- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Investigasi Supranatural: Dendam Arwah Penunggu Jalan Angker (dongeng seram)
TS
dodydrogba
Investigasi Supranatural: Dendam Arwah Penunggu Jalan Angker (dongeng seram)
Mencoba membagikan karya ane yang baru gan, terinspirasi dari serial Constantine, Supernatural dan DI sini ada Setan, judulnya Investigasi Supranatural: Dendam Arwah Penunggu Jalan Angker. Berkisah tentang Aryo yang kehilangan saudari kembarnya secara misterus, hal itu mengundang rasa penasarannya dan berniat menolongnya, namun sebelum itu ia harus mengikuti permintaan saudarinya itu yaitu menyelesaikan kasus yang berkaitan dengan kejadian mistis atau supranatural. Semoga bisa terhibur dan mohon kritik dan sarannya.
Spoiler for Bab 1:
Sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah yang dialami oleh Aryo saat ini ketika mendengar sebuah kabar buruk yang menimpa keluarganya. Setelah sebelumnya di putus hubungan kerjanya karena perusahaanya bangkrut, kini ia tengah mencoba tegar setelah tahu saudari kembarnya Arina menghilang di sebuah gunung. Pencarian dan segala usaha lain sudah dilakukan, sayangnya hasil nihil tanpa mendapatkan bukti apa pun. Tim penolong memutuskan untuk menyerah setelah menguber ke segala sisi gunung tersebut yaitu Gunung Sanjaya. Berbeda dengan dirinya, Arina sendiri sedikit unik kehidupannya. Ia tak menjadi karyawan atau wirausahawan seperti pada umumnya namun menjadi praktisi supranatural, para psikolog atau apapun itu yang berkaitan dengan hal - hal berbau supranatural. Ia menolong siapapun yang terkena masalah berbau supranatural. Uniknya walau dibayar secara sukarela atau bahkan kadang tak dibayar sama sekali, entah kenapa ia bisa survive hingga saat ini.
Sedangkan Aryo, ia malah tak mendapatkan kemampuan yang dimiliki Arina sejak lahir yaitu indera ke enam. Tentu ia sangat bersyukur tak bisa berinteraksi dengan mahluk kasat mata di berbagai tempat karena jika tak siap bisa menimbulkan tekanan psikis tersendiri yang mungkin mempengaruhi kehidupannya. Aryo sendiri merupakan pria muda yang cukup tangguh dan pemberani, buktinya ia bahkan sering melewati jalan angker ketika pulang dari kantornya berkali - kali. Ia bahkan lebih takut bertemu begal dan perampok daripada hantu karena taruhannya nyawa terkadang duit. Mungkin karena ia yang tak diberkahi kemampuan unik seperti jadi tak merasa was - was ada aura negatif di sekelilingnya.
Sebelum Arina menghilang, Aryo tak mendapatkan kabar apapun dari saudari kembarnya itu. Mungkin karena kesibukkan yang sangat padat jadi tak sempat mengirim pesan terakhir kepada Aryo. Padahal biasanya Arina akan menyempat mengirim pesan singkat melalui ponselnya kepada saudara kembarnya itu. Ah, andai saja punya kemampuan unik seperti Arina, mungkin hal seperti ini bisa dicegah lebih dulu, batin Aryo. Namun nasi sudah menjadi bubur, yang ia bisa lakukan sekarang adalah mencari tahu siapa saja yang pernah melakukan kontak dengan saudarinya itu.
Di kamar saudarinya yang harum semerbak dan terawat rapi, ia memeriksa satu persatu buku - buku di lemarinya. Berharap keberuntungan menyertainya, berbagai lembar dilirik dengan penuh ketelitian. Sayangnya, tak ada satu pun yang menyertakan nama - nama orang yang dikenalnya. Andai saja ponselnya tertinggal, mungkin masih ada sedikit harapan. Sang ibu sebenarnya sudah merelakan anaknya, ia bahkan rajin beribadah agar anaknya bisa diberi tempat terbaik di sisinya. Berbeda dengan Aryo, walau tak percaya hal yang tak masuk akal, firasatnya terus mengatakan bahwa Arina masih hidup. Usaha pencarian itu juga membuatnya lelah, ia pun merebahkan diri ke kasur milik Arina. Ia tak kuasa menahan kantuk, mata pun ia pejamkan dengan rapat, berharap hari esok lebih baik dari sebelumnya. Aryo akhirnya tertidur pulas di malam yang belum terlalu larut.
Di tengah - tengah tidurnya, ia tenggelam pada lautan mimpi yang sangat dalam. Rasanya aneh, ia sama sekali belum pernah mengalaminya. Lalu ia terjatuh di sebuah hamparan padang rumput yang dibelakangnya terdapat gunung yang besar dan indah. Sebuah siluet bayangan tiba - tiba muncul di depannya, lama - lama berbentuk padat, mirip manusia. Ia sepertinya kenal, itu adalah saudari kembarnya, Arina. Melihat hal itu membuat Aryo merangkak perlahan lalu berdiri tegak. Ia masih tak percaya akan apa yang dipandangnya, ia pun mengucek matanya. Ternyata benar, ia tak salah lihat, kekuatirannya yang memuncak perlahan sirna. Mungkin ini sebuah pertanda jika dia masih hidup ditambah ia punya kemampuan indera ke enam dari lahir. Dengan mental baja ia memberanikan diri untuk bertanya sesuatu kepadanya perihal kehilangannya itu.
"Arina!!! Engkau kah itu?"
Arina tersenyum lalu berbicara sesuatu padanya, "Iya Aryo, ini aku, saudari kembar mu."
"Benerkah itu?? Di mana kah kamu berada sekarang? Kamu tahu ibu dan saudara - saudara kita benar - benar mencemaskan mu, bahkan mereka hampir mengira kamu sudah mati," Aryo menatap dengan penuh kesedihan.
"Aku minta maaf sudah mencemaskan kalian, tapi aku masih hidup," Arina berbicara datar kali ini.
"Kalau begitu biar lah aku menolong mu kali ini, kita bersaudara kembar bukan. Saudara kembar yang baik harus tolong menolong apapun itu kondisinya. Dan mereka tidak akan percaya kamu masih hidup selama diri mu belum diketemukan," Aryo berusaha meyakinkan Arina.
"Tidak perlu Aryo, itu hanya buang - buang waktu dan merepotkan mu saja. Atau malah bisa membuat mu suatu saat terbunuh, apa kamu tak tahu itu?" Arina menolak.
"Tidak perlu??? Apa kamu tak tahu batin derita yang dirasakan ibu mu, tangis harunya tak pernah berhenti sebelum melihat senyum indah mu. Kamu tahu ia sangat mencintai mu, ibu mana yang tak sedih ketika anaknya sedang dalam masalah. Biarkan aku menolong mu Arina, walau mungkin aku bukan orang yang punya kemampuan unik seperti diri mu. Tapi setidaknya aku akan berusaha mati - matian untuk menolong mu," Aryo kembali mencoba meyakinkannya.
Arina tak berkata satu patah kata pun, ia membalikan badannya, menatap langit cerah di atas gunung, tiba - tiba pelangi cantik muncul, menambah pesona indah dari pemandangan tersebut. Ternyata itu adalah gambaran perasaanya, sebuah bentuk komunikasi non verbal yang sangat aneh tapi penuh seni keindahan. Hatinya perlahan luluh ketika mendengar kata ibu, ia teringat ibu selalu mengkuatirkannya ketika ia pergi. Atas dasar itu, maka ia memutuskan untuk menyetujui permohonan saudar kembarnya itu.
"Baiklah, jika kamu ingin menolong ku, maka kamu juga harus menolong yang lain."
"Apa maksud mu Arina, aku tidak mengerti?"
"Lihat lah pelangi itu, indah bukan."
Arina menunjuk dengan tangannya, Aryo menatap dengan serius. Pelangi itu rupanya mengalihkan perhatiannya dari Arina yang perlahan memudar lalu menghilang.
"Arina tunggu!!! Arina!!!" teriak Aryo.
Keanehan kembali terjadi, kali ini semburan api melahap kakinya lalu menuju ke atas. Seketika langit yang cerah menjadi gelap gulita. Ia yang terkejut tak kuasa menahan rasa takutnya.
"Apa yang terjadi, tolong!!!!!"
Dalam seketika ia terbangun dari alam mimpi di luar nalarnya itu. Nafasnya terengah - engah bak habis lari sepuluh kali memutari lapangan. Otaknya berputar memikirkan apa yang baru saja ia alami sebelumnya. Ia menghela nafas sebentar, mencoba untuk lebih rileks, kepalanya mendongak lalu menatap ke arah pintu yang berada tak jauh di depannya. Sebuah jaket wanita berwarna cokelat tergantung pada gantungan di pintu itu. Ada hal yang telah menarik perhatiannya di jaket itu. Iya, merek pelangi, ia teringat perkataan Arina yang terpukau pada pelangi yang indah. Mungkin saja dia bermaksud ada sebuah keindahan di balik jaket itu, tapi apa, tak ada yang tahu. Sejatinya Aryo kesal dengan teka - teki konyol ini, hanya malah mempersulit dirinya menolong saudarinya itu. Tapi sayangnya, itu bagaikan wasiat langung dari nya, dan ketika menolaknya, yang ditakuti adalah kesialan yang menimpa sekitar dirinya atau orang terdekatnya. Mau gak mau, ia mencoba mendekati jaket itu. Tak dirasa waktu berjalan lebih cepat, kini sudah menunjukkan jam empat pagi. Batin Aryo berharap belum terlambat untuk kehilangan saudarinya itu.
Jaket merek pelangi itu dirabanya, dari atas sampai bawah lalu ke segala sisi. Sampai ia berhenti pada bagian tengah jaket itu, terdapat sebuah kantung di luarnya. Dilihatnya kantung itu, tak terdapat apa - apa. Tapi yang aneh terasa padat berisi, membuat kantung itu sedikit berat. Ia coba cek kembali, kali ini dari dalam. Dan ternyata ia menemukan resreting kantung dalam bagian jaket itu. Dengan terburu - buru ia membukanya, akhirnya usahanya tak sia - sia. Ia menemukan sebuah buku kecil yang sepertinya milik Arina. Setelah itu ia mulai berjalan menuju semacam meja belajar di samping lemari. Lembar demi lembar mulai dibukanya, tulisan - tulisan yang ia tatap dengan teliti itu meningkatkan rasa penasaran dari Aryo. Bentuknya seperti sebuah diary, tetapi tak sepenuhnya jadi. Judul dari tulisan catatan harian itu juga terasa aneh, seperti berita kasus kriminal, ada juga yang cuma menunjukan alamat sebuah tempat saja. Ia terus melanjutkan membuka lembaran buku itu hingga ia menemukan sebuah catatan aneh di belakangnya.
"Tanda - tanda kehadiran mahluk astral atau gaib:
1. Timbul bau aneh seperti wangi kemenyan, bau anyir darah atau bau daging busuk secara mendadak.
2. Adanya penerangan lampu yang selalu redup atau kelap - kelip bahkan ketika sudah diganti lampu baru.
3. Perubahan suhu secara mendadak, seperti suhu dingin yang membuat bulu kuduk merinding.
4. Pergerakan benda yang melawan hukum alam, fisika atau apapun itu.
5. Suara - suara aneh yang muncul mendadak seperti tangisan atau tertawa.
Jika aku tak muncul beberapa hari atau tahun, harap hubungi alamat ini:
Jl. Putri Kahiyang, no. 4, perumahan Cempaka Biru, kecamatan Sukamaju."
Lagi - lagi firasat Aryo mengatakan bahwa mungkin ini yang dimaksud menolongnya melalui menolong orang lain. "Apa mungkin aku disuruh menyelesaikan kasus - kasusnya yang belum tuntas itu sebelum menemukan dirinya? Yah, mungkin saja, setidaknya alamat ini mungkin bisa berguna bagi ku dalam mencari dirinya yang hilang," kata Aryo dalam hati.
Niat beserta tekad yang kuat sudah ia bulatkan dalam hati, tak ingin mundur sebelum tujuan tercapai. Pagi hari Aryo menemui ibunya di kamarnya, meminta izin sekaligus pamit kepada ibunya. Ia mencoba mengajak ibunya untuk terus berharap akan sebuah keajaiban bisa menghampiri keluarga mereka.
"Nak, kamu yakin soal ini, bagaimana kalau semua ini sia - sia, bagaimana kalau ini hanya ujian buat keluarga kita agar tetap tabah dalam situasi apa pun," sang ibu kuatir.
"Tenang aja bu, aku yakin keajaiban itu ada. Dan tentu semua masalah yang kita hadapi adalah ujian hidup. Tapi firasat kuat ku mengatakan dia masih hidup," kata Aryo dengan penuh keyakinan.
"Iya, ibu tahu, tapi ibu sudah kehilangan saudari mu untuk saat ini, ibu tak mau kehilangan mu, anak ibu yang masih tersisa dan sangat ibu cintai," ibu yang sedih menggenggam erat tangan anaknya.
"Ibu, Aryo kan sudah besar, sudah mandiri, Aryo bisa kok mengatasi masalah sendiri. Jadi ibu tak perlu berpikir aneh - aneh, entar jadi malah bisa stres sendiri dan Aryo tak ingin ibu seperti itu," kata Aryo dengan tenang.
"Baiklah, ibu tak bisa memaksa mu untuk tetap di sini, kamu sudah besar nak. Aku harap tuhan selalu melindungi dari segala marabahaya," yang tak kuasa menahan sedih mulai meneteskan air mata.
"Ibu, maafkan Aryo sudah merepotkan ibu. Kalau begitu Aryo pamit dulu, bi Sumi, tolong jaga ibu dengan baik ya," Aryo mengusap air mata ibu dan meminta pembantu rumahnya untuk menjaga sang ibu.
"Iya mas, bi Sumi pasti akan menjaga ibu dengan baik," bi Sumi tersenyum lepas.
Senyuman bi Sumi juga menular ke sang ibu, mungkin kini ia lebih lega karena harapan kecil mulai timbul di benak pikirannya akan keberadaan anak perempuannya itu. Sementara itu Aryo berangkat dengan sepeda motor harley milik mendiang ayahnya yang sudah meninggal lima tahun lalu itu. Sambil berkendara, alunan musik Highway to Hell milik AC/DC menyertai perjalanannya, menuju sang matahari terbit di mana harapan akan terus ada selama masih ada hari esok yang cerah.
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9 Part 1
Bab 9 Part 2
Diubah oleh dodydrogba 12-05-2018 07:36
anasabila memberi reputasi
2
8.6K
Kutip
25
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
dodydrogba
#6
Spoiler for Bab 4:
Setelah vakum beberapa hari, kini mereka kembali ke rutinitas yang sama, rutinitas yang sempat menghilang. Seperti biasa pada malam hari mereka nongkrong di sebuah kafe unik yang menjajakan roti bakar, nasi kucing, jahe hangat dan menu lain yang pas buat santap malam. Terutama kafe yang menyediakan wifi untuk berselancar internet sepuasnya. Riko kembali disibukkan dengan laptopnya sementara di sampingnya, kakaknya turut membantunya dalam mencari data - data pendukung untuk menguak kasus yang mereka dalami itu. Terlihat Risa sedang mengelinting lengan bajunya dan di saat yang bersamaan air keringat kadang bercucuran melewati dahinya. Ia sepertinya tampak antusias dan semangat walau sedang dalam rasa kelelahan yang amat dashyat. Lalu bagaimana dengan Aryo? Ia sepertinya lebih enjoy dari yang lain, bahkan ketika yang lain sibuk dengan tugasnya, ia malah kerepotan membawa hidangan makanan yang akan disantapnya nanti. Setelah bersusah payah membawa makanan dengan nampan, ia akhirnya berhasil duduk di depan Riko dan Risa.
"Jadi bagaimana menurut mu Riko?" Risa meminta saran.
"Mungkin kuntilanak atau sundel bolong yang suka iseng, itu hobi mereka bukan? Setan wanita yang selalu galau," Riko menebak.
"Iya, tapi kalau cuma iseng, mereka sudah melampaui batas karena menyebabkan malapetaka yang terus berlanjut," Risa melontarkan ketidaksetujuannya.
"Terus apa dong? Yang suka ganggu di pinggir jalan ya biasanya spesies mereka doang," Riko kebingungan.
"Hmmm... Aryo mungkin kamu punya pikiran lain?" keduanya menatap Aryo dan mereka tercengang akan apa yang ia lakukan.
Dengan rakus dan lahapnya ia memakan lima buah nasi kucing, beberapa gorengan, sate telur secara simultan. Bak lima hari tinggal di wilayah yang diterpa bencana kelaparan, tanpa mempedulikan Risa dan Riko ia terus menikmati santapannya dengan lahapnya. Risa mencoba berteriak sedikit keras agar bisa meraih perhatiannya.
"Aryo!!!!"
Aryo yang sedang asyik makan itu mendongakan kepalanya lalu menatap mereka berdua yang sedang serius dengan tugasnya itu.
"Aaaa iya!!! Ada apa ya?" Aryo menghentikan aktifitas makannya.
"Kamu tidak sedang kelaparan kan?" Risa berbalik tanya.
"Eeee... maaf sejak kemaren aku hanya makan sedikit jadi perut ku terus berteriak meminta makanan. Maaf mengganggu kalian hehee," jawab Aryo dengan sedikit tersenyum.
"Tak masalah kok, oh iya, kalau kami boleh tahu musibah tadi kira - kira disebabkan oleh siapa ya?" Risa mencoba meminta pendapat Aryo.
"Oh yang tadi ya, mungkin saja sopir yang mengantuk," duga Aryo.
"Kamu yakin?? Bagaimana dengan pelaku yang tak kasat mata?" Risa memberi sedikit petunjuk.
"Tak kasat mata??" Aryo bingung.
"Kubilang apa, saudarinya jauh lebih hebat ketimbang saudaranya ini," bisik Riko kepada Risa.
"Semacam mahluk supranatural seperti kunti, sundel bolong, gendruwo dan lain - lain, ngerti kan?" Risa memberi penjelasan simpel.
"Ohhh itu, ya aku tahu," Aryo sejatinya tak tahu harus berbicara apa lagi karena otaknya sudah mentok namun ia tak kehabisan akal, ia melirik ke kiri lalu ke kanan dan akhirnya menemukan suatu hal yang sangat menarik perhatiannya.
"Bagaimana jika pelakunya adalah arwah penasaran, apakah itu mungkin?" kata Aryo setelah melihat seseorang yang sedang membaca majalah film lokal.
Berpikir sebentar, dengan agak ragy Riko menjawab pertanyaan Aryo, "Kalau itu sih mungkin saja walau aku belum berpikir sejauh itu, harus ada bukti lebih dalam untuk menemukan di balik semua ini, tapi ada suatu hal yang membuat ku sedikit setuju dengan mu Aryo."
"Sebentar, apa yang membuat mu yakin semua ini mungkin perbuatan arwah penasaran?" Risa kaget dengan ucapan Riko.
"Lihatlah ini, dari data - data berita yang kudapat, maaf jika beritanya kebanyakan dari media lokal bukan nasional karena mungkin cerita misteri di sini tak laku di pasaran, dari berita - berita yang ada apakah kalian merasakan sedikit keanehan?" Riko menunjukkan berbagai gambar screenshot berita di laptopnya.
"Seperti yang saya pikirkan saat ini, kebanyakan korban dari kecelakaan ini adalah pria. Apakah mungkin bisa kebetulan seperti itu, mengingat bisa saja ada wanita juga yang mungkin melewati jalan itu dengan mobilnya entah pada saat pulang kerja ataupun urusan lainnya?" lanjutnya.
"Sebentar, maksud mu mahluk penunggu jalan angker ini tak membunuh secara acak dan memilih korbannya?" Risa mengkerutkan dahinya.
"Ya dan satu - satunya cara untuk membuktikannya adalah salah satu dari kita harus melewati jalanan itu pada malam hari," Riko dengan cepat memalingkan matanya ke arah Risa dan disusul oleh Aryo.
"Hah!!! Kenapa mesti aku?" Risa mengeluh.
"Mungkin karena wanita jarang ada yang jadi korban, seperti yang dikatakan Riko," pikir Aryo.
"Iya, dan katanya kakak wanita pemberani, hihihi," Riko tersenyum jahat karena dapat kesempatan mengerjai kakaknya itu.
"Arghhh!!! Baiklah, aku terima ide konyol mu ini," Risa terpaksa menyetujui ide adiknya karena tak ingin dianggap lemah di sisi lain batinnya mengatakan, "Awas kamu Riko, akan kubalas dengan yang lebih kejam!!!"
"Kalau begitu baguslah, oh iya, Aryo kami minjam motor mu tidak apa - apa kan?" Riko menutup laptopnya.
"Ah tidak apa - apa silahkan saja," Aryo menyerahkan kunci kepada Riko.
Mereka memutuskan untuk menyudahi tongkrongan mereka di kafe itu. Profesi sebagai detektif supranatural memang membuat orang hidup seperti kalong, hanya aktif di malam hari. Namun yang membuat semakin berbeda terkadang mereka harus bekerja siang dan malam demi tuntutan sebuah kasus yang rumit. Kendaraan mereka nyalakan lalu mulai melaju kencang ke arah jalan Anggrek Hitam yang sangat angker itu.
Semalam suntuk Aryo dan Riko menunggu Risa mendapatkan sebuah penampakan seram di jalanan itu namun sayang hal itu tak kunjung tiba. Hal itu tentu semakin menambah rasa kantuk sekaligus bosan kepada Riko dan Aryo yang terus mengamati laptop tanpa hasil yang memuaskan. Kamera yang terpasang pada helm Risa tidak menunjukkan apa - apa, sejauh mata memandang hanya ada jalanan aspal belaka. Jalanan yang tadinya dipenuhi oleh sisa - sisa kecelakaan kini sudah bersih dan bisa dilewati kembali. Karena tak ingin terus - terusan terjerembab dalam kesunyian dan kebosanan, Aryo pun mencoba bertanya seputar dunia supranatural dari dalam sebuah mobil van yang terparkir di pinggir jalanan angker itu.
"Maaf mengganggu waktu mu, tapi bolehkah aku bertanya kepada mu sedikit saja?" Aryo menggaruk kepalanya.
"Oh silahkan saja," Riko merasa tak keberatan.
"Bagaimana kamu begitu yakin kalau ini semua ulah arwah penasaran?" Aryo melampiaskan rasa penasarannya.
"Sebenarnya aku tidak yakin - yakin amat sih, cuma dari kemungkinan - kemungkinan yang ada yang paling mungkin walau secara persentase sedikit ya mungkin arwah penasaran. Untung kamu menyebutnya tadi jadi aku bisa sedikit tercerahkan," terang Riko.
"Oh begitu ya, lalu yang membedakan ini ulah kuntilanak dengan arwah penasaran apa?" Aryo masih bingung.
"Simpelnya sih, kunti itu setan cewek galau, yang diganggu ya semuanya sih, cewek iya cowok juga iya. Tapi setahuku aku jarang nemuin mereka sampai sejauh ini kelakuannya kecuali pemimpin mereka yang kekuatan gaibnya mungkin lebih dahsyat. Tapi entah kenapa firasat mengatakan bukan mereka yang melakukannya," Riko menjelaskan.
"Coba lihatlah ini, ini gambar foto yang kamu ambil tadi. Menurutmu keanehan apa yang ada di foto ini?" Riko menunjukkan sebuah gambar foto di laptopnya.
"Eeee... Sebuah bundaran - bundaran aneh?" Aryo mencoba menebak.
"Yup, kamu benar, ini disebut orb atau bentuk energi gaib atau ether. Biasanya semakin banyak atau berukuran besar maka dipastikan bahwa ada aktifitas supranatural di situ. Kalau dari foto ini, orb berukuran kecil tapi berjumlah banyak, dari pengalaman yang kudapat, arwah penasaran punya ciri yang sama dengan ini sementara kuntilanak hanya terdapat sedikit namun berukuran besar," baik Riko dan Aryo sama - sama memperhatikan dengan seksama.
Ketika mereka asyik berdiskusi soal hal - hal supranatural, Risa harus menahan kantuk agar tak dikerjai oleh para penunggu jalanan angker itu. Sembari membuka matanya lebar - lebar, ia tetap berkonsentrasi penuh agar tidak terjatuh dari motornya. Ia tahu konsekuensi mahal yang harus dibayar kalau merusak motor keren milik Riko itu.
"Grrrr sampai kapan aku harus berkendara naik motor ini, pingin sekali rasanya tidur pulas. Ini pasti kerjaannya si Riko sialan itu, awas pokoknya ntar gantian aku yang ngerjain dia," Risa jengkel.
Risa pun hingga malam ini nampaknya masih belum berhasil menemui sang penunggu jalan itu, di sisi lain sebuah fenomena aneh mengalihkan pembicaraan dari Riko dan Aryo. Entah kenapa ac dalam mobil itu mendadak jauh lebih dingin padahal tak ada satu pun merubah tombolnya.
"Jadi sebelumnya kamu kerja di bagian HRD ya, berarti yang mengatur soal SDM itu kan?"
"Iya tepat sekali, kalau ada karyawan yang tak semangat, malas, atau punya konflik dengan karyawan lain mau gak mau aku juga harus turut campur menanganinya demi berlangsungnya kelancaran perusahaan itu sendiri. Oh iya Riko, ngomong - ngomong kok ac nya jadi dingin amat gini ya?"
"Itu yang saya rasakan juga, kenapa jadi dingin kayak kutub utara gini? Perasaan aku gak ngerubah ac nya, kamu juga kan? Lihat mulut ku jadi berembun gini!!"
"Riko, apa jangan - jangan ini pertanda ada mahluk halus di sekitar kita seperti yang tertulis dalam buku catatan Arina?"
"Mungkin, tapi aku tak ingin berharap itu terjadi."
Keanehan itu tak berujung sampai di situ, radio mobil mereka mendadak menyala sendiri, seperti memainkan sebuah irama lagu dari kaset yang rusak. Ketika berusaha keluar, pintu mobil itu juga seperti terkunci dengan sendirinya. Suasana menyeramkan itu membuat bulu kuduk keduanya merinding, jantung mereka berdetak tak beraturan, ditambah ponsel mereka tiba - tiba terkena gangguan sinyal membuat keadaan semakin tak terkendali. Dengan situasi yang ada Riko berusaha menelpon kakaknya itu, sayangnya gangguan sinyal itu membuat usahanya hanya sia - sia belaka.
"Halo, halo, Risa kamu bisa dengar aku, arghhg sialan!!" Riko jengkel.
"Apa yang terjadi di sini? Pintu ini tak bisa terbuka, kita benar - benar terjebak di sini," Aryo mulai panik.
"Tidak, aku yakin pasti ada cara," Riko kembali menyalakan ponselnya.
"Tapi bagaimana?? Radio ini juga tak bisa dimatikan pula, bikin suasana makin seram saja!!" Aryo yang ketakutan menekan - nekan tombol radio mobil.
Usaha mereka pun terhenti setelah radio yang sebelumnya nyala akhirnya mati, sayangnya ponsel milik Aryo dan Riko juga mengalami hal yang sama. Keadaan tersebut membuat keduanya sulit meminta bantuan Risa yang sedang berada di luar sana.
"Aaapa yang terjadi?" Aryo kebingungan.
"Radionya mati, sayangnya ponsel ku juga mati," Riko menatap ponselnya.
"Eee... ponsel ku juga," Aryo merasakan nasib yang sama.
Di saat sedang mengalami kesialan yang tak kunjung berhenti, sebuah fenomena mistis lain datang menghampiri mereka. Sebuah kabut putih mendadak menyelimuti sekitar mobil. Membuat pandangan sekitarnya menjadi terganggu, mereka pun semakin sulit meminta pertolongan.
"Keanehan apa lagi ini?" rasa heran Aryo semakin memuncak.
"Aku tidak tahu tapi firasat ku mengatakan ini pertanda buruk," pikir Riko.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Aryo mencoba mencari cara.
"Hanya ada satu cara ...." Riko memutar otak agar bisa selamat.
Beberapa menit kemudian, sebuah suara bak berada di ruangan tertutup datang dari arah mobil itu. Keduanya secara bersamaan mengeluarkan suara nyaring minta tolong agar dapat menarik perhatian penggunan jalan lain yang kebetulan melintasi jalanan itu. Mereka yang sangat ketakutan mau tidak mau menggunakan cara konyol ini agar bisa menyelamatkan nyawa mereka sendiri. Di lain tempat Risa yang bosan akhirnya memilih untuk meminggirkan kendaraannya di pinggiran jalan. Ia menyempatkan waktunya untuk istirahat sebentar, setelah itu ia mengeluarkan ponselnya. Betapa kagetnya ia setelah tahu bahwa ada beberapa panggilan tak terjawab ia hiraukan demi konsentrasi dalam berkendara di jalanan angker itu. Panggilan - panggilan itu semua berasal dari adik semata wayangnya itu, firasatnya mendadak mengatakan ada yang tak beres di sini. Dengan cepat ia pun kembali menyalakan mesin motornya dan bergerak cepat menuju ke area mobil van miliknya yang terparkir tadi yang jaraknya lumayan jauh dari posisinya sekarang. Batinnya berkata bahwa ini belum terlambat, mereka masih bisa kembali dalam keadaan selamat.
"Jadi bagaimana menurut mu Riko?" Risa meminta saran.
"Mungkin kuntilanak atau sundel bolong yang suka iseng, itu hobi mereka bukan? Setan wanita yang selalu galau," Riko menebak.
"Iya, tapi kalau cuma iseng, mereka sudah melampaui batas karena menyebabkan malapetaka yang terus berlanjut," Risa melontarkan ketidaksetujuannya.
"Terus apa dong? Yang suka ganggu di pinggir jalan ya biasanya spesies mereka doang," Riko kebingungan.
"Hmmm... Aryo mungkin kamu punya pikiran lain?" keduanya menatap Aryo dan mereka tercengang akan apa yang ia lakukan.
Dengan rakus dan lahapnya ia memakan lima buah nasi kucing, beberapa gorengan, sate telur secara simultan. Bak lima hari tinggal di wilayah yang diterpa bencana kelaparan, tanpa mempedulikan Risa dan Riko ia terus menikmati santapannya dengan lahapnya. Risa mencoba berteriak sedikit keras agar bisa meraih perhatiannya.
"Aryo!!!!"
Aryo yang sedang asyik makan itu mendongakan kepalanya lalu menatap mereka berdua yang sedang serius dengan tugasnya itu.
"Aaaa iya!!! Ada apa ya?" Aryo menghentikan aktifitas makannya.
"Kamu tidak sedang kelaparan kan?" Risa berbalik tanya.
"Eeee... maaf sejak kemaren aku hanya makan sedikit jadi perut ku terus berteriak meminta makanan. Maaf mengganggu kalian hehee," jawab Aryo dengan sedikit tersenyum.
"Tak masalah kok, oh iya, kalau kami boleh tahu musibah tadi kira - kira disebabkan oleh siapa ya?" Risa mencoba meminta pendapat Aryo.
"Oh yang tadi ya, mungkin saja sopir yang mengantuk," duga Aryo.
"Kamu yakin?? Bagaimana dengan pelaku yang tak kasat mata?" Risa memberi sedikit petunjuk.
"Tak kasat mata??" Aryo bingung.
"Kubilang apa, saudarinya jauh lebih hebat ketimbang saudaranya ini," bisik Riko kepada Risa.
"Semacam mahluk supranatural seperti kunti, sundel bolong, gendruwo dan lain - lain, ngerti kan?" Risa memberi penjelasan simpel.
"Ohhh itu, ya aku tahu," Aryo sejatinya tak tahu harus berbicara apa lagi karena otaknya sudah mentok namun ia tak kehabisan akal, ia melirik ke kiri lalu ke kanan dan akhirnya menemukan suatu hal yang sangat menarik perhatiannya.
"Bagaimana jika pelakunya adalah arwah penasaran, apakah itu mungkin?" kata Aryo setelah melihat seseorang yang sedang membaca majalah film lokal.
Berpikir sebentar, dengan agak ragy Riko menjawab pertanyaan Aryo, "Kalau itu sih mungkin saja walau aku belum berpikir sejauh itu, harus ada bukti lebih dalam untuk menemukan di balik semua ini, tapi ada suatu hal yang membuat ku sedikit setuju dengan mu Aryo."
"Sebentar, apa yang membuat mu yakin semua ini mungkin perbuatan arwah penasaran?" Risa kaget dengan ucapan Riko.
"Lihatlah ini, dari data - data berita yang kudapat, maaf jika beritanya kebanyakan dari media lokal bukan nasional karena mungkin cerita misteri di sini tak laku di pasaran, dari berita - berita yang ada apakah kalian merasakan sedikit keanehan?" Riko menunjukkan berbagai gambar screenshot berita di laptopnya.
"Seperti yang saya pikirkan saat ini, kebanyakan korban dari kecelakaan ini adalah pria. Apakah mungkin bisa kebetulan seperti itu, mengingat bisa saja ada wanita juga yang mungkin melewati jalan itu dengan mobilnya entah pada saat pulang kerja ataupun urusan lainnya?" lanjutnya.
"Sebentar, maksud mu mahluk penunggu jalan angker ini tak membunuh secara acak dan memilih korbannya?" Risa mengkerutkan dahinya.
"Ya dan satu - satunya cara untuk membuktikannya adalah salah satu dari kita harus melewati jalanan itu pada malam hari," Riko dengan cepat memalingkan matanya ke arah Risa dan disusul oleh Aryo.
"Hah!!! Kenapa mesti aku?" Risa mengeluh.
"Mungkin karena wanita jarang ada yang jadi korban, seperti yang dikatakan Riko," pikir Aryo.
"Iya, dan katanya kakak wanita pemberani, hihihi," Riko tersenyum jahat karena dapat kesempatan mengerjai kakaknya itu.
"Arghhh!!! Baiklah, aku terima ide konyol mu ini," Risa terpaksa menyetujui ide adiknya karena tak ingin dianggap lemah di sisi lain batinnya mengatakan, "Awas kamu Riko, akan kubalas dengan yang lebih kejam!!!"
"Kalau begitu baguslah, oh iya, Aryo kami minjam motor mu tidak apa - apa kan?" Riko menutup laptopnya.
"Ah tidak apa - apa silahkan saja," Aryo menyerahkan kunci kepada Riko.
Mereka memutuskan untuk menyudahi tongkrongan mereka di kafe itu. Profesi sebagai detektif supranatural memang membuat orang hidup seperti kalong, hanya aktif di malam hari. Namun yang membuat semakin berbeda terkadang mereka harus bekerja siang dan malam demi tuntutan sebuah kasus yang rumit. Kendaraan mereka nyalakan lalu mulai melaju kencang ke arah jalan Anggrek Hitam yang sangat angker itu.
***
Semalam suntuk Aryo dan Riko menunggu Risa mendapatkan sebuah penampakan seram di jalanan itu namun sayang hal itu tak kunjung tiba. Hal itu tentu semakin menambah rasa kantuk sekaligus bosan kepada Riko dan Aryo yang terus mengamati laptop tanpa hasil yang memuaskan. Kamera yang terpasang pada helm Risa tidak menunjukkan apa - apa, sejauh mata memandang hanya ada jalanan aspal belaka. Jalanan yang tadinya dipenuhi oleh sisa - sisa kecelakaan kini sudah bersih dan bisa dilewati kembali. Karena tak ingin terus - terusan terjerembab dalam kesunyian dan kebosanan, Aryo pun mencoba bertanya seputar dunia supranatural dari dalam sebuah mobil van yang terparkir di pinggir jalanan angker itu.
"Maaf mengganggu waktu mu, tapi bolehkah aku bertanya kepada mu sedikit saja?" Aryo menggaruk kepalanya.
"Oh silahkan saja," Riko merasa tak keberatan.
"Bagaimana kamu begitu yakin kalau ini semua ulah arwah penasaran?" Aryo melampiaskan rasa penasarannya.
"Sebenarnya aku tidak yakin - yakin amat sih, cuma dari kemungkinan - kemungkinan yang ada yang paling mungkin walau secara persentase sedikit ya mungkin arwah penasaran. Untung kamu menyebutnya tadi jadi aku bisa sedikit tercerahkan," terang Riko.
"Oh begitu ya, lalu yang membedakan ini ulah kuntilanak dengan arwah penasaran apa?" Aryo masih bingung.
"Simpelnya sih, kunti itu setan cewek galau, yang diganggu ya semuanya sih, cewek iya cowok juga iya. Tapi setahuku aku jarang nemuin mereka sampai sejauh ini kelakuannya kecuali pemimpin mereka yang kekuatan gaibnya mungkin lebih dahsyat. Tapi entah kenapa firasat mengatakan bukan mereka yang melakukannya," Riko menjelaskan.
"Coba lihatlah ini, ini gambar foto yang kamu ambil tadi. Menurutmu keanehan apa yang ada di foto ini?" Riko menunjukkan sebuah gambar foto di laptopnya.
"Eeee... Sebuah bundaran - bundaran aneh?" Aryo mencoba menebak.
"Yup, kamu benar, ini disebut orb atau bentuk energi gaib atau ether. Biasanya semakin banyak atau berukuran besar maka dipastikan bahwa ada aktifitas supranatural di situ. Kalau dari foto ini, orb berukuran kecil tapi berjumlah banyak, dari pengalaman yang kudapat, arwah penasaran punya ciri yang sama dengan ini sementara kuntilanak hanya terdapat sedikit namun berukuran besar," baik Riko dan Aryo sama - sama memperhatikan dengan seksama.
Ketika mereka asyik berdiskusi soal hal - hal supranatural, Risa harus menahan kantuk agar tak dikerjai oleh para penunggu jalanan angker itu. Sembari membuka matanya lebar - lebar, ia tetap berkonsentrasi penuh agar tidak terjatuh dari motornya. Ia tahu konsekuensi mahal yang harus dibayar kalau merusak motor keren milik Riko itu.
"Grrrr sampai kapan aku harus berkendara naik motor ini, pingin sekali rasanya tidur pulas. Ini pasti kerjaannya si Riko sialan itu, awas pokoknya ntar gantian aku yang ngerjain dia," Risa jengkel.
Risa pun hingga malam ini nampaknya masih belum berhasil menemui sang penunggu jalan itu, di sisi lain sebuah fenomena aneh mengalihkan pembicaraan dari Riko dan Aryo. Entah kenapa ac dalam mobil itu mendadak jauh lebih dingin padahal tak ada satu pun merubah tombolnya.
"Jadi sebelumnya kamu kerja di bagian HRD ya, berarti yang mengatur soal SDM itu kan?"
"Iya tepat sekali, kalau ada karyawan yang tak semangat, malas, atau punya konflik dengan karyawan lain mau gak mau aku juga harus turut campur menanganinya demi berlangsungnya kelancaran perusahaan itu sendiri. Oh iya Riko, ngomong - ngomong kok ac nya jadi dingin amat gini ya?"
"Itu yang saya rasakan juga, kenapa jadi dingin kayak kutub utara gini? Perasaan aku gak ngerubah ac nya, kamu juga kan? Lihat mulut ku jadi berembun gini!!"
"Riko, apa jangan - jangan ini pertanda ada mahluk halus di sekitar kita seperti yang tertulis dalam buku catatan Arina?"
"Mungkin, tapi aku tak ingin berharap itu terjadi."
Keanehan itu tak berujung sampai di situ, radio mobil mereka mendadak menyala sendiri, seperti memainkan sebuah irama lagu dari kaset yang rusak. Ketika berusaha keluar, pintu mobil itu juga seperti terkunci dengan sendirinya. Suasana menyeramkan itu membuat bulu kuduk keduanya merinding, jantung mereka berdetak tak beraturan, ditambah ponsel mereka tiba - tiba terkena gangguan sinyal membuat keadaan semakin tak terkendali. Dengan situasi yang ada Riko berusaha menelpon kakaknya itu, sayangnya gangguan sinyal itu membuat usahanya hanya sia - sia belaka.
"Halo, halo, Risa kamu bisa dengar aku, arghhg sialan!!" Riko jengkel.
"Apa yang terjadi di sini? Pintu ini tak bisa terbuka, kita benar - benar terjebak di sini," Aryo mulai panik.
"Tidak, aku yakin pasti ada cara," Riko kembali menyalakan ponselnya.
"Tapi bagaimana?? Radio ini juga tak bisa dimatikan pula, bikin suasana makin seram saja!!" Aryo yang ketakutan menekan - nekan tombol radio mobil.
Usaha mereka pun terhenti setelah radio yang sebelumnya nyala akhirnya mati, sayangnya ponsel milik Aryo dan Riko juga mengalami hal yang sama. Keadaan tersebut membuat keduanya sulit meminta bantuan Risa yang sedang berada di luar sana.
"Aaapa yang terjadi?" Aryo kebingungan.
"Radionya mati, sayangnya ponsel ku juga mati," Riko menatap ponselnya.
"Eee... ponsel ku juga," Aryo merasakan nasib yang sama.
Di saat sedang mengalami kesialan yang tak kunjung berhenti, sebuah fenomena mistis lain datang menghampiri mereka. Sebuah kabut putih mendadak menyelimuti sekitar mobil. Membuat pandangan sekitarnya menjadi terganggu, mereka pun semakin sulit meminta pertolongan.
"Keanehan apa lagi ini?" rasa heran Aryo semakin memuncak.
"Aku tidak tahu tapi firasat ku mengatakan ini pertanda buruk," pikir Riko.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Aryo mencoba mencari cara.
"Hanya ada satu cara ...." Riko memutar otak agar bisa selamat.
Beberapa menit kemudian, sebuah suara bak berada di ruangan tertutup datang dari arah mobil itu. Keduanya secara bersamaan mengeluarkan suara nyaring minta tolong agar dapat menarik perhatian penggunan jalan lain yang kebetulan melintasi jalanan itu. Mereka yang sangat ketakutan mau tidak mau menggunakan cara konyol ini agar bisa menyelamatkan nyawa mereka sendiri. Di lain tempat Risa yang bosan akhirnya memilih untuk meminggirkan kendaraannya di pinggiran jalan. Ia menyempatkan waktunya untuk istirahat sebentar, setelah itu ia mengeluarkan ponselnya. Betapa kagetnya ia setelah tahu bahwa ada beberapa panggilan tak terjawab ia hiraukan demi konsentrasi dalam berkendara di jalanan angker itu. Panggilan - panggilan itu semua berasal dari adik semata wayangnya itu, firasatnya mendadak mengatakan ada yang tak beres di sini. Dengan cepat ia pun kembali menyalakan mesin motornya dan bergerak cepat menuju ke area mobil van miliknya yang terparkir tadi yang jaraknya lumayan jauh dari posisinya sekarang. Batinnya berkata bahwa ini belum terlambat, mereka masih bisa kembali dalam keadaan selamat.
Diubah oleh dodydrogba 16-04-2018 04:42
0
Kutip
Balas