- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
URBAN LEGEND PANTAI TRISIK 1990
TS
breaking182
URBAN LEGEND PANTAI TRISIK 1990
URBAN LEGEND : PANTAI TRISIK 1990
Quote:
INDEX URBAN LEGEND PANTAI TRISIK 1990
Quote:
SERIES BARU
MUTILASI
MUTILASI
EPISODE 1 : MAYAT TERPOTONG DI HUTAN JATI
EPISODE 2 : EVAKUASI
EPISODE 3 : SANG DALANG
EPISODE 4 : KASIH TAK SAMPAI
EPISODE 5 : PENYUSUP
EPISODE 6 : LOLOS DARI MAUT
EPISODE 7 : DUKA TERDALAM
EPISODE 8 : PEMBUNUHNYA ADALAH ....
EPISODE 9 : PENYERGAPAN
CREDIT SCENE
TAMAT
EPISODE 2 : EVAKUASI
EPISODE 3 : SANG DALANG
EPISODE 4 : KASIH TAK SAMPAI
EPISODE 5 : PENYUSUP
EPISODE 6 : LOLOS DARI MAUT
EPISODE 7 : DUKA TERDALAM
EPISODE 8 : PEMBUNUHNYA ADALAH ....
EPISODE 9 : PENYERGAPAN
CREDIT SCENE
TAMAT
SERIES BARU
MAHKLUK DARI SEBERANG ZAMAN
MAHKLUK DARI SEBERANG ZAMAN
EPISODE 1 : SRITI WANGI
EPISODE 2 : PANGKAL BENCANA
EPISODE 3 : MAYAT DI DALAM PETI
EPISODE 4 : KECELAKAAN MAUT
EPISODE 5 : SANG DEWI
EPISODE 6 : KORBAN BERJATUHAN
EPISODE 7 : PENODONGAN DI MALIOBORO
EPISODE 8 : PENYERGAPAN DI BUKIT BINTANG
EPISODE 9 : K.O
EPISODE 10 : PETUNJUK?!
EPISODE 11 : KI AGENG BRAJAGUNA
EPISODE 12 : PERTEMPURAN TERAKHIR
STORY BRIDGE
TAMAT
EPISODE 2 : PANGKAL BENCANA
EPISODE 3 : MAYAT DI DALAM PETI
EPISODE 4 : KECELAKAAN MAUT
EPISODE 5 : SANG DEWI
EPISODE 6 : KORBAN BERJATUHAN
EPISODE 7 : PENODONGAN DI MALIOBORO
EPISODE 8 : PENYERGAPAN DI BUKIT BINTANG
EPISODE 9 : K.O
EPISODE 10 : PETUNJUK?!
EPISODE 11 : KI AGENG BRAJAGUNA
EPISODE 12 : PERTEMPURAN TERAKHIR
STORY BRIDGE
TAMAT
KUMPULAN CERPEN HORROR
INDEX
Diubah oleh breaking182 07-05-2018 06:16
rokendo dan 40 lainnya memberi reputasi
39
252.1K
Kutip
809
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
breaking182
#588
MAHKLUK DARI SEBERANG ZAMAN
RATE 21++ [UNTUK DEWASA]
SINOPSIS
Quote:
Sebuah makam yang akan terkena penggusuran pembangunan kawasan Real Estate digali. Makam itu sudah berusia lima ratusan tahun lebih. Kemungkinan peninggalan pada masa Kerajaan Mataram. Karena di tempat itu masih dekat dengan cagar budaya peninggalan kerajaan tersebut. Di dalam lubang kubur yang menganga itu terdapat sebuah peti besar terbuat dari kayu berwarna hitam. Peti itu masih sangat kuat tidak sekalipun lapuk di makan rayap. Di ketiga bagian dari peti itu tampak melilit dengan erat pelepah batang pisang yang telah mengering. Ketika kerangka didalam peti kayu yang berwarna hitam legam itu akan dipindahkan.
Pimpinan proyek tersebut terperanjat ketika mengetahui makam itu memiliki keanehan. Jenazah yang ada di dalamnya masih utuh. Seorang wanita muda yang sangat cantik, mengenakan pakaian kebaya serba hijau dengan untaian bunga melati yang menghiasi sanggul rambut hitamnya. Mereka tidak mengenali siapa mayat yang terbaring di dalam makam itu karena tidak ada secuil pun nama tertera di nisan atau pun peti dari kayu hitam itu. Diluar dugaan, jenazah tersebut menjadi hidup dan bergentayangan menebar maut mencari mangsa.
Pimpinan proyek tersebut terperanjat ketika mengetahui makam itu memiliki keanehan. Jenazah yang ada di dalamnya masih utuh. Seorang wanita muda yang sangat cantik, mengenakan pakaian kebaya serba hijau dengan untaian bunga melati yang menghiasi sanggul rambut hitamnya. Mereka tidak mengenali siapa mayat yang terbaring di dalam makam itu karena tidak ada secuil pun nama tertera di nisan atau pun peti dari kayu hitam itu. Diluar dugaan, jenazah tersebut menjadi hidup dan bergentayangan menebar maut mencari mangsa.
EPISODE 1 : SRITI WANGI
Quote:
Gunung Kelir berdiri menjulang, rembulan pucat terlihat mengintip di celah pepohonan. Udara malam terasa dingin menusuk tulang. Pada saat itulah terdengar derap kaki kuda. Dua orang penunggang kuda itu menuruni kaki Gunung Kelir dengan cepat. Berkuda paling depan adalah seorang lelaki mengenakan surjan berwarna hitam dan berusia sekitar 40 tahun. Di belakangnya mengikuti lelaki muda berpakaian bagus terbuat dari kain sutera berwarna kuning gading. Sebuah ikat kepala berwarna biru dengan pinggiran kuning bertengger di atas kepala. Pertanda dia adalah seorang berpangkat. Mungkin juga demang atau pejabat di kedaton. Dua kuda tunggangan melewati sebuah sungai kecil dan akhirnya sampai dihadapan sebuah rumah berdinding kayu beratapkan rumbia.
" Ini tempatnya," kata lelaki bersurjan hitam seraya hentikan kudanya.
Lalu dia melompat turun dari punggung kuda sementara lelaki muda yang memakai pakaian bagus memandang berkeliling dan tetap di atas kuda. Orang bersurjan hitam itu melangkah menuju pintu rumah dan mendorong daun pintu yang ternyata tidak dikunci. Terdengar suara berkereketan. Orang itu masuk ke dalam. Tak lama kemudian dia keluar lagi.
" Rumah ini kosong. Dia masih belum datang rupanya."
Lelaki muda di atas kuda mengangguk. Dia memandang lagi berkeliling.
" Kalau memang belum datang aku bisa menunggu paman Jaran Seta. Sekalian kita bisa istirahat. Tetapi, aku khawatir dia tidak datang. Kau tertipu, aku tertipu!"
" Saya yakin dia pasti datang Raden Gemak Tantra. Silahkan Raden turun dan masuk ke dalam. Menunggu sambil istirahat."
Orang yang dipanggil dengan sebutan Raden itu turun dari kudanya. Dia melangkah ke pintu hendak masuk ke dalam rumah. Namun langkahnya terhenti karena saat itu dari kaki gunung terdengar suara derap kaki dan ringkik kuda. Raden Gemak Tantra dan Jaran Seta berpaling, memandang ke arah timur Gunung Kelir. Dikejauhan terlihat seekor kuda putih berlari menuruni kaki gunung. Penunggangnya seorang berpakaian hijau pupus.
" Dia datang Raden "
Jaran Seta gembira melihat hal itu.
Raden Gemak Tantra hanya mengangguk dan tersenyum. Wajahnya tampak berseri – seri.
" Dia menepati janji. Tidak sia-sia kita meninggalkan Kotaraja Mataram jauh-jauh sampai ke daerah Pleret ini"
" Tadi saya juga sudah bilang. Dia pasti datang "
" Sekali lagi aku ingatkan padamu Paman Jaran Seta. Jaga rahasia ini baik-baik. Tidak satu orangpun boleh tahu. Kedua orang tuaku. Orang-orang kedaton Mataram, apalagi tunangan dan calon mertuaku! Kalau kejadian ini sampai bocor, kepalamu akan ku penggal!"
Jaran Seta menyeringai.
" Saya sudah mengabdi lebih dari dua puluh tahun pada keluarga Raden. Tidak mungkin saya hendak membocorkan rahasia? Saya juga pernah muda Raden."
Jaran Seta tesenyum penuh arti.
Penunggang kuda yang datang dari arah Timur kaki gunung itu semakin dekat. Raden Gemak Tantra mengangkat kepalanya sedikit.
" Hemm… Orangnya masih jauh. Tapi bau wewangiannya sudah tercium sampai ke sini."
Jaran Seta ikut-ikutan menengadahkan kepala dan menghirup dalam-dalam. Memang benar. Dia juga dapat mencium wanginya tubuh orang yang datang itu. Wangi yang aneh karena menghadirkan debaran dan desir –desir yang membuat darah mengalir lebih cepat. Kuda putih akhirnya sampai di depan rumah dan berhenti di hadapan kedua lelaki itu. Raden Gemak Tantra terkesiap untuk beberapa saat lamanya.
" Paman Jaran Seta tidak berdusta. Gadis ini benar-benar luar biasa. Tak pernah aku melihat dara secantik ini. Ah, kalau saja aku belum bertunangan pasti aku tak akan ragu mengambilnya sebagai istri!" begitu Raden ini berkata dalam hati.
Di atas kuda putih duduk seorang dara berwajah cantik sekali. Tubuhnya yang putih mulus terbungkus oleh pakaian berwarna hijau pupus. Pakaian yang dikenakan gadis itu sangat rendah di bagian dada sehingga sebagian payudaranya tersembul padat di ujung atas pakaian bagian depan. Rambutnya yang panjang disanggul berhiaskan sebuah untaian bunga melati yang menjela sampai menyentuh bahu.
Sepasang mata sang Raden tak berkesip memperhatikan dara itu mulai dari kepala sampai ke kaki. Dara di atas kuda tersenyum. Senyuman itu membuat Raden Gemak Tantra tambah blingsatan sementara Jaran Seta hanya tertegun sambil membasahi bibirnya dengan ujung lidah berulang kali. Lalu Jaran Seta cepat-cepat membuka pintu sementara dara berbaju hijau itu turun dari kudanya dibantu oleh Raden Gemak Tantra.
" Perjalanan yang begini jauh pasti tidak menyenangkan. Ditambah dengan keadaan di sini. Rumah kayu buruk ini tidak pantas untuk seorang cantik jelita seperti kau Nimas Sriti Wangi"
Dara itu kembali tersenyum. Raden Gemak Tantra semakin panas darah di tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang. Dia mengikuti gadis itu melangkah menuju ke pintu. Di ambang pintu si gadis berhenti dan memandang ke dalam. Rumah papan itu berlantai kayu jati dan sangat bersih. Dilambari dengan permadani tebal berwarna merah hati. Di sebelah kiri ada sebuah meja berukir diapit dua buah kursi yang juga sangat mewah. Di atas meja terdapat seperangkat tempat minum. Lalu dibagian tengah terletak sebuah ranjang yang indah dan bantal-bantal yang empuk. Semua ini telah dipersiapkan Jaran Seta sehari sebelumnya.
" Maafkan kalau keadaan dan isi rumah ini tidak berkenan di hati mu Nimas," kata Raden Gemak Tantra.
Hidungnya mencium dalam-dalam. Bau wangi tubuh dan pakaian si gadis membuatnya ingin menerkam gadis itu saat itu juga.
"Saya suka semua yang ada di sini…" kata si gadis seraya melangkah masuk ke dalam.
"Saya gembira mendengar hal itu," kata Raden Gemak Tantra dan mengikuti masuk.
Gadis berbaju hijau sesaat masih memandang sekeliling kamar lalu duduk di tepi ranjang. Jantung Raden Gemak Tantra seperti berhenti berdetak.
" Kau tentu haus. Akan saya ambilkan minuman."
" Tidak usah. Saya tidak punya waktu banyak. Tapi saya berjanji akan memberikan kepuasan pada Raden. Siapa tahu lain kali Raden mau lagi bertemu dengan saya…"
" Melihat keadaan mu, terus terang tiap haripun saya ingin bertemu. Hanya saja keadaan memaksa saya harus mengatur waktu sebaik-baiknya.
" Saya mengerti," kata Sriti Wangi.
" Apakah Raden tidak akan menutupkan pintu?”
" Ah, saya lupa." Raden Gemak Tantra cepat-cepat menutup pintu.
" Apakah abdi Raden di luar sana bisa dipercaya?"
" Kau tak usah takut. Paman Jaran Seta sangat setia…"
" Sekarang hanya kita berdua di kamar ini. Tidakkah Raden hendak memeluk saya?"
Gadis berpakaian serba hijau itu tersenyum manja. Senyumnya membuat sang Raden seperti terbuai. Segera saja dia melangkah ke hadapan si gadis. Kedua tangannya merangkul erat punggung gadis itu. Hidungnya menyelusur di lehernya yang putih jenjang dan harum. Sriti Wangi tersenyum lebar. Dengan tangan kanannya ditariknya tubuh Gemak Tantra ke atas ranjang hingga lelaki itu terhempas di atas badannya.
“ Saya ingin memperlihatkan sesuatu padamu Raden “
“ Raden lihat saja sebentar lagi. Saya akan melayani dan membahagiakan dirimu Raden. Kau akan merasakan nikmat mulai dari kepala sampai ujung kaki….”
Si gadis terdengar tertawa perlahan. Lalu merangkul tubuh lelaki itu. Gemak Tantra mendengar perempuan itu mengeluarkan suara lirih. Sriti Wangi menggeliat lalu berkata.
“ Tolong nyala lampu dibesarkan….”
" Ini tempatnya," kata lelaki bersurjan hitam seraya hentikan kudanya.
Lalu dia melompat turun dari punggung kuda sementara lelaki muda yang memakai pakaian bagus memandang berkeliling dan tetap di atas kuda. Orang bersurjan hitam itu melangkah menuju pintu rumah dan mendorong daun pintu yang ternyata tidak dikunci. Terdengar suara berkereketan. Orang itu masuk ke dalam. Tak lama kemudian dia keluar lagi.
" Rumah ini kosong. Dia masih belum datang rupanya."
Lelaki muda di atas kuda mengangguk. Dia memandang lagi berkeliling.
" Kalau memang belum datang aku bisa menunggu paman Jaran Seta. Sekalian kita bisa istirahat. Tetapi, aku khawatir dia tidak datang. Kau tertipu, aku tertipu!"
" Saya yakin dia pasti datang Raden Gemak Tantra. Silahkan Raden turun dan masuk ke dalam. Menunggu sambil istirahat."
Orang yang dipanggil dengan sebutan Raden itu turun dari kudanya. Dia melangkah ke pintu hendak masuk ke dalam rumah. Namun langkahnya terhenti karena saat itu dari kaki gunung terdengar suara derap kaki dan ringkik kuda. Raden Gemak Tantra dan Jaran Seta berpaling, memandang ke arah timur Gunung Kelir. Dikejauhan terlihat seekor kuda putih berlari menuruni kaki gunung. Penunggangnya seorang berpakaian hijau pupus.
" Dia datang Raden "
Jaran Seta gembira melihat hal itu.
Raden Gemak Tantra hanya mengangguk dan tersenyum. Wajahnya tampak berseri – seri.
" Dia menepati janji. Tidak sia-sia kita meninggalkan Kotaraja Mataram jauh-jauh sampai ke daerah Pleret ini"
" Tadi saya juga sudah bilang. Dia pasti datang "
" Sekali lagi aku ingatkan padamu Paman Jaran Seta. Jaga rahasia ini baik-baik. Tidak satu orangpun boleh tahu. Kedua orang tuaku. Orang-orang kedaton Mataram, apalagi tunangan dan calon mertuaku! Kalau kejadian ini sampai bocor, kepalamu akan ku penggal!"
Jaran Seta menyeringai.
" Saya sudah mengabdi lebih dari dua puluh tahun pada keluarga Raden. Tidak mungkin saya hendak membocorkan rahasia? Saya juga pernah muda Raden."
Jaran Seta tesenyum penuh arti.
Penunggang kuda yang datang dari arah Timur kaki gunung itu semakin dekat. Raden Gemak Tantra mengangkat kepalanya sedikit.
" Hemm… Orangnya masih jauh. Tapi bau wewangiannya sudah tercium sampai ke sini."
Jaran Seta ikut-ikutan menengadahkan kepala dan menghirup dalam-dalam. Memang benar. Dia juga dapat mencium wanginya tubuh orang yang datang itu. Wangi yang aneh karena menghadirkan debaran dan desir –desir yang membuat darah mengalir lebih cepat. Kuda putih akhirnya sampai di depan rumah dan berhenti di hadapan kedua lelaki itu. Raden Gemak Tantra terkesiap untuk beberapa saat lamanya.
" Paman Jaran Seta tidak berdusta. Gadis ini benar-benar luar biasa. Tak pernah aku melihat dara secantik ini. Ah, kalau saja aku belum bertunangan pasti aku tak akan ragu mengambilnya sebagai istri!" begitu Raden ini berkata dalam hati.
Di atas kuda putih duduk seorang dara berwajah cantik sekali. Tubuhnya yang putih mulus terbungkus oleh pakaian berwarna hijau pupus. Pakaian yang dikenakan gadis itu sangat rendah di bagian dada sehingga sebagian payudaranya tersembul padat di ujung atas pakaian bagian depan. Rambutnya yang panjang disanggul berhiaskan sebuah untaian bunga melati yang menjela sampai menyentuh bahu.
Sepasang mata sang Raden tak berkesip memperhatikan dara itu mulai dari kepala sampai ke kaki. Dara di atas kuda tersenyum. Senyuman itu membuat Raden Gemak Tantra tambah blingsatan sementara Jaran Seta hanya tertegun sambil membasahi bibirnya dengan ujung lidah berulang kali. Lalu Jaran Seta cepat-cepat membuka pintu sementara dara berbaju hijau itu turun dari kudanya dibantu oleh Raden Gemak Tantra.
" Perjalanan yang begini jauh pasti tidak menyenangkan. Ditambah dengan keadaan di sini. Rumah kayu buruk ini tidak pantas untuk seorang cantik jelita seperti kau Nimas Sriti Wangi"
Dara itu kembali tersenyum. Raden Gemak Tantra semakin panas darah di tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang. Dia mengikuti gadis itu melangkah menuju ke pintu. Di ambang pintu si gadis berhenti dan memandang ke dalam. Rumah papan itu berlantai kayu jati dan sangat bersih. Dilambari dengan permadani tebal berwarna merah hati. Di sebelah kiri ada sebuah meja berukir diapit dua buah kursi yang juga sangat mewah. Di atas meja terdapat seperangkat tempat minum. Lalu dibagian tengah terletak sebuah ranjang yang indah dan bantal-bantal yang empuk. Semua ini telah dipersiapkan Jaran Seta sehari sebelumnya.
" Maafkan kalau keadaan dan isi rumah ini tidak berkenan di hati mu Nimas," kata Raden Gemak Tantra.
Hidungnya mencium dalam-dalam. Bau wangi tubuh dan pakaian si gadis membuatnya ingin menerkam gadis itu saat itu juga.
"Saya suka semua yang ada di sini…" kata si gadis seraya melangkah masuk ke dalam.
"Saya gembira mendengar hal itu," kata Raden Gemak Tantra dan mengikuti masuk.
Gadis berbaju hijau sesaat masih memandang sekeliling kamar lalu duduk di tepi ranjang. Jantung Raden Gemak Tantra seperti berhenti berdetak.
" Kau tentu haus. Akan saya ambilkan minuman."
" Tidak usah. Saya tidak punya waktu banyak. Tapi saya berjanji akan memberikan kepuasan pada Raden. Siapa tahu lain kali Raden mau lagi bertemu dengan saya…"
" Melihat keadaan mu, terus terang tiap haripun saya ingin bertemu. Hanya saja keadaan memaksa saya harus mengatur waktu sebaik-baiknya.
" Saya mengerti," kata Sriti Wangi.
" Apakah Raden tidak akan menutupkan pintu?”
" Ah, saya lupa." Raden Gemak Tantra cepat-cepat menutup pintu.
" Apakah abdi Raden di luar sana bisa dipercaya?"
" Kau tak usah takut. Paman Jaran Seta sangat setia…"
" Sekarang hanya kita berdua di kamar ini. Tidakkah Raden hendak memeluk saya?"
Gadis berpakaian serba hijau itu tersenyum manja. Senyumnya membuat sang Raden seperti terbuai. Segera saja dia melangkah ke hadapan si gadis. Kedua tangannya merangkul erat punggung gadis itu. Hidungnya menyelusur di lehernya yang putih jenjang dan harum. Sriti Wangi tersenyum lebar. Dengan tangan kanannya ditariknya tubuh Gemak Tantra ke atas ranjang hingga lelaki itu terhempas di atas badannya.
“ Saya ingin memperlihatkan sesuatu padamu Raden “
“ Raden lihat saja sebentar lagi. Saya akan melayani dan membahagiakan dirimu Raden. Kau akan merasakan nikmat mulai dari kepala sampai ujung kaki….”
Si gadis terdengar tertawa perlahan. Lalu merangkul tubuh lelaki itu. Gemak Tantra mendengar perempuan itu mengeluarkan suara lirih. Sriti Wangi menggeliat lalu berkata.
“ Tolong nyala lampu dibesarkan….”
Quote:
Raden Gemak Tantra lalu beranjak dari ranjang melangkah ke tengah kamar di mana tergantung lampu minyak. Dia berjingkat untuk mencapai putaran lampu. Nyala api lampu membesar. Kamar kini menjadi terang benderang. Lelaki itu membalik ke arah tempat tidur. Di atas tempat tidur dilihatnya Sriti Wangi duduk bersandar ke dinding. Saat itu dia tidak mengenakan apa-apa lagi. Tubuhnya polos putih dan seperti memantulkan cahaya berkilat terkena sinar lampu minyak. Dia duduk dengan kaki terkembang. Membuat semakin panas darah di tubuh Gemak Tantra dan semakin terbakar hasratnya. Rupanya ketika dia membesarkan nyala lampu minyak tadi dengan cepat Sriti Wangi telah membuka seluruh pakaian di tubuhnya.
Dengan nafas memburu Raden Gemak Tantra segera saja hendak melompat ke atas tempat tidur. Namun tiba-tiba saja gerakannya tertahan. Di atas tempat tidur dilihatnya sang gadis tersenyum aneh padanya. Bukan hal ini yang membuat Raden Gemak Tantra berhenti melangkah. Akan tetapi, gadis itu mukanya berubah menjadi pucat dan bibirnya membiru. Senyum Sriti Wangi semakin lebar.
Kedua matanya dikedip-kedipkan sedang mulutnya perlahan-lahan dibuka. Mulut itu bergerak-gerak seperti hendak mengatakan sesuatu. Tapi dari mulut itu sama sekali tidak keluar sepotong suarapun. Malah kini yang keluar adalah lidah merahnya. Lidah itu dijulur-julurkandan diputar-putarnya demikian rupa. Kalau saja tidak ada keanehan di wajah itu Raden Gemak Tantra tentu akan terangsang hebat dan mengecup mulut serta lidah gadis itu. Matanya memandang tak berkedip pada Raden Gemak Tantra.
Sang Raden tiba-tiba saja menyadari bahwa dua mata gadis itu telah berubah kemerah-merahan. Raden Gemak Tantra maju dua langkah. Tapi tepat di pinggiran tempat tidur kembali langkahnya tertahan dan matanya membelalak. Sriti Wangi menyeringai. Lalu sedikit demi sedikit dari sudut bibir gadis itu munculah sepasang taring besar runcing mengerikan. Raden Gemak Tantra mundur dengan sekujur tubuh bergidik.
“ Nimas Sriti Wangi….!” Suara Raden Gemak Tantra bergetar.
Kembali dia melangkah mundur. Di atas tempat tidur Sriti Wangi menyeringai.
“ Raden…..Mengapa takut? “
“ Bukankah kita akan bersenang-senang. Aku akan membahagiakanmu Raden….”
Tubuh polos di atas tempat tidur kini berjongkok lalu beringsut ke tepi ranjang.
“ Raden…..”
“Nimas Sriti Wangi. Jadi …..sebenarnya kau manusia jejadian…Kau siluman..!”
“ Aku manusia biasa. Hik…hik….hik!” Sriti Wangi tertawa tinggi.
Tiba-tiba dengan gerakan cepat Sriti Wangi melompat ke depan. Raden Gemak Tantra berteriak melihat serangan itu. Lalu ketakutannya jadi berlipat ganda sewaktu dilihatnya bagaimana muka cantik tapi pucat itu perlahan-lahan berubah menjadi wajah tua keriputan. Wajah seorang nenek yang menyeramkan. Raden Gemak Tantra putus nyalinya. Dia lari ke pintu. Tapi kalah cepat. Cengkraman Sriti Wangi yang telah berubah wujud itu menelikung tangannya.
Lalu mulut keriput dengan lidah merah panjang itu melumat bibir Gemak Tantra. Lumatan itu tidak ubahnya seperti sedotan tenaga yang sangat kuat. Kedua mata sang Raden mendelik. Dia merasa darah di sekujur tubuhnya seperti disedot. Satu jeritan keras menggeledek keluar dari mulut lelaki ini. Lalu tubuhnya mendadak sontak lemas seperti tidak bertulang lagi. Ketika cengkeraman dan hisapan pada bibirnya terlepas, tubuhnya tak ampun lagi jatuh terbanting ke lantai kayu hitam! Tubuh itu kering. Sesat kemudian berubah menjadi tulang belulang yang mengepulkan asap tipis!
Dengan nafas memburu Raden Gemak Tantra segera saja hendak melompat ke atas tempat tidur. Namun tiba-tiba saja gerakannya tertahan. Di atas tempat tidur dilihatnya sang gadis tersenyum aneh padanya. Bukan hal ini yang membuat Raden Gemak Tantra berhenti melangkah. Akan tetapi, gadis itu mukanya berubah menjadi pucat dan bibirnya membiru. Senyum Sriti Wangi semakin lebar.
Kedua matanya dikedip-kedipkan sedang mulutnya perlahan-lahan dibuka. Mulut itu bergerak-gerak seperti hendak mengatakan sesuatu. Tapi dari mulut itu sama sekali tidak keluar sepotong suarapun. Malah kini yang keluar adalah lidah merahnya. Lidah itu dijulur-julurkandan diputar-putarnya demikian rupa. Kalau saja tidak ada keanehan di wajah itu Raden Gemak Tantra tentu akan terangsang hebat dan mengecup mulut serta lidah gadis itu. Matanya memandang tak berkedip pada Raden Gemak Tantra.
Sang Raden tiba-tiba saja menyadari bahwa dua mata gadis itu telah berubah kemerah-merahan. Raden Gemak Tantra maju dua langkah. Tapi tepat di pinggiran tempat tidur kembali langkahnya tertahan dan matanya membelalak. Sriti Wangi menyeringai. Lalu sedikit demi sedikit dari sudut bibir gadis itu munculah sepasang taring besar runcing mengerikan. Raden Gemak Tantra mundur dengan sekujur tubuh bergidik.
“ Nimas Sriti Wangi….!” Suara Raden Gemak Tantra bergetar.
Kembali dia melangkah mundur. Di atas tempat tidur Sriti Wangi menyeringai.
“ Raden…..Mengapa takut? “
“ Bukankah kita akan bersenang-senang. Aku akan membahagiakanmu Raden….”
Tubuh polos di atas tempat tidur kini berjongkok lalu beringsut ke tepi ranjang.
“ Raden…..”
“Nimas Sriti Wangi. Jadi …..sebenarnya kau manusia jejadian…Kau siluman..!”
“ Aku manusia biasa. Hik…hik….hik!” Sriti Wangi tertawa tinggi.
Tiba-tiba dengan gerakan cepat Sriti Wangi melompat ke depan. Raden Gemak Tantra berteriak melihat serangan itu. Lalu ketakutannya jadi berlipat ganda sewaktu dilihatnya bagaimana muka cantik tapi pucat itu perlahan-lahan berubah menjadi wajah tua keriputan. Wajah seorang nenek yang menyeramkan. Raden Gemak Tantra putus nyalinya. Dia lari ke pintu. Tapi kalah cepat. Cengkraman Sriti Wangi yang telah berubah wujud itu menelikung tangannya.
Lalu mulut keriput dengan lidah merah panjang itu melumat bibir Gemak Tantra. Lumatan itu tidak ubahnya seperti sedotan tenaga yang sangat kuat. Kedua mata sang Raden mendelik. Dia merasa darah di sekujur tubuhnya seperti disedot. Satu jeritan keras menggeledek keluar dari mulut lelaki ini. Lalu tubuhnya mendadak sontak lemas seperti tidak bertulang lagi. Ketika cengkeraman dan hisapan pada bibirnya terlepas, tubuhnya tak ampun lagi jatuh terbanting ke lantai kayu hitam! Tubuh itu kering. Sesat kemudian berubah menjadi tulang belulang yang mengepulkan asap tipis!
Diubah oleh breaking182 26-04-2018 15:04
itkgid dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Kutip
Balas
Tutup