- Beranda
- Komunitas
- Debate Club
[HOLY] Anda Bertanya, Muslim Menjawab - Part 44
TS
muslimDC
[HOLY] Anda Bertanya, Muslim Menjawab - Part 44
Katakanlah (Muhammad): Siapakah yang memberi rizki kepadamu, dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?
Maka, mereka menjawab: Allah. Maka, katakanlah, Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)? Maka, (Dzat yang demikian) itulah Allah, Rabb kamu yang sebenarnya, maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka, mengapa kamu masih berpaling (dari kebenaran)?
[Yunus: 31-32]
Maka, mereka menjawab: Allah. Maka, katakanlah, Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)? Maka, (Dzat yang demikian) itulah Allah, Rabb kamu yang sebenarnya, maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka, mengapa kamu masih berpaling (dari kebenaran)?
[Yunus: 31-32]
editan per 24 april 2015 by asdasad
- Konsep Penjawab Resmi sudah tidak ada di ABMM, namun bagi yang suka mengikuti ABMM, ada beberapa penjawab yang biasa menjawabi pertanyaan di ABMM
- Untuk sementara penjawab yg biasa menjawab di ABMM tersebut sedang tidak aktif, sehingga jawaban bersifat sukarela oleh netizen yang aktif di ABMM saat ini
Quote:
Contoh Dukun Yang Menyamar Menjadi Kyai atau Syekh
Dilarang Memaki Sembahan Selain Allah dan Berbuat Kerusakan
Mayat Yang Tidak Dishalatkan
Apakah Tuhan Adil? Mengapa Masih Ada Yang Kafir?
Nisab Zakat Maal [Harta]
Nisab Zakat Ternak dan Perdagangan
Infaq dan Shadaqah
Nasib Kaum Yang Belum Menerima Da'wah Islam : Bagian 1dan 2
Hukum Penggunaan Software Bajakan
Dilarang Memaki dan Berkata Kasar
Kaidah Menerapkan Sunnah Rasulullah
Islam Bukan Milik Pemenang Debat
Ijtihad
Apakah Hiu Halal?
Tentang Munafik
Definisi Sukses Menurut Islam
Shalat Istisqa [Minta Hujan]
Shalat Rawatib
Sujud Tilawah
Sujud Syahwi : Bagian 1 dan 2
Sujud Syukur
Hukum Nikah Cerai [Nikah Kontrak]
Jin : Bagian 1, 2, 3 dan 4
Apakah Aisyah Menikah di Usia 9 Tahun? : Bagian 1, dan 2
Makna Bulan Bintang
Tentang Pencurian
Bagaimana AlQur'an Dipelihara?
Tentang Shalat Jum'at
Apakah Islam Sebuah Agama? : Bagian 1 dan 2
Biografi Singkat Anas ibn Malik
Pernikahan Wanita Yang Hamil Di Luar Nikah
Matahari Terbenam Ke Dalam Kolam Lumpur
Apakah Muslim Menyembah Ka'bah?
Penghalang Antara Ummat Muslim dan Kaum Kristiani
Istawa
Quote:
Quote:
Quote:
Apakah Nabi Muhammad Menikahi Khadijah Secara Kristen : Bagian 1dan 2
Apakah Maryam Memiliki Mukjizat?
Perbedaan Pendapat Mengenai Pengangkatan Nabi Isa
Apakah Maryam Memiliki Mukjizat?
Perbedaan Pendapat Mengenai Pengangkatan Nabi Isa
Quote:
Quote:
Quote:
pakisal212 memberi reputasi
1
278.5K
Kutip
10K
Balasan
Thread Digembok
Tampilkan semua post
leo.ambles
#2106
Quote:
Original Posted By Oegank►
Taklid buta itu tidak boleh
=====================
Kedua: Allah ta’alla mencela taklid dan kaum musyrikin jahiliyah yang mengekor perbuatan nenek moyang mereka tanpa didasari ilmu. Allah ta’alla berfirman,
بَلْ قَالُوا إِنا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمةٍ وَإِنا عَلَى آَثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ
“Mereka berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.” (QS. Az Zukhruf: 22).
Allah ta’alla juga berfirman,
اتخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَما يُشْرِكُونَ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah: 31).
Ayat ini turun terkait dengan orang-orang Yahudi yang mempertuhankan para ulama dan rahib mereka dalam hal ketaatan dan ketundukan. Hal ini dikarenakan mereka mematuhi ajaran-ajaran ulama dan rahib tersebut dengan membabi buta, walaupun para ulama dan rahib tersebut memerintahkan kemaksiatan dengan mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram [lihat hadits riwayat. At-Tirmidzi no. 3096 dari sahabat ‘Ady bin Hatim].
=====================
https://muslim.or.id/2160-jangan-han...klid-buta.html
Ato, mungkin maksud masleo adalah sikap berlebih2an dalam beragama a.k.a ghuluw
Itu juga dilarang, ghuluw itu, di dalamnya termasuk juga taklid buta.
=====================
BEBERAPA ISTILAH UNTUK SIKAP BERLEBIH-LEBIHAN DALAM AGAMA.
Ada beberapa ungkapan lain yang digunakan oleh syariat selain ghuluw ini, di antaranya:
1. Tanaththu’ (Sikap Ekstrem).
`Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda:
هَلَكَ المُتَنَطعُوْنَ
“Celakalah orang-orang yang ekstrim!” Beliau mengucapkannya tiga kali.”[3]
2. Tasyaddud (Memberat-Beratkan Diri).
Anas bin Malik Radhiyallahu anhu meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تُشَددُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَيُشَددُ اللهُ عَلَيْكُمْ فَإِن قَوْمًا شَددُوْا عَلَى أَنْفُسِهِمْ فَشَددَ اللهُ عَلَيْهِمْ فَتِلْكَ بَقَايَاُهْم فِي الصوَامِعِ وَالديَارِ وَرَهْبَانِيةً ابْتَدَعُوْهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ
“Janganlah kamu memberat-beratkan dirimu sendiri, sehingga Allah Azza wa Jalla akan memberatkan dirimu. Sesungguhnya suatu kaum telah memberatkan diri mereka, lalu Allah Azza wa Jalla memberatkan mereka. Sisa-sisa mereka masih dapat kamu saksikan dalam biara-biara dan rumah-rumah peribadatan, mereka mengada-adakan rahbaniyyah (ketuhanan/kerahiban) padahal Kami tidak mewajibkannya atas mereka.”[4]
Dalam hadits lain pula Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
إِن الديْنَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَاد الديْنَ إِلا غَلَبَهُ
“Sesungguhnya agama ini mudah. Dan tiada seseorang yang mencoba mempersulit diri dalam agama ini melainkan ia pasti kalah (gagal).”[5]
3. I’tidâ’ (Melampaui Ketentuan Syariat).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللهِ الذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِن اللهَ لَا يُحِب الْمُعْتَدِينَ
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” [al-Baqarah/2:190].
Dalam ayat lain Allah Azza wa Jalla telah berfirman:
تِلْكَ حُدُودُ اللهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا
“Itulah batasan-batasan hukum Allah, maka janganlah kalian melampauinya.” [al-Baqarah/2:187]
4. Takalluf (Memaksa-Maksa Diri).
Allah Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلفِينَ
“Katakanlah (hai Muhammad): “Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da’wahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.” [Shâd/38:86]
Diriwayatkan dari Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu ia berkata, “Kami dilarang bersikap takalluf (memaksa-maksa diri).”[6]
SEBAB MUNCULNYA SIKAP GHULUW.
Sebab-sebab munculnya sikap ghuluw ini bermacam-macam, di antaranya:
1. Kebodohan dalam agama. Ini meliputi kebodohan terhadap tujuan inti syariat Islam dan kaidah-kaidahnya serta kebodohan dalam memahami nash-nash al-Qur’ân dan Sunnah. Sehingga kita lihat sebagian pemuda yang memiliki semangat akan tetapi masih dangkal pemahaman dan ilmunya terjebak dalam sikap ghuluw ini.
2. Taqlîd (ikut-ikutan). Taqlîd hakikatnya adalah kebodohan. Termasuk di antaranya adalah mengikuti secara membabi-buta adat istiadat manusia yang bertentangan dengan syariat Islam serta mengikuti tokoh-tokoh adat yang menyesatkan. Kebanyakan sikap ghuluw dalam agama yang berlaku di tengah-tengah masyarakat berpangkal dari sebab ini.
3. Mengikuti hawa nafsu. Timbangan hawa nafsu ini adalah akal dan perasaan. Sementara akal dan perasaan tanpa bimbingan wahyu akan bersifat liar dan keluar dari batasan-batasan syariat.
4. Berdalil dengan hadits-hadits lemah dan palsu. Hadits-hadits lemah dan palsu tidak bisa dijadikan sandaran hukum syar’i. Dan pada umumnya hadits-hadits tersebut dikarang dan dibuat-buat bertujuan menambah semangat beribadah atau untuk mempertebal sebuah keyakinan sesat.
BENTUK-BENTUK GHULUW.
Secara garis besar, ghuluw ada tiga macam: dalam keyakinan, perkataan dan amal perbuatan.
Ghuluw dalam bentuk keyakinan misalnya sikap berlebih-lebihan terhadap para malaikat, Nabi dan orang-orang shalih dengan meyakini mereka sebagai tuhan. Atau meyakini para wali dan orang-orang shalih sebagai orang-orang yang ma’shûm (bersih dari dosa). Contohnya adalah keyakinan orang-orang Syi’ah Rafidhah terhadap ahli bait dan keyakinan orang-orang sufi terhadap orang-orang yang mereka anggap wali.
Ghuluw dalam bentuk ucapan misalnya, puji-pujian yang berlebih-lebihan terhadap seseorang, doa-doa dan dzikir-dzikir bid’ah, misalnya puji-pujian kaum sufi terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan wali-wali mereka; demikian pula dzikir-dzikir mereka yang keluar dari ketentuan syariat. Contoh lainnya adalah menambah-nambahi doa dan dzikir, misalnya menambah kata sayyidina dalam salawat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ghuluw dalam bentuk amal perbuatan misalnya mengikuti was-was dalam bersuci atau ketika hendak bertakbîratulihrâm; sehingga kita dapati seseorang berulang-ulang berwudhu’ karena mengikuti waswas. Demikian seseorang yang berulang-ulang bertakbîratul ihrâm karena anggapan belum sesuai dengan niatnya.
Sebenarnya, ada satu jenis ghuluw lagi yang perlu diwaspadai yaitu ghuluw dalam semangat. Jenis ini biasanya merasuki para pemuda yang memiliki semangat keagamaan yang berlebih-lebihan akan tetapi dangkal pemahaman agamanya. Sehingga mereka jatuh dalam sikap sembrono dalam menjatuhkan vonis kafir, fasiq dan bid’ah.
=====================
Sumber: https://almanhaj.or.id/3435-fenomena-ghuluw-melampaui-batas-dalam-agama.html
Jika terjadi ghuluw dalam beragama, jatuhnya bisa jadi khawarij ato teroris.
Sholat, ada perintahnya
فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللهَ قِيَامًا وقُعُوْدًا وعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا الصلٰوةَ ۚ اِن الصلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا موْقُوْتًا
"Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk, dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah sholat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 103)
اَقِمِ الصلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشمْسِ اِلٰى غَسَقِ اليْلِ وَقُرْاٰنَ الْـفَجْرِ ۗ اِن قُرْاٰنَ الْـفَجْرِ كَانَ مَشْهُوْدًا
"Laksanakanlah sholat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula sholat) subuh. Sungguh, sholat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 78)
حَافِظُوْا عَلَى الصلَوٰتِ وَالصلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلهِ قٰنِتِيْنَ
"Peliharalah semua sholat dan sholat wusta. Dan laksanakanlah (sholat) karena Allah dengan khusyuk."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 238)
Taklid buta itu tidak boleh
=====================
Kedua: Allah ta’alla mencela taklid dan kaum musyrikin jahiliyah yang mengekor perbuatan nenek moyang mereka tanpa didasari ilmu. Allah ta’alla berfirman,
بَلْ قَالُوا إِنا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمةٍ وَإِنا عَلَى آَثَارِهِمْ مُهْتَدُونَ
“Mereka berkata: “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.” (QS. Az Zukhruf: 22).
Allah ta’alla juga berfirman,
اتخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَما يُشْرِكُونَ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Rabb selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah: 31).
Ayat ini turun terkait dengan orang-orang Yahudi yang mempertuhankan para ulama dan rahib mereka dalam hal ketaatan dan ketundukan. Hal ini dikarenakan mereka mematuhi ajaran-ajaran ulama dan rahib tersebut dengan membabi buta, walaupun para ulama dan rahib tersebut memerintahkan kemaksiatan dengan mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram [lihat hadits riwayat. At-Tirmidzi no. 3096 dari sahabat ‘Ady bin Hatim].
=====================
https://muslim.or.id/2160-jangan-han...klid-buta.html
Ato, mungkin maksud masleo adalah sikap berlebih2an dalam beragama a.k.a ghuluw
Itu juga dilarang, ghuluw itu, di dalamnya termasuk juga taklid buta.
=====================
BEBERAPA ISTILAH UNTUK SIKAP BERLEBIH-LEBIHAN DALAM AGAMA.
Ada beberapa ungkapan lain yang digunakan oleh syariat selain ghuluw ini, di antaranya:
1. Tanaththu’ (Sikap Ekstrem).
`Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda:
هَلَكَ المُتَنَطعُوْنَ
“Celakalah orang-orang yang ekstrim!” Beliau mengucapkannya tiga kali.”[3]
2. Tasyaddud (Memberat-Beratkan Diri).
Anas bin Malik Radhiyallahu anhu meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تُشَددُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَيُشَددُ اللهُ عَلَيْكُمْ فَإِن قَوْمًا شَددُوْا عَلَى أَنْفُسِهِمْ فَشَددَ اللهُ عَلَيْهِمْ فَتِلْكَ بَقَايَاُهْم فِي الصوَامِعِ وَالديَارِ وَرَهْبَانِيةً ابْتَدَعُوْهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ
“Janganlah kamu memberat-beratkan dirimu sendiri, sehingga Allah Azza wa Jalla akan memberatkan dirimu. Sesungguhnya suatu kaum telah memberatkan diri mereka, lalu Allah Azza wa Jalla memberatkan mereka. Sisa-sisa mereka masih dapat kamu saksikan dalam biara-biara dan rumah-rumah peribadatan, mereka mengada-adakan rahbaniyyah (ketuhanan/kerahiban) padahal Kami tidak mewajibkannya atas mereka.”[4]
Dalam hadits lain pula Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
إِن الديْنَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَاد الديْنَ إِلا غَلَبَهُ
“Sesungguhnya agama ini mudah. Dan tiada seseorang yang mencoba mempersulit diri dalam agama ini melainkan ia pasti kalah (gagal).”[5]
3. I’tidâ’ (Melampaui Ketentuan Syariat).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللهِ الذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِن اللهَ لَا يُحِب الْمُعْتَدِينَ
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” [al-Baqarah/2:190].
Dalam ayat lain Allah Azza wa Jalla telah berfirman:
تِلْكَ حُدُودُ اللهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا
“Itulah batasan-batasan hukum Allah, maka janganlah kalian melampauinya.” [al-Baqarah/2:187]
4. Takalluf (Memaksa-Maksa Diri).
Allah Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلفِينَ
“Katakanlah (hai Muhammad): “Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da’wahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.” [Shâd/38:86]
Diriwayatkan dari Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu ia berkata, “Kami dilarang bersikap takalluf (memaksa-maksa diri).”[6]
SEBAB MUNCULNYA SIKAP GHULUW.
Sebab-sebab munculnya sikap ghuluw ini bermacam-macam, di antaranya:
1. Kebodohan dalam agama. Ini meliputi kebodohan terhadap tujuan inti syariat Islam dan kaidah-kaidahnya serta kebodohan dalam memahami nash-nash al-Qur’ân dan Sunnah. Sehingga kita lihat sebagian pemuda yang memiliki semangat akan tetapi masih dangkal pemahaman dan ilmunya terjebak dalam sikap ghuluw ini.
2. Taqlîd (ikut-ikutan). Taqlîd hakikatnya adalah kebodohan. Termasuk di antaranya adalah mengikuti secara membabi-buta adat istiadat manusia yang bertentangan dengan syariat Islam serta mengikuti tokoh-tokoh adat yang menyesatkan. Kebanyakan sikap ghuluw dalam agama yang berlaku di tengah-tengah masyarakat berpangkal dari sebab ini.
3. Mengikuti hawa nafsu. Timbangan hawa nafsu ini adalah akal dan perasaan. Sementara akal dan perasaan tanpa bimbingan wahyu akan bersifat liar dan keluar dari batasan-batasan syariat.
4. Berdalil dengan hadits-hadits lemah dan palsu. Hadits-hadits lemah dan palsu tidak bisa dijadikan sandaran hukum syar’i. Dan pada umumnya hadits-hadits tersebut dikarang dan dibuat-buat bertujuan menambah semangat beribadah atau untuk mempertebal sebuah keyakinan sesat.
BENTUK-BENTUK GHULUW.
Secara garis besar, ghuluw ada tiga macam: dalam keyakinan, perkataan dan amal perbuatan.
Ghuluw dalam bentuk keyakinan misalnya sikap berlebih-lebihan terhadap para malaikat, Nabi dan orang-orang shalih dengan meyakini mereka sebagai tuhan. Atau meyakini para wali dan orang-orang shalih sebagai orang-orang yang ma’shûm (bersih dari dosa). Contohnya adalah keyakinan orang-orang Syi’ah Rafidhah terhadap ahli bait dan keyakinan orang-orang sufi terhadap orang-orang yang mereka anggap wali.
Ghuluw dalam bentuk ucapan misalnya, puji-pujian yang berlebih-lebihan terhadap seseorang, doa-doa dan dzikir-dzikir bid’ah, misalnya puji-pujian kaum sufi terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan wali-wali mereka; demikian pula dzikir-dzikir mereka yang keluar dari ketentuan syariat. Contoh lainnya adalah menambah-nambahi doa dan dzikir, misalnya menambah kata sayyidina dalam salawat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ghuluw dalam bentuk amal perbuatan misalnya mengikuti was-was dalam bersuci atau ketika hendak bertakbîratulihrâm; sehingga kita dapati seseorang berulang-ulang berwudhu’ karena mengikuti waswas. Demikian seseorang yang berulang-ulang bertakbîratul ihrâm karena anggapan belum sesuai dengan niatnya.
Sebenarnya, ada satu jenis ghuluw lagi yang perlu diwaspadai yaitu ghuluw dalam semangat. Jenis ini biasanya merasuki para pemuda yang memiliki semangat keagamaan yang berlebih-lebihan akan tetapi dangkal pemahaman agamanya. Sehingga mereka jatuh dalam sikap sembrono dalam menjatuhkan vonis kafir, fasiq dan bid’ah.
=====================
Sumber: https://almanhaj.or.id/3435-fenomena-ghuluw-melampaui-batas-dalam-agama.html
Jika terjadi ghuluw dalam beragama, jatuhnya bisa jadi khawarij ato teroris.
Sholat, ada perintahnya
فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللهَ قِيَامًا وقُعُوْدًا وعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا الصلٰوةَ ۚ اِن الصلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا موْقُوْتًا
"Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk, dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah sholat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 103)
اَقِمِ الصلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشمْسِ اِلٰى غَسَقِ اليْلِ وَقُرْاٰنَ الْـفَجْرِ ۗ اِن قُرْاٰنَ الْـفَجْرِ كَانَ مَشْهُوْدًا
"Laksanakanlah sholat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula sholat) subuh. Sungguh, sholat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 78)
حَافِظُوْا عَلَى الصلَوٰتِ وَالصلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلهِ قٰنِتِيْنَ
"Peliharalah semua sholat dan sholat wusta. Dan laksanakanlah (sholat) karena Allah dengan khusyuk."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 238)
sungguh ahli mas oegank dlm ilmu agama trims
0
Kutip
Balas