri merupakan pria muda yang cukup tangguh dan pemberani, buktinya ia bahkan sering melewati jalan angker ketika pulang dari kantornya berkali - kali. Ia bahkan lebih takut bertemu begal dan perampok daripada hantu karena taruhannya nyawa terkadang duit. Mungkin karena ia yang tak diberkahi kemampuan unik seperti jadi tak merasa was - was ada aura negatif di sekelilingnya.
Sebelum Arina menghilang, Aryo tak mendapatkan kabar apapun dari saudari kembarnya itu. Mungkin karena kesibukkan yang sangat padat jadi tak sempat mengirim pesan terakhir kepada Aryo. Padahal biasanya Arina akan menyempat mengirim pesan singkat melalui ponselnya kepada saudara kembarnya itu. Ah, andai saja punya kemampuan unik seperti Arina, mungkin hal seperti ini bisa dicegah lebih dulu, batin Aryo. Namun nasi sudah menjadi bubur, yang ia bisa lakukan sekarang adalah mencari tahu siapa saja yang pernah melakukan kontak dengan saudarinya itu.
Di kamar saudarinya yang harum semerbak dan terawat rapi, ia memeriksa satu persatu buku - buku di lemarinya. Berharap keberuntungan menyertainya, berbagai lembar dilirik dengan penuh ketelitian. Sayangnya, tak ada satu pun yang menyertakan nama - nama orang yang dikenalnya. Andai saja ponselnya tertinggal, mungkin masih ada sedikit harapan. Sang ibu sebenarnya sudah merelakan anaknya, ia bahkan rajin beribadah agar anaknya bisa diberi tempat terbaik di sisinya. Berbeda dengan Aryo, walau tak percaya hal yang tak masuk akal, firasatnya terus mengatakan bahwa Arina masih hidup. Usaha pencarian itu juga membuatnya lelah, ia pun merebahkan diri ke kasur milik Arina. Ia tak kuasa menahan kantuk, mata pun ia pejamkan dengan rapat, berharap hari esok lebih baik dari sebelumnya. Aryo akhirnya tertidur pulas di malam yang belum terlalu larut.
Di tengah - tengah tidurnya, ia tenggelam pada lautan mimpi yang sangat dalam. Rasanya aneh, ia sama sekali belum pernah mengalaminya. Lalu ia terjatuh di sebuah hamparan padang rumput yang dibelakangnya terdapat gunung yang besar dan indah. Sebuah siluet bayangan tiba - tiba muncul di depannya, lama - lama berbentuk padat, mirip manusia. Ia sepertinya kenal, itu adalah saudari kembarnya, Arina. Melihat hal itu membuat Aryo merangkak perlahan lalu berdiri tegak. Ia masih tak percaya akan apa yang dipandangnya, ia pun mengucek matanya. Ternyata benar, ia tak salah lihat, kekuatirannya yang memuncak perlahan sirna. Mungkin ini sebuah pertanda jika dia masih hidup ditambah ia punya kemampuan indera ke enam dari lahir. Dengan mental baja ia memberanikan diri untuk bertanya sesuatu kepadanya perihal kehilangannya itu.
"Arina!!! Engkau kah itu?"
Arina tersenyum lalu berbicara sesuatu padanya, "Iya Aryo, ini aku, saudari kembar mu."
"Benerkah itu?? Di mana kah kamu berada sekarang? Kamu tahu ibu dan saudara - saudara kita benar - benar mencemaskan mu, bahkan mereka hampir mengira kamu sudah mati," Aryo menatap dengan penuh kesedihan.
"Aku minta maaf sudah mencemaskan kalian, tapi aku masih hidup," Arina berbicara datar kali ini.
"Kalau begitu biar lah aku menolong mu kali ini, kita bersaudara kembar bukan. Saudara kembar yang baik harus tolong menolong apapun itu kondisinya. Dan mereka tidak akan percaya kamu masih hidup selama diri mu belum diketemukan," Aryo berusaha meyakinkan Arina.
"Tidak perlu Aryo, itu hanya buang - buang waktu dan merepotkan mu saja. Atau malah bisa membuat mu suatu saat terbunuh, apa kamu tak tahu itu?" Arina menolak.
"Tidak perlu??? Apa kamu tak tahu batin derita yang dirasakan ibu mu, tangis harunya tak pernah berhenti sebelum melihat senyum indah mu. Kamu tahu ia sangat mencintai mu, ibu mana yang tak sedih ketika anaknya sedang dalam masalah. Biarkan aku menolong mu Arina, walau mungkin aku bukan orang yang punya kemampuan unik seperti diri mu. Tapi setidaknya aku akan berusaha mati - matian untuk menolong mu," Aryo kembali mencoba meyakinkannya.
Arina tak berkata satu patah kata pun, ia membalikan badannya, menatap langit cerah di atas gunung, tiba - tiba pelangi cantik muncul, menambah pesona indah dari pemandangan tersebut. Ternyata itu adalah gambaran perasaanya, sebuah bentuk komunikasi non verbal yang sangat aneh tapi penuh seni keindahan. Hatinya perlahan luluh ketika mendengar kata ibu, ia teringat ibu selalu mengkuatirkannya ketika ia pergi. Atas dasar itu, maka ia memutuskan untuk menyetujui permohonan saudar kembarnya itu.
"Baiklah, jika kamu ingin menolong ku, maka kamu juga harus menolong yang lain."
"Apa maksud mu Arina, aku tidak mengerti?"
"Lihat lah pelangi itu, indah bukan."
Arina menunjuk dengan tangannya, Aryo menatap dengan serius. Pelangi itu rupanya mengalihkan perhatiannya dari Arina yang perlahan memudar lalu menghilang.
"Arina tunggu!!! Arina!!!" teriak Aryo.
Keanehan kembali terjadi, kali ini semburan api melahap kakinya lalu menuju ke atas. Seketika langit yang cerah menjadi gelap gulita. Ia yang terkejut tak kuasa menahan rasa takutnya.
"Apa yang terjadi, tolong!!!!!"
Dalam seketika ia terbangun dari alam mimpi di luar nalarnya itu. Nafasnya terengah - engah bak habis lari sepuluh kali memutari lapangan. Otaknya berputar memikirkan apa yang baru saja ia alami sebelumnya. Ia menghela nafas sebentar, mencoba untuk lebih rileks, kepalanya mendongak lalu menatap ke arah pintu yang berada tak jauh di depannya. Sebuah jaket wanita berwarna cokelat tergantung pada gantungan di pintu itu. Ada hal yang telah menarik perhatiannya di jaket itu. Iya, merek pelangi, ia teringat perkataan Arina yang terpukau pada pelangi yang indah. Mungkin saja dia bermaksud ada sebuah keindahan di balik jaket itu, tapi apa, tak ada yang tahu. Sejatinya Aryo kesal dengan teka - teki konyol ini, hanya malah mempersulit dirinya menolong saudarinya itu. Tapi sayangnya, itu bagaikan wasiat langung dari nya, dan ketika menolaknya, yang ditakuti adalah kesialan yang menimpa sekitar dirinya atau orang terdekatnya. Mau gak mau, ia mencoba mendekati jaket itu. Tak dirasa waktu berjalan lebih cepat, kini sudah menunjukkan jam empat pagi. Batin Aryo berharap belum terlambat untuk kehilangan saudarinya itu.
Jaket merek pelangi itu dirabanya, dari atas sampai bawah lalu ke segala sisi. Sampai ia berhenti pada bagian tengah jaket itu, terdapat sebuah kantung di luarnya. Dilihatnya kantung itu, tak terdapat apa - apa. Tapi yang aneh terasa padat berisi, membuat kantung itu sedikit berat. Ia coba cek kembali, kali ini dari dalam. Dan ternyata ia menemukan resreting kantung dalam bagian jaket itu. Dengan terburu - buru ia membukanya, akhirnya usahanya tak sia - sia. Ia menemukan sebuah buku kecil yang sepertinya milik Arina. Setelah itu ia mulai berjalan menuju semacam meja belajar di samping lemari. Lembar demi lembar mulai dibukanya, tulisan - tulisan yang ia tatap dengan teliti itu meningkatkan rasa penasaran dari Aryo. Bentuknya seperti sebuah diary, tetapi tak sepenuhnya jadi. Judul dari tulisan catatan harian itu juga terasa aneh, seperti berita kasus kriminal, ada juga yang cuma menunjukan alamat sebuah tempat saja. Ia terus melanjutkan membuka lembaran buku itu hingga ia menemukan sebuah catatan aneh di belakangnya.
"Tanda - tanda kehadiran mahluk astral atau gaib:
1. Timbul bau aneh seperti wangi kemenyan, bau anyir darah atau bau daging busuk secara mendadak.
2. Adanya penerangan lampu yang selalu redup atau kelap - kelip bahkan ketika sudah diganti lampu baru.
3. Perubahan suhu secara mendadak, seperti suhu dingin yang membuat bulu kuduk merinding.
4. Pergerakan benda yang melawan hukum alam, fisika atau apapun itu.
5. Suara - suara aneh yang muncul mendadak seperti tangisan atau tertawa.
Jika aku tak muncul beberapa hari atau tahun, harap hubungi alamat ini:
Jl. Putri Kahiyang, no. 4, perumahan Cempaka Biru, kecamatan Sukamaju."
Lagi - lagi firasat Aryo mengatakan bahwa mungkin ini yang dimaksud menolongnya melalui menolong orang lain. "Apa mungkin aku disuruh menyelesaikan kasus - kasusnya yang belum tuntas itu sebelum menemukan dirinya? Yah, mungkin saja, setidaknya alamat ini mungkin bisa berguna bagi ku dalam mencari dirinya yang hilang," kata Aryo dalam hati.
Niat beserta tekad yang kuat sudah ia bulatkan dalam hati, tak ingin mundur sebelum tujuan tercapai. Pagi hari Aryo menemui ibunya di kamarnya, meminta izin sekaligus pamit kepada ibunya. Ia mencoba mengajak ibunya untuk terus berharap akan sebuah keajaiban bisa menghampiri keluarga mereka.
"Nak, kamu yakin soal ini, bagaimana kalau semua ini sia - sia, bagaimana kalau ini hanya ujian buat keluarga kita agar tetap tabah dalam situasi apa pun," sang ibu kuatir.
"Tenang aja bu, aku yakin keajaiban itu ada. Dan tentu semua masalah yang kita hadapi adalah ujian hidup. Tapi firasat kuat ku mengatakan dia masih hidup," kata Aryo dengan penuh keyakinan.
"Iya, ibu tahu, tapi ibu sudah kehilangan saudari mu untuk saat ini, ibu tak mau kehilangan mu, anak ibu yang masih tersisa dan sangat ibu cintai," ibu yang sedih menggenggam erat tangan anaknya.
"Ibu, Aryo kan sudah besar, sudah mandiri, Aryo bisa kok mengatasi masalah sendiri. Jadi ibu tak perlu berpikir aneh - aneh, entar jadi malah bisa stres sendiri dan Aryo tak ingin ibu seperti itu," kata Aryo dengan tenang.
"Baiklah, ibu tak bisa memaksa mu untuk tetap di sini, kamu sudah besar nak. Aku harap tuhan selalu melindungi dari segala marabahaya," yang tak kuasa menahan sedih mulai meneteskan air mata.
"Ibu, maafkan Aryo sudah merepotkan ibu. Kalau begitu Aryo pamit dulu, bi Sumi, tolong jaga ibu dengan baik ya," Aryo mengusap air mata ibu dan meminta pembantu rumahnya untuk menjaga sang ibu.
"Iya mas, bi Sumi pasti akan menjaga ibu dengan baik," bi Sumi tersenyum lepas.
Senyuman bi Sumi juga menular ke sang ibu, mungkin kini ia lebih lega karena harapan kecil mulai timbul di benak pikirannya akan keberadaan anak perempuannya itu. Sementara itu Aryo berangkat dengan sepeda motor harley milik mendiang ayahnya yang sudah meninggal lima tahun lalu itu. Sambil berkendara, alunan musik Highway to Hell milik AC/DC menyertai perjalanannya, menuju sang matahari terbit di mana harapan akan terus ada selama masih ada hari esok yang cerah.
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9 Part 1
Bab 9 Part 2
Diubah oleh dodydrogba 12-05-2018 07:36
![anasabila](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/06/30/avatar8914126_40.gif)
anasabila memberi reputasi
2
8.6K
Kutip
25
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
![dodydrogba](https://s.kaskus.id/user/avatar/2013/11/17/avatar6106911_2.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
dodydrogba
#22
Spoiler for Bab 9 Part 1:
Bab 9 Part 1
Pria itu nampak terburu - buru berlari keluar hotel menuju area parkiran. Di sana sudah ada mobil van yang sedang dipanaskan mesinnya yang sepertinya siap digunakan untuk berkendara kembali. Riko yang sudah berkeringat basah kuyup itu bak kelelahan mengangkat gas ke sana ke mari, padahal yang ia cari adalah flashdisk kecil yang tersimpan di bawah matras kasur. Benda yang ia anggap penting itu tampaknya tak mau ia lepas begitu saja. Di dekat belakang mobil itu sudah disambut dua orang yaitu kakanya Risa dan teman baru mereka Aryo. Mereka akan membahas kembali rencana yang akan dijalankan malam itu juga.
"Lama amat kamu, habis boker ya?" ledek Risa.
"Flashdisk ku ketinggalan di bawah kasur, aku sedikit lupa tadi, maaf ya hehehe," Riko mengeles.
"Udahlah, ayo kita bahas kembali rencana kita seperti yang kita bicarakan tadi malam," ujar Risa.
"Jadi ini beneran aku harus memancing setan wanita itu untuk mengulur waktu?" Aryo masih tak percaya akan ide tersebut.
"Yap itu benar, tapi kali ini kamu akan diperalatan untuk membantu mu menghadang arwah itu," Risa menjelaskan.
"Ya tuhan mampus lah aku," Aryo sedikit gusar.
"Dia akan diberi pistol?" Riko penasaran.
"Tentu saja tidak, tapi pisau untuk berburu yang sudah dibaluri garam kasar," Risa berkata dengan santai sementara Aryo menanggapinya dengan lesu.
"Tenang saja Aryo, seperti yang aku katakan kepada mu sebelumnya, aku yakin kakak mu pasti akan menolong mu ketika kamu benar - benar dalam bahaya entah bagaimana pun caranya," Risa mencoba menenangkan Aryo.
"Baiklah aku akan melakukannya, tapi jika aku mat..." Risa langsung memotong omongannya.
"Kita akan selamat dan hidup Aryo, percayalah kepada ku, oke!!" kata yang Risa percaya diri karena merasa berpengalaman.
Walau tubuhnya yang berkeringat dingin karena cemas yang berlebihan mau tak mau harus mengikuti omongan Risa karena dengan inilah ia bisa mencari keberadaan saudari kembarnya itu. Sama halnya dengan Riko, ia juga gusar karena harus kembali memasuki area kuburan bahkan ketika ia sering ke tempat itu.
"Ya udah biar aku saja yang mancing si arwah itu, bagaimana??" Riko berpendapat.
"Kagak, kamu sama aku membongkar kuburan itu, hahahaha!!!" Risa menolaknya mentah - mentah.
"Tapi kalau kuburannya tiba - tiba berasap terus tanahnya bergetar dan terbelah hingga akhirnya keluar pocong bagaimana??" kata Riko ketakutan.
"Udah aku bilangin kan, asap yang keluar dari kuburan itu akibat zat fosfor dari tulang manusia, itu ilmiah, nah yang tanah bergetar lalu terbelah kamu terlalu sering nonton sinetron horor Jadi Pocong. Udah ah, gak usah aneh - aneh, pokoknya ikuti saja rencana ku, gak mau kan itu arwah datangin kalian terus?" Risa menatap dengan serius ke arah Riko dan Aryo.
"Tttidakkkk!!" jawab Aryo dan Riko secara bersamaan.
"Bagus lah, kalau begitu ayo kita berangkat. Aryo kali ini kamu akan mengendarai mobil antik ini, jangan sampai tergores atau peluru pistol ku ini nyasar ke anu mu!!" ancam Risa sambil bercanda.
"Iiiya, tapi motor ku juga jangan dileceti ya??" pinta Aryo.
"Ahh tenang saja, motor ini aman sama kami," Risa menepuk bahu Aryo.
"Ya udah kalau begitu, kita berangkat dulu, kalau kemalaman bisa berabe ntar, oke, duluan ya!!" Risa menyalakan mesin motor Aryo, di belakangnya, Riko memanggul sebuah tas besar untuk liburan yang berisi peralatan mendukunh seperti sekop besar untuk menggali.
Malam itu mereka sudah berencana untuk bertukar kendaraan, Aryo yang mengendarai mobil van dan Risa mengendarai motornya. Aryo nantinya akan memancing arwah wanita itu sementara itu Risa dan Riko mencari kuburan dari arwah wanita itu untuk mengambil sebuah cincin terkutuk atau benda yang terikat oleh arwah itu pada saat kematiannya. Aryo yang sedang tak bersemangat karena tak ingin menemui kejadian buruk seperti sebelumnya yang hampir membuat nyawanya menghilang terpaksa harus melaksanakan tugas ini sebagaimana mestinya karena ini adalah salah satu bagian dari langkah untuk menemukan saudari kembarnya itu. Ia pun mulai menyalakan mesin mobil itu, lalu bergerak ke arah jalanan angker tersebut yang tak lain tak bukan adalah jalan Anggrek Hitam.
Kedua kendaraan tadi membelah angin menembus malam yang gelap. Berpacu dengan waktu demi mencegah adanya korban kematian kembali. Jantung mereka terus berdegup kencang karena kuatir rencana tak berjalan sesuai harapan. Namun itu adalah resiko yang diambil ketika harus melakukan tugas aneh seperti ini. Menguak kasus supranatural lalu menyelamatkan manusia, tidak ada yang lebih mengerikan selain pekerjaan itu. Setelah melewati jalan yang cukup panjang yang juga jalur yang sama yang dilewati Aryo yaitu jalan Anggrek Hitam, mereka akhirnya sampai di kuburan umum Bukit Jaya Rindang yang berada di kota Muara Buaya. Kuburan itu tampak hening dan senyap sama seperti kuburan pada umumnya, yang membedakan seperti tak ada penjaga di tempat itu. Ini sebenarnya malah memperingan tugas mereka karena tak perlu kucing - kucingan atau beralasan ini itu jika ketemu penajaga kuburan tersebut. Dengan derap langkah pelan, mereka menyusuri kuburan itu, sambil berharap jiwa yang mati itu tak kembali bangkit memangsa mereka seperti yang ada di film Night of Living Dead. Batin Riko memang masih kalang kabut, baru berjalan sebentar keringatnya sudah tak karuan. Ia memang benar - benar tak suka berjalan ke tempat seperti ini, berbeda dengan kakaknya yang malah seperti berwisata malam. Kakaknya terus menoleh ke sana ke mari, matanya melirik ke kanan dan kiri, memperhatikan setiap batu nisan yang berpijak di antara mereka. Jalanan batu bata susun yang sudah berlumut itu menggambarkan pemakaman itu seperti tak terawat walau masih digunakan. Beberapa batu nisan yang tak megah menunjukan tempat itu untuk segala kalangan. Harus diakui mencari batu nisan tertentu di malam hari dengan berbekal senter yang terang memang sangat menyulitkan. Namun Riko sepertinya punya cara sendiri ia melihat batu nisan yang kelihatan usang dan sedikit retak karena mayat arwah penasaran itu dimakamkan sudah cukup lama. Tepat di samping pohon mangga ia akhirnya melihat batu nisan itu yang namanya pas dengan yang diberitahu oleh Pak Jumadi itu.
"Kakak lihat itu!!" seru Riko sambil menarik pelan pakaian kakaknya.
"Ada apa?? Jangan narik baju, ini mahal soalnya!!" Risa menoleh ke arah Riko di belakangnya.
"Itu lihat, dekat pohon mangga!!" Riko menunjuk batu nisan itu.
"Itu ... jangan - jangan batu nisan milik ... " pikir Risa.
"Benar kak, di batu itu tertulis Yanti Suratmi anak Bapak Sutanto, namanya pas dengan yang diberitahu oleh Pak Jumadi. Tanggal lahir dan kematiannya juga pas," ujar Riko.
"Kalau begitu tunggu apalagi, ayo kita segera ke sana dan mulai aksi kita, jangan sampai ada korban jiwa lagi karena ulah arwah penasaran itu," Risa berjalan cepat meninggalkan Riko.
"Ah sialan, aku benci hal ini," Riko merasa jengkel dengan kegiatan seperti ini.
Risa yang menenteng tas besar itu langsung menaruh di dekat kuburan itu. Dengan cepat ia membuka tas itu dan mengambil sekop besar untuk menggali tanah makam itu. Riko yang masih sedikit ketakutan itu terpaksa mengikutinya dari belakang, ia turut membantunya dengan mengambil sekop juga. Beberapa saat kemudian mereka mulai menggali kuburan itu, mencari cincin yang dimiliki oleh sang arwah penasaran itu. Di lain tempat Aryo sengaja melambatkan kendaraan hanya untuk memancing sang arwah penasaran itu. Dengar volume kencang dan kaca terbuka, ia memutar lagu Lingsir Wengi yang konon mitosnya mampu memancing setan untuk keluar. Aksi nekad kelewat waras ini terpaksa dilakukan agar sang arwah tidak menghampiri Riko dan Risa namun lebih fokus menghantui Aryo. Walau begitu tekanan sedikit mengecil dalam psikis Aryo entah karena dia mulai terbiasa dengan kehadiran mahluk halus itu tapi juga merasa semangat dan yakin karena rencana terakhir ini bertujuan untuk mengakhiri segala malapetaka yang ada. Beberapa menit menunggu, apa yang ia harapkan muncul juga. Sebuah kabut putih tiba - tiba menyelimuti jalan di depannya, menghalangi pandangan akan laju kendaraan yang ada. Lebih mengerikannya lagi, Aryo juga melihat jelas sekelebatan bayangan hitam yang berasal dari arwah penasaran dibalik kabut itu. Dahinya mulai mengkerut, giginya bergetar , dan jantungnya berdegup keras, firasatnya mengatakan setan wanita itu seperti menjawab tantangan dari Aryo yang dianggap keterlaluan. Bayangan itu nampak mengayunkan tangan kanannya, seperti orang memanggil. Lalu sebuah suara lengkingan tertawa keras pun muncul dari arah kabut itu, membuat bulu kuduk Aryo semakin merinding. Walau situasi menjadi sama buruknya seperti sebelumnya, ia kini tak mau mundur dari misi. Nyawa saudari kembarnya kini lebih penting dari setan wanita itu. Ia pun mulai melaju kencang ke arah kabut itu, Aryo diam - diam berencana untuk menabrak bayangan arwah wanita itu.
"Kali ini aku tidak akan kabur lagi setan sialan!!!" Aryo menatap tajam lalu menginjak pedal gas dengan kuat.
Mobil van itu melaju dengan kecepatan luar biasa, seakan - akan siap menerjang kabut serta bayangan itu. Sayangnya ketika berhasil menembus kabut itu, bayangan itu menghilang. Di sisi lain mimpi buruk seakan mulai menghantui Aryo. Mobil yang dikendarainya menunjukkan tanda - tanda keanehan yang tak masuk di akal. Mobil yang tadinya bergerak kencang, kini jauh lebih lambat seakan mesinnya mau mati. Speedometernya bergerak tak beraturan, acnya mendadak menjadi sangat dingin, radionya menyala dengan suara yang sangat aneh, dan EMF miliknya yang tergeletak di sampingnya juga mengalami pergerakan yang kuat hingga menimbulkan bunyi keras tanpa henti. Aryo dibuat bingung akan apa yang dialaminya saat itu. Satu hal ia tahu bahwa itu merupakan tanda - tanda kehadiran mahluk halus sedang tak jauh dari dirinya, arwah itu sepertinya sudah siap untuk mencabut nyawanya. Dan benar saja tanpa diketahui dirinya, sang arwah muncul tiba - tiba disampingnya. Mengagetkannya dengan mengeluarkan suara serak seperti nenek tua dengan volume yang besar.
"Aaaakkuuu ada di sini!!!!" arwah ini menatap ke depan dengan tatapan kosong.
"Kamu ingin mencari ajal mu rupanya, akan kutemukan kamu dengan ajal mu," arwah itu mendadak menoleh ke dirinya.
Aryo yang tadinya ingin keluar dari mobil dengan meloncat itu mendadak tak bisa menggerakan tubuhnya, kepanikan mulai melanda dirinya. Ia hanya bisa berbicara dan kepalanya hanya bisa menatap ke depan. Mobil yang tadinya bergerak lambat mulai berjalan kencang. Batin Aryo bergejolak, ketakutan akan kematian yang begitu cepat kembali mendatanginya. Sang arwah ternyata memang berniat mencelakakan dirinya.
"Aaapppa yang terjadi, kenapa aku tak bisa menggerakan tubuh ku. Siapapun tolong!!!!!" Aryo berteriak kencang meminta tolong.
Sementara arwah itu hanya menertawainya karena usaha itu hanya sia - sia belaka, "Hihihihi, kamu tak bisa ke mana - mana, ajal akan segera menjemput mu, hihihihi!!"
Pria itu nampak terburu - buru berlari keluar hotel menuju area parkiran. Di sana sudah ada mobil van yang sedang dipanaskan mesinnya yang sepertinya siap digunakan untuk berkendara kembali. Riko yang sudah berkeringat basah kuyup itu bak kelelahan mengangkat gas ke sana ke mari, padahal yang ia cari adalah flashdisk kecil yang tersimpan di bawah matras kasur. Benda yang ia anggap penting itu tampaknya tak mau ia lepas begitu saja. Di dekat belakang mobil itu sudah disambut dua orang yaitu kakanya Risa dan teman baru mereka Aryo. Mereka akan membahas kembali rencana yang akan dijalankan malam itu juga.
"Lama amat kamu, habis boker ya?" ledek Risa.
"Flashdisk ku ketinggalan di bawah kasur, aku sedikit lupa tadi, maaf ya hehehe," Riko mengeles.
"Udahlah, ayo kita bahas kembali rencana kita seperti yang kita bicarakan tadi malam," ujar Risa.
"Jadi ini beneran aku harus memancing setan wanita itu untuk mengulur waktu?" Aryo masih tak percaya akan ide tersebut.
"Yap itu benar, tapi kali ini kamu akan diperalatan untuk membantu mu menghadang arwah itu," Risa menjelaskan.
"Ya tuhan mampus lah aku," Aryo sedikit gusar.
"Dia akan diberi pistol?" Riko penasaran.
"Tentu saja tidak, tapi pisau untuk berburu yang sudah dibaluri garam kasar," Risa berkata dengan santai sementara Aryo menanggapinya dengan lesu.
"Tenang saja Aryo, seperti yang aku katakan kepada mu sebelumnya, aku yakin kakak mu pasti akan menolong mu ketika kamu benar - benar dalam bahaya entah bagaimana pun caranya," Risa mencoba menenangkan Aryo.
"Baiklah aku akan melakukannya, tapi jika aku mat..." Risa langsung memotong omongannya.
"Kita akan selamat dan hidup Aryo, percayalah kepada ku, oke!!" kata yang Risa percaya diri karena merasa berpengalaman.
Walau tubuhnya yang berkeringat dingin karena cemas yang berlebihan mau tak mau harus mengikuti omongan Risa karena dengan inilah ia bisa mencari keberadaan saudari kembarnya itu. Sama halnya dengan Riko, ia juga gusar karena harus kembali memasuki area kuburan bahkan ketika ia sering ke tempat itu.
"Ya udah biar aku saja yang mancing si arwah itu, bagaimana??" Riko berpendapat.
"Kagak, kamu sama aku membongkar kuburan itu, hahahaha!!!" Risa menolaknya mentah - mentah.
"Tapi kalau kuburannya tiba - tiba berasap terus tanahnya bergetar dan terbelah hingga akhirnya keluar pocong bagaimana??" kata Riko ketakutan.
"Udah aku bilangin kan, asap yang keluar dari kuburan itu akibat zat fosfor dari tulang manusia, itu ilmiah, nah yang tanah bergetar lalu terbelah kamu terlalu sering nonton sinetron horor Jadi Pocong. Udah ah, gak usah aneh - aneh, pokoknya ikuti saja rencana ku, gak mau kan itu arwah datangin kalian terus?" Risa menatap dengan serius ke arah Riko dan Aryo.
"Tttidakkkk!!" jawab Aryo dan Riko secara bersamaan.
"Bagus lah, kalau begitu ayo kita berangkat. Aryo kali ini kamu akan mengendarai mobil antik ini, jangan sampai tergores atau peluru pistol ku ini nyasar ke anu mu!!" ancam Risa sambil bercanda.
"Iiiya, tapi motor ku juga jangan dileceti ya??" pinta Aryo.
"Ahh tenang saja, motor ini aman sama kami," Risa menepuk bahu Aryo.
"Ya udah kalau begitu, kita berangkat dulu, kalau kemalaman bisa berabe ntar, oke, duluan ya!!" Risa menyalakan mesin motor Aryo, di belakangnya, Riko memanggul sebuah tas besar untuk liburan yang berisi peralatan mendukunh seperti sekop besar untuk menggali.
Malam itu mereka sudah berencana untuk bertukar kendaraan, Aryo yang mengendarai mobil van dan Risa mengendarai motornya. Aryo nantinya akan memancing arwah wanita itu sementara itu Risa dan Riko mencari kuburan dari arwah wanita itu untuk mengambil sebuah cincin terkutuk atau benda yang terikat oleh arwah itu pada saat kematiannya. Aryo yang sedang tak bersemangat karena tak ingin menemui kejadian buruk seperti sebelumnya yang hampir membuat nyawanya menghilang terpaksa harus melaksanakan tugas ini sebagaimana mestinya karena ini adalah salah satu bagian dari langkah untuk menemukan saudari kembarnya itu. Ia pun mulai menyalakan mesin mobil itu, lalu bergerak ke arah jalanan angker tersebut yang tak lain tak bukan adalah jalan Anggrek Hitam.
Kedua kendaraan tadi membelah angin menembus malam yang gelap. Berpacu dengan waktu demi mencegah adanya korban kematian kembali. Jantung mereka terus berdegup kencang karena kuatir rencana tak berjalan sesuai harapan. Namun itu adalah resiko yang diambil ketika harus melakukan tugas aneh seperti ini. Menguak kasus supranatural lalu menyelamatkan manusia, tidak ada yang lebih mengerikan selain pekerjaan itu. Setelah melewati jalan yang cukup panjang yang juga jalur yang sama yang dilewati Aryo yaitu jalan Anggrek Hitam, mereka akhirnya sampai di kuburan umum Bukit Jaya Rindang yang berada di kota Muara Buaya. Kuburan itu tampak hening dan senyap sama seperti kuburan pada umumnya, yang membedakan seperti tak ada penjaga di tempat itu. Ini sebenarnya malah memperingan tugas mereka karena tak perlu kucing - kucingan atau beralasan ini itu jika ketemu penajaga kuburan tersebut. Dengan derap langkah pelan, mereka menyusuri kuburan itu, sambil berharap jiwa yang mati itu tak kembali bangkit memangsa mereka seperti yang ada di film Night of Living Dead. Batin Riko memang masih kalang kabut, baru berjalan sebentar keringatnya sudah tak karuan. Ia memang benar - benar tak suka berjalan ke tempat seperti ini, berbeda dengan kakaknya yang malah seperti berwisata malam. Kakaknya terus menoleh ke sana ke mari, matanya melirik ke kanan dan kiri, memperhatikan setiap batu nisan yang berpijak di antara mereka. Jalanan batu bata susun yang sudah berlumut itu menggambarkan pemakaman itu seperti tak terawat walau masih digunakan. Beberapa batu nisan yang tak megah menunjukan tempat itu untuk segala kalangan. Harus diakui mencari batu nisan tertentu di malam hari dengan berbekal senter yang terang memang sangat menyulitkan. Namun Riko sepertinya punya cara sendiri ia melihat batu nisan yang kelihatan usang dan sedikit retak karena mayat arwah penasaran itu dimakamkan sudah cukup lama. Tepat di samping pohon mangga ia akhirnya melihat batu nisan itu yang namanya pas dengan yang diberitahu oleh Pak Jumadi itu.
"Kakak lihat itu!!" seru Riko sambil menarik pelan pakaian kakaknya.
"Ada apa?? Jangan narik baju, ini mahal soalnya!!" Risa menoleh ke arah Riko di belakangnya.
"Itu lihat, dekat pohon mangga!!" Riko menunjuk batu nisan itu.
"Itu ... jangan - jangan batu nisan milik ... " pikir Risa.
"Benar kak, di batu itu tertulis Yanti Suratmi anak Bapak Sutanto, namanya pas dengan yang diberitahu oleh Pak Jumadi. Tanggal lahir dan kematiannya juga pas," ujar Riko.
"Kalau begitu tunggu apalagi, ayo kita segera ke sana dan mulai aksi kita, jangan sampai ada korban jiwa lagi karena ulah arwah penasaran itu," Risa berjalan cepat meninggalkan Riko.
"Ah sialan, aku benci hal ini," Riko merasa jengkel dengan kegiatan seperti ini.
Risa yang menenteng tas besar itu langsung menaruh di dekat kuburan itu. Dengan cepat ia membuka tas itu dan mengambil sekop besar untuk menggali tanah makam itu. Riko yang masih sedikit ketakutan itu terpaksa mengikutinya dari belakang, ia turut membantunya dengan mengambil sekop juga. Beberapa saat kemudian mereka mulai menggali kuburan itu, mencari cincin yang dimiliki oleh sang arwah penasaran itu. Di lain tempat Aryo sengaja melambatkan kendaraan hanya untuk memancing sang arwah penasaran itu. Dengar volume kencang dan kaca terbuka, ia memutar lagu Lingsir Wengi yang konon mitosnya mampu memancing setan untuk keluar. Aksi nekad kelewat waras ini terpaksa dilakukan agar sang arwah tidak menghampiri Riko dan Risa namun lebih fokus menghantui Aryo. Walau begitu tekanan sedikit mengecil dalam psikis Aryo entah karena dia mulai terbiasa dengan kehadiran mahluk halus itu tapi juga merasa semangat dan yakin karena rencana terakhir ini bertujuan untuk mengakhiri segala malapetaka yang ada. Beberapa menit menunggu, apa yang ia harapkan muncul juga. Sebuah kabut putih tiba - tiba menyelimuti jalan di depannya, menghalangi pandangan akan laju kendaraan yang ada. Lebih mengerikannya lagi, Aryo juga melihat jelas sekelebatan bayangan hitam yang berasal dari arwah penasaran dibalik kabut itu. Dahinya mulai mengkerut, giginya bergetar , dan jantungnya berdegup keras, firasatnya mengatakan setan wanita itu seperti menjawab tantangan dari Aryo yang dianggap keterlaluan. Bayangan itu nampak mengayunkan tangan kanannya, seperti orang memanggil. Lalu sebuah suara lengkingan tertawa keras pun muncul dari arah kabut itu, membuat bulu kuduk Aryo semakin merinding. Walau situasi menjadi sama buruknya seperti sebelumnya, ia kini tak mau mundur dari misi. Nyawa saudari kembarnya kini lebih penting dari setan wanita itu. Ia pun mulai melaju kencang ke arah kabut itu, Aryo diam - diam berencana untuk menabrak bayangan arwah wanita itu.
"Kali ini aku tidak akan kabur lagi setan sialan!!!" Aryo menatap tajam lalu menginjak pedal gas dengan kuat.
Mobil van itu melaju dengan kecepatan luar biasa, seakan - akan siap menerjang kabut serta bayangan itu. Sayangnya ketika berhasil menembus kabut itu, bayangan itu menghilang. Di sisi lain mimpi buruk seakan mulai menghantui Aryo. Mobil yang dikendarainya menunjukkan tanda - tanda keanehan yang tak masuk di akal. Mobil yang tadinya bergerak kencang, kini jauh lebih lambat seakan mesinnya mau mati. Speedometernya bergerak tak beraturan, acnya mendadak menjadi sangat dingin, radionya menyala dengan suara yang sangat aneh, dan EMF miliknya yang tergeletak di sampingnya juga mengalami pergerakan yang kuat hingga menimbulkan bunyi keras tanpa henti. Aryo dibuat bingung akan apa yang dialaminya saat itu. Satu hal ia tahu bahwa itu merupakan tanda - tanda kehadiran mahluk halus sedang tak jauh dari dirinya, arwah itu sepertinya sudah siap untuk mencabut nyawanya. Dan benar saja tanpa diketahui dirinya, sang arwah muncul tiba - tiba disampingnya. Mengagetkannya dengan mengeluarkan suara serak seperti nenek tua dengan volume yang besar.
"Aaaakkuuu ada di sini!!!!" arwah ini menatap ke depan dengan tatapan kosong.
"Kamu ingin mencari ajal mu rupanya, akan kutemukan kamu dengan ajal mu," arwah itu mendadak menoleh ke dirinya.
Aryo yang tadinya ingin keluar dari mobil dengan meloncat itu mendadak tak bisa menggerakan tubuhnya, kepanikan mulai melanda dirinya. Ia hanya bisa berbicara dan kepalanya hanya bisa menatap ke depan. Mobil yang tadinya bergerak lambat mulai berjalan kencang. Batin Aryo bergejolak, ketakutan akan kematian yang begitu cepat kembali mendatanginya. Sang arwah ternyata memang berniat mencelakakan dirinya.
"Aaapppa yang terjadi, kenapa aku tak bisa menggerakan tubuh ku. Siapapun tolong!!!!!" Aryo berteriak kencang meminta tolong.
Sementara arwah itu hanya menertawainya karena usaha itu hanya sia - sia belaka, "Hihihihi, kamu tak bisa ke mana - mana, ajal akan segera menjemput mu, hihihihi!!"
Diubah oleh dodydrogba 12-05-2018 07:32
0
Kutip
Balas