- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Sang Wakil Janji [TAMAT]
TS
dudatamvan88
Sang Wakil Janji [TAMAT]
TRILOGI
OTHER STORY OF BORNEO
SEASON III
Salam Para penghuni Jagad KASKUSTerutama Yang bermukim Di SubFor SFTH.
Hari ini saya akan menulis Season III dan yang akan menjadi akhir Dari Trilogi Other Story Of Borneo yang Telah ane tulis sebelumnya.
Mohon Kritik dan Saran Buat ane yang Nubie ini ya.
Oo iya.. Dimohon kepada pare reader agar mengikuti dan mematuhi aturan yang berlaku di SFTH dan ane ga mentolelir apapun bentuk keKEPOan yang berlebihan..
OTHER STORY OF BORNEO
SEASON III
Salam Para penghuni Jagad KASKUSTerutama Yang bermukim Di SubFor SFTH.
Hari ini saya akan menulis Season III dan yang akan menjadi akhir Dari Trilogi Other Story Of Borneo yang Telah ane tulis sebelumnya.
Mohon Kritik dan Saran Buat ane yang Nubie ini ya.
Oo iya.. Dimohon kepada pare reader agar mengikuti dan mematuhi aturan yang berlaku di SFTH dan ane ga mentolelir apapun bentuk keKEPOan yang berlebihan..
Quote:
Quote:
PROLOG
Semuanya mengerucut tepat di depan mataku seakan - akan aku adalah antagonis utamanya.
Aku benar - benar merasa menjadi orang yang salah yang berada ditempat yang salah hingga aku harus mengembalikan semua yang kubuang.
Apa memang harus seperti ini??
Semua yang kualami telah menyeretku dalam lingkaran rumit dan menjauh dari tujuan awalku saat berangkat ke pulau ini.
Aku hanya ingin membangun ulang hidupku dari nol. Tapi sekarang Aku sudah menantang orang yang jelas dan sangat jelas berada jauh diatasku.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku saat MATImenjadi salah satu pilihanya.
Saat semuanya terpampang dengan jelas di depan mataku. Saat aku mulai merasa mampu menghadapi segalanya yang telah menyeretku.
Tia. Lusi. Aku berjanji akan mengakhirinya tak lama lagi. Mungkin tak lama lagi pula aku akan bertemu kalian. Atau mungkin kalian harus menunggu lebih lama lagi untuk bertemu denganku.
Semuanya mengerucut tepat di depan mataku seakan - akan aku adalah antagonis utamanya.
Aku benar - benar merasa menjadi orang yang salah yang berada ditempat yang salah hingga aku harus mengembalikan semua yang kubuang.
Apa memang harus seperti ini??
Semua yang kualami telah menyeretku dalam lingkaran rumit dan menjauh dari tujuan awalku saat berangkat ke pulau ini.
Aku hanya ingin membangun ulang hidupku dari nol. Tapi sekarang Aku sudah menantang orang yang jelas dan sangat jelas berada jauh diatasku.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku saat MATImenjadi salah satu pilihanya.
Saat semuanya terpampang dengan jelas di depan mataku. Saat aku mulai merasa mampu menghadapi segalanya yang telah menyeretku.
Tia. Lusi. Aku berjanji akan mengakhirinya tak lama lagi. Mungkin tak lama lagi pula aku akan bertemu kalian. Atau mungkin kalian harus menunggu lebih lama lagi untuk bertemu denganku.
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh dipretelin 12-04-2018 08:07
dodolgarut134 dan 36 lainnya memberi reputasi
37
805.3K
3.2K
Thread Digembok
Tampilkan semua post
TS
dudatamvan88
#3143
JANJI YANG TERHUTANG
Sebisa mungkin aku mencoba untuk diam. Tapi aji dan tunggul kompak melihat ke arahku tanpa berkata apapun.
“Kalian kenapa toh??” ujar parjo yang bingung dengan gelagat kami bertiga.
“Engga papa.. pada tegang ototnya abis begadang di utan” jawabku sekenanya.
Aku tau jika ada raut tak percaya pada wajah parjo tapi dia tak mempermasalahkanya dan kembali melanjutkan ceritanya tentang segala gangguan yang dialami olehnya dan penduduk disekitar rumahnya. Hal yang paling intens terjadi adalah para tetangga melihat sesosok wanita bebaju putih dengan rambut yang menutupi wajahnya hingga kebawah sedang berdiri didepan rumah ini. Tapi bagaimanapun caraku untuk memikirkanya sama sekali tak ada hal yang bsa kuucapkan untuk membantunya. Semua ini diluar pengetahuanku selama ini.
“oh iya jo.. kamu masuk kerja kan” ujar aji disaat matahari mulai menampakkan sinarnya.
“iya.. aku tinggal mandi dulu ya” jawab parjo seraya berdiri.
“Oh.. ga usah jo.. kami pulang aja” ujarku yang langsung berdiri dan menyodorkan tangan pada parjo.
“Pokoknya aku pasti bantu kamu” seloroh aji yang mengikutiku berdiri.
Tunggul tak mengatakan apapun saat bersalaman dengan parjo hingga akhirnya kami keluar dan menuju ke tempat kendaraan kami diparkirkan semalam. Aku hanya memandangi keadaan jalan dan sekitar yang benar – benar berbeda dari saat kami tiba. Apakah otak kami yang telah termanipulasi atau memang kami yang terangkat ke dimensi yang lain?? Hal – hal yang memang sudah terlalu sering digambarkan pada film atau novel horor jika sang pemeran utamanya akan masuk ke dimensi lain Bla. Bla. Bla. Apakah mereka yang membuat naskah ataupun menulis novel itu pernah mengalami hal yang sama denganku?? Tapi semua itu terlalu nyata jika hanya halusinasi yang ada di otak kami bertiga. Dan juga halusinasi tak akan dialami oleh tiga orang yang sama dalam waktu yang bersamaan.
“Udah ga usah dipikirin.. pagi – pagi jangan ngelamun” ujar tunggul sambil menepuk pundakku.
“Eh.. Oh iya.. lu mau ikut ke tempat gw apa balik ke samarinda??” jawabku pada tunggul sesaat setelah tersadar dari lamunanku.
“Gw ikut lu ya.. pengen tau tempat lu gw” jawab tunggul sambil mengenakan helm.
“Oke.. ji.. nanti kita mampir di kilo 5 ya.. sarapan dulu.. laper aku..” ujarku pada aji yang sudah bersiap diatas motornya.
Aneh. Dan memang sangat aneh. Kali ini motor mereka menyala tanpa adanya suatu kendala sedikitpun. Ah sudahlah. Apa yang sudah kulewati selama ini jauh lebih aneh. Aji memacu kendaraannya dengan santai diikuti oleh tunggul dibelakang kami. Tak banyak yang kami bicarakan disepanjang jalan dan lebih banyak menikmati segala ciptaan tuhan yang membentang disepanjang perjalanan kami.
Entah berapa lama sudah kami berkendara dan akhirnya aji memberhentikan kendaraanya didepan sebuah warung yang menjual nasi kuning. Yah memang seperti permintaanku. Entah kenapa pagi ini aku tak bisa menahan lapar lebih lama lagi. Mungkin saja karena energiku yang terkuras selama bermain petak umpet semalam.
“nasi tiga ya bu” ujarku pada si penjual.
“iya..” jawabnya dengan sangat ramah.
Aji dan tunggul sudah mengambil posisi duduk mereka masing – masing disudut ruangan. Aji duduk terdiam sambil memegangi kepalanya. Entah apa yang ia pikirkan. Dan tunggul mengambil sebungkus kerupuk dan mencemilnya.
“Mikirin apa ji??” ujarku pada aji yang sedang termenung.
“Menurutmu kita musti gimana ya??” jawab aji tanpa menoleh kearahku.
“Yang pasti aku ga akan ikut lagi.. kalo kamu mau balik lagi kamu musti cari orang yang tepat.. bukan Cuma berdasarkan kata JAWA” jawabku ketus.
“terserahlah” seru aji. “Gimana menurutmu nggul??” Lanjut aji.
“untuk kali ini aku setuju ama si bodoh ini” jawabnya sambil mengunyah kerupuk di mulutnya.
Tak lama kemudian makanan yang kami pesan datang. Tak butuh waktu lama untuk kami menghabiskannya dan melanjutkan perjalanan menuju bontang. Kali ini aku membonceng tunggul agar bisa langsung kembali ke kontrakan rian. Setibanya di kontrakan aku mengenalkan tunggul pada rian. Tak butuh waktu lama untuk mereka berdua bisa akrab satu sama lain. Sepanjang siang aku menceritakan segalanya yang aku alami pada tunggul. Dia benar – benar terkejut mendengar kerterkaitan pak aksa ditempat ini dan sangat penasaran dengan sosok ida hingga aku berjanji suatu saat akan mempertemukan mereka. Waktu berjalan sangat cepat hingga tunggul berpamitan untuk kembali ke samarinda di sore harinya.
“Ga nginep aja kah?? Besok pagi aja.. biar ga gelap – gelapan” ujarku pada tunggul yang tengah bersiap di kendaraanya.
“Masih ada urusan gw.. tapi pasti gw rajin – rajin dateng ke bontang” ujarnya sambil menyalamiku.
Jam menunjukan pukul tujuh malam saat aku selesai mandi. Rian sudah berangkat bekerja sore tadi dan aku sendirian malam ini. Setelah membuat secangkir kopi aku membuka pintu belakang kontrakan rian dan duduk ditempat biasanya aku menjemur pakaian yang telah dicuci. Benar – benar suasana yang tepat untuk memikirkan segalanya. Langit malam yang sangat cerah penih bintang dan cahaya lampu dari rumah pak dion menemani lamunanku. Janji apa yang sebenarnya telah aku lupakan?? Ya tuhan.. adai saja aku bisa mengingatnya.
DREEEP.. DREEP..
Tiba – tiba ada suara langkah berhenti didekatlku.
DEG
“Siapa??” ujarku panik sambil melihat ke sekelilingku.
Kosong. Lengang. Sepi. Dan mungkin memang hanya perasaanku saja. Ataukah memang ada sesuatu?? Biarlah. Sebisa mungkin aku mencoba untuk tak mempedulikanya sambil kembali menghisap rokokku dalam – dalam.
GREEEEPP
Tiba tiba ada sesosok tangan yang mengambil rokok yang sedang kuhisap. Sontak aku terkejut dan melompat ke belakang hingga sedikit tersungkur di tanah. Tapi siapa yang sudah mengambil rokokku?? Dan melihat ke arah tangan tadi muncul.
DEG
"ayah?? Ayah bukannya sudah??" tanyaku bingung memandangi sosok yang ada di dekatku saat ini tak lain adalah ayahku.
Beliau tidak menjawab dan hanya tersenyum ke arahku sambil tetap menghisap rokok yang ia ambil dari tanganku.
“Tenan niki njenengan yah??” (Benarkan ini dirimu yah??) ujarku ditengah kebingungan.
“Koe entuk salam le.. soko keling kancamu” (Kamu dapat salam nak.. dari keling temanmu) ujarnya dengan senyuman yang sampai saat ini masih bisa kuingat dengan jelas.
WHUSSSS
Entah darimana asalnya tapi tiba – tiba ada sebuah angin pelan yang bertiup kearahku dan seketika itu pula sosok ayahku yang tadi sedang duduk dan menghisap rokokku ikut menghilang meninggalkan sebatang rokok yang menyala itu terjatuh ke tanah. Sebatang rokok itu menjadi saksi jika yang baru saja aku lihat adalah benar adanya dan bukan halusinansi semata. Sial. Aku benar – benar merindukanya. Tanpa sadar aku menangis. Maafkan anakmu ini yang telah terlalu banyak memupuk dosa. Dan kini aku ingat. Janjiku yang belum sempat aku laksanakan. Janji penting yang telah aku lupakan. Maaf. Tolong maafkan aku. Maafkan aku mas. Semua masalah aku hadapi telah membuatku melupakan janji itu. Sekali lagi aku minta maaf.
Beberapa hari telah berlalu sejak malam dimana aku bertemu dengan ayah yang mengingatkanku akan janji yang belum sempat aku penuhi. Tapi dengan kehendak Sang Maha Pemberi Hidup. Aku pasti akan melaksanakanya. Pasti.
Panas terik matahari hari ini membakar atap seng dari bengkel tempatku bekerja saat ini. Sekarang aku sudah memiliki pekerjaan di sebuah bengkel yang berada di bilangan Saleba Bontang. Bengkel kecil yang sangat nyaman dengan pemilik yang sangat ramah dan beliau juga menyuruhku agar tinggal di bengkel ini hingga aku tak perlu mengeluarkan pengeluaran untuk biaya kos. Setidaknya aku tidak membebani rian lebih lanjut mengingat dia akan melangsungkan pernikahan tidak lama lagi.
“INDRAAAAA.. DANDANIN MOTORKU NAAHHH” Ujar suara yang sangat kukenal dari arah depan bengkel.
“Ida??” ujarku sedikit terkejut.
Walaupun sudah beberapa kali aku melihatnya. Tapi tetap saja ada rasa yang sangat mengganjal pada diriku saat melihat ida dengan kendaraanya. Seorang ida yang bisa melipat jarak dan melompat kesana – kemari dengan kabut sebagai sarananya kini terlihat mengendarai sebuah motor matic.
“Gantikan oli. Gantikan kampas rem. Gantikan semuanya pokoknya” ujarnya dengan suara manja.
“Kenapa ga kamu ganti aja tuh kuncinya sekalian” jawabku dengan menahan tawa.
Pun setelah motor maticnya selesai aku perbaiki ida tak langsung pulang dan menemaniku mengobrol kesana kemari hingga tak terasa sore hari telah menjelang.
“Ndra.. tutup gih.. kita jalan – jalan.. udah sore juga nah” ujar ida.
“Kemana??” tanyaku.
“Kita ke bontang kuala.. kamu belom pernah kuajak kesana kan.. disana bagus tau kalo sore gini” ujarnya seraya berdiri dan bersiap.
“Oke tunggu bentar” ujarku seraya bergegas untuk menutup bengkel.
Tak butuh waktu lama bagi kami berdua untuk tiba di sebuah gapura besar bertuliskan “Selamat Datang Di Bontang Kuala” yang memang berada tidak jauh dari bengkel tempatku bekerja saat ini hingga kami akhirnya memasuki jalan yang terbuat dari kayu ulin yang menghasilkan suara gemeratak yang khas setiap kali ada sesuatu yang melintasinya. Cukup seru mengingat perkampungan ini benar – benar berada diatas laut hingga kami akhirnya sampai diujung jalan tempat yang dimaksudkan oleh ida. Pemandangan indah menyambut kami. Cahaya hangat matahari sore ditemani angin beraroma garam. Kemana saja aku selama ini hingga tak menyadari ada tempat seindah ini ada didekatku. Wajah ida terlihat teramat cantik dibawah sinar matahari sore dengan rambut yang tertiup angin. Matanya memandang jauh ke arah laut yang seperti tidak memiliki ujung.
“Da.. filipina ada disebelah mana??” ujarku sambil mendekati ida dan berdiri disampingnya.
“Mana aku tau.. eh ndra.. kamu pernah maen kaskus??” ujar ida yang menoleh kearahku.
“Kaskus.. pernah denger sih.. belom pernah mainin tapi” jawabku polos.
“Bentar.. abis dikasih pinjem sama temanku” ujar ida sambil melangkah ke arah sepeda motornya terparkir dan mengambil sebuah buku. “Nih coba kamu baca deh” lanjut ida seraya memberikan sebuah buku padaku.
“Apa ini??” tanyaku.
“Aku udah baca.. dan aku akhirnya mikir.. yang kayak gitu aja bisa buming gimana dengan semua yang udah kita lewatin sampe sekarang..” ujar ida dengan meliat ke arah cakrawala.
“hhihihi.. yang kita lewatin ya.. segala hal yang ga akan masuk ke logika.. mana mau orang baca” jawabku sambil membuka – buka buku tanpa membacanya.
“Coba kamu tulisin deh disela – sela waktu senggangmu.. pasti seru” ujar ida dengan bersemangat.
Kemudian ida membuka handphonenya dan memperlihatkan sebuah aplikasi kepadaku. Inilah pertama kalinya aku mengenal sebuah situs bernama kaskus yang berisi hal – hal menarik. Dan yang jauh lebih menarik adalah perdebatan pada kolom komentar yang ada.
“Kok namanya aneh – aneh ya da.. hhehehe” ujarku tertawa saat membaca nickname unik dari para usernya.
“Namanya bebas kok.. gimana menurutmu??” tanya ida.
“Bolehlah.. nanti coba ya” ujarku.
“udah punya nickname yang pas belom?? Atau mau aku bikinin??” ida kembali bertanya.
“Gausah.. aku udah punya nama keren..” jawabku dengan sedikit membusungkan dada dan menarik nafas dalam – dalam menikmati suasana disekitarku.
“Apa??” tanya ida.
“dudatamvan88” jawabku singkat sambil memegang daguku.
“iiiiiihhhh.. norak” ujar ida sambil menjewer telingaku pelan.
Suasana sore yang sangat indah menemani kami. Dengan segala pemandangan ini. Maka nikmat mana lagi yang akan aku dustakan??
“ndra.. kamu duduk disana gih.. aku foto.. pose ya.. bagus nih angglenya” seru ida sambil menepuk pundakku.
Tanpa menjawabnya aku melangkah ke arah yang dimaksud oleh ida. Sedikit malu memang. Tapi momen seperti ini memang harus diabadkan sehingga aku sama sekali tidak menolaknya.
Tanpa terasa satu minggu sudah berlalu sejak ida menyuruhku menuliskan kisah kami. Dan pagi tadi tunggul menelpon memberi tahu jika siang ini dia akan ke bontang dan mampir ke bengkel tempatku bekerja hingga sebuah motor berhenti dan memarkir tepat di depan bengkel. Tunggul sudah datang dan aku melangkah untuk menyambutnya. Basa – basi saling menanyakan kabar dan kemudian aku menyuruhnya untuk masuk.
“gw mau ke bekasi ndra.. ada surat – surat yang mau gw urus..” ujarnya ditengah obrolan kami.
“Engga gul.. lu aja.. ga ada duit.. hhaha” jawabku diselingi dengan tawa.
“iya sih.. kalo gw ngongkosin pulang balik nyesek juga” jawab tunggul sekenanya.
“Nah nggul.. berhubung lu bakalan ke bekasi dan gw belom bisa kesana.. gw bisa minta tolong sama lu??” ujarku dengan nada serius.
“apa??” jawabnya.
“Bentar ya” ujarku yang kemudian masuk kedalam kamarku dan membuka semua uang yang telah aku kumpulkan. aku memasukkan kedalam amplop coklat sebanyak dua juta rupiah dan kembali keluar menghampiri tunggul. “Nih nggul” ujarku sambil memberikan amplop cokelat itu.
“Apa ini ndra??” tanya tunggul bingung.
“Gini.. dulu gw pernah janji dan sampe saat ini gw belom bisa nepatin.. karena lu mau pulang tolong yah.. tolong lu jadi Sang Wakil Janjibuat nyerahin ini” jawabku pelan sambil memegangi kepalaku menahan tangis yang seakan mau meledak.
“Gimana maksudnya ndra??” tanya tunggul bingung melihat gelagatku.
“Tolong nggul.. saat lu pulang ke bekasi nanti.. Tolong Temui Rena” ujarku yang sudah tak mampu lagi membendung semua air mata.
“Kalian kenapa toh??” ujar parjo yang bingung dengan gelagat kami bertiga.
“Engga papa.. pada tegang ototnya abis begadang di utan” jawabku sekenanya.
Aku tau jika ada raut tak percaya pada wajah parjo tapi dia tak mempermasalahkanya dan kembali melanjutkan ceritanya tentang segala gangguan yang dialami olehnya dan penduduk disekitar rumahnya. Hal yang paling intens terjadi adalah para tetangga melihat sesosok wanita bebaju putih dengan rambut yang menutupi wajahnya hingga kebawah sedang berdiri didepan rumah ini. Tapi bagaimanapun caraku untuk memikirkanya sama sekali tak ada hal yang bsa kuucapkan untuk membantunya. Semua ini diluar pengetahuanku selama ini.
“oh iya jo.. kamu masuk kerja kan” ujar aji disaat matahari mulai menampakkan sinarnya.
“iya.. aku tinggal mandi dulu ya” jawab parjo seraya berdiri.
“Oh.. ga usah jo.. kami pulang aja” ujarku yang langsung berdiri dan menyodorkan tangan pada parjo.
“Pokoknya aku pasti bantu kamu” seloroh aji yang mengikutiku berdiri.
Tunggul tak mengatakan apapun saat bersalaman dengan parjo hingga akhirnya kami keluar dan menuju ke tempat kendaraan kami diparkirkan semalam. Aku hanya memandangi keadaan jalan dan sekitar yang benar – benar berbeda dari saat kami tiba. Apakah otak kami yang telah termanipulasi atau memang kami yang terangkat ke dimensi yang lain?? Hal – hal yang memang sudah terlalu sering digambarkan pada film atau novel horor jika sang pemeran utamanya akan masuk ke dimensi lain Bla. Bla. Bla. Apakah mereka yang membuat naskah ataupun menulis novel itu pernah mengalami hal yang sama denganku?? Tapi semua itu terlalu nyata jika hanya halusinasi yang ada di otak kami bertiga. Dan juga halusinasi tak akan dialami oleh tiga orang yang sama dalam waktu yang bersamaan.
“Udah ga usah dipikirin.. pagi – pagi jangan ngelamun” ujar tunggul sambil menepuk pundakku.
“Eh.. Oh iya.. lu mau ikut ke tempat gw apa balik ke samarinda??” jawabku pada tunggul sesaat setelah tersadar dari lamunanku.
“Gw ikut lu ya.. pengen tau tempat lu gw” jawab tunggul sambil mengenakan helm.
“Oke.. ji.. nanti kita mampir di kilo 5 ya.. sarapan dulu.. laper aku..” ujarku pada aji yang sudah bersiap diatas motornya.
Aneh. Dan memang sangat aneh. Kali ini motor mereka menyala tanpa adanya suatu kendala sedikitpun. Ah sudahlah. Apa yang sudah kulewati selama ini jauh lebih aneh. Aji memacu kendaraannya dengan santai diikuti oleh tunggul dibelakang kami. Tak banyak yang kami bicarakan disepanjang jalan dan lebih banyak menikmati segala ciptaan tuhan yang membentang disepanjang perjalanan kami.
Entah berapa lama sudah kami berkendara dan akhirnya aji memberhentikan kendaraanya didepan sebuah warung yang menjual nasi kuning. Yah memang seperti permintaanku. Entah kenapa pagi ini aku tak bisa menahan lapar lebih lama lagi. Mungkin saja karena energiku yang terkuras selama bermain petak umpet semalam.
“nasi tiga ya bu” ujarku pada si penjual.
“iya..” jawabnya dengan sangat ramah.
Aji dan tunggul sudah mengambil posisi duduk mereka masing – masing disudut ruangan. Aji duduk terdiam sambil memegangi kepalanya. Entah apa yang ia pikirkan. Dan tunggul mengambil sebungkus kerupuk dan mencemilnya.
“Mikirin apa ji??” ujarku pada aji yang sedang termenung.
“Menurutmu kita musti gimana ya??” jawab aji tanpa menoleh kearahku.
“Yang pasti aku ga akan ikut lagi.. kalo kamu mau balik lagi kamu musti cari orang yang tepat.. bukan Cuma berdasarkan kata JAWA” jawabku ketus.
“terserahlah” seru aji. “Gimana menurutmu nggul??” Lanjut aji.
“untuk kali ini aku setuju ama si bodoh ini” jawabnya sambil mengunyah kerupuk di mulutnya.
Tak lama kemudian makanan yang kami pesan datang. Tak butuh waktu lama untuk kami menghabiskannya dan melanjutkan perjalanan menuju bontang. Kali ini aku membonceng tunggul agar bisa langsung kembali ke kontrakan rian. Setibanya di kontrakan aku mengenalkan tunggul pada rian. Tak butuh waktu lama untuk mereka berdua bisa akrab satu sama lain. Sepanjang siang aku menceritakan segalanya yang aku alami pada tunggul. Dia benar – benar terkejut mendengar kerterkaitan pak aksa ditempat ini dan sangat penasaran dengan sosok ida hingga aku berjanji suatu saat akan mempertemukan mereka. Waktu berjalan sangat cepat hingga tunggul berpamitan untuk kembali ke samarinda di sore harinya.
“Ga nginep aja kah?? Besok pagi aja.. biar ga gelap – gelapan” ujarku pada tunggul yang tengah bersiap di kendaraanya.
“Masih ada urusan gw.. tapi pasti gw rajin – rajin dateng ke bontang” ujarnya sambil menyalamiku.
Jam menunjukan pukul tujuh malam saat aku selesai mandi. Rian sudah berangkat bekerja sore tadi dan aku sendirian malam ini. Setelah membuat secangkir kopi aku membuka pintu belakang kontrakan rian dan duduk ditempat biasanya aku menjemur pakaian yang telah dicuci. Benar – benar suasana yang tepat untuk memikirkan segalanya. Langit malam yang sangat cerah penih bintang dan cahaya lampu dari rumah pak dion menemani lamunanku. Janji apa yang sebenarnya telah aku lupakan?? Ya tuhan.. adai saja aku bisa mengingatnya.
DREEEP.. DREEP..
Tiba – tiba ada suara langkah berhenti didekatlku.
DEG
“Siapa??” ujarku panik sambil melihat ke sekelilingku.
Kosong. Lengang. Sepi. Dan mungkin memang hanya perasaanku saja. Ataukah memang ada sesuatu?? Biarlah. Sebisa mungkin aku mencoba untuk tak mempedulikanya sambil kembali menghisap rokokku dalam – dalam.
GREEEEPP
Tiba tiba ada sesosok tangan yang mengambil rokok yang sedang kuhisap. Sontak aku terkejut dan melompat ke belakang hingga sedikit tersungkur di tanah. Tapi siapa yang sudah mengambil rokokku?? Dan melihat ke arah tangan tadi muncul.
DEG
"ayah?? Ayah bukannya sudah??" tanyaku bingung memandangi sosok yang ada di dekatku saat ini tak lain adalah ayahku.
Beliau tidak menjawab dan hanya tersenyum ke arahku sambil tetap menghisap rokok yang ia ambil dari tanganku.
“Tenan niki njenengan yah??” (Benarkan ini dirimu yah??) ujarku ditengah kebingungan.
“Koe entuk salam le.. soko keling kancamu” (Kamu dapat salam nak.. dari keling temanmu) ujarnya dengan senyuman yang sampai saat ini masih bisa kuingat dengan jelas.
WHUSSSS
Entah darimana asalnya tapi tiba – tiba ada sebuah angin pelan yang bertiup kearahku dan seketika itu pula sosok ayahku yang tadi sedang duduk dan menghisap rokokku ikut menghilang meninggalkan sebatang rokok yang menyala itu terjatuh ke tanah. Sebatang rokok itu menjadi saksi jika yang baru saja aku lihat adalah benar adanya dan bukan halusinansi semata. Sial. Aku benar – benar merindukanya. Tanpa sadar aku menangis. Maafkan anakmu ini yang telah terlalu banyak memupuk dosa. Dan kini aku ingat. Janjiku yang belum sempat aku laksanakan. Janji penting yang telah aku lupakan. Maaf. Tolong maafkan aku. Maafkan aku mas. Semua masalah aku hadapi telah membuatku melupakan janji itu. Sekali lagi aku minta maaf.
Beberapa hari telah berlalu sejak malam dimana aku bertemu dengan ayah yang mengingatkanku akan janji yang belum sempat aku penuhi. Tapi dengan kehendak Sang Maha Pemberi Hidup. Aku pasti akan melaksanakanya. Pasti.
Panas terik matahari hari ini membakar atap seng dari bengkel tempatku bekerja saat ini. Sekarang aku sudah memiliki pekerjaan di sebuah bengkel yang berada di bilangan Saleba Bontang. Bengkel kecil yang sangat nyaman dengan pemilik yang sangat ramah dan beliau juga menyuruhku agar tinggal di bengkel ini hingga aku tak perlu mengeluarkan pengeluaran untuk biaya kos. Setidaknya aku tidak membebani rian lebih lanjut mengingat dia akan melangsungkan pernikahan tidak lama lagi.
“INDRAAAAA.. DANDANIN MOTORKU NAAHHH” Ujar suara yang sangat kukenal dari arah depan bengkel.
“Ida??” ujarku sedikit terkejut.
Walaupun sudah beberapa kali aku melihatnya. Tapi tetap saja ada rasa yang sangat mengganjal pada diriku saat melihat ida dengan kendaraanya. Seorang ida yang bisa melipat jarak dan melompat kesana – kemari dengan kabut sebagai sarananya kini terlihat mengendarai sebuah motor matic.
“Gantikan oli. Gantikan kampas rem. Gantikan semuanya pokoknya” ujarnya dengan suara manja.
“Kenapa ga kamu ganti aja tuh kuncinya sekalian” jawabku dengan menahan tawa.
Pun setelah motor maticnya selesai aku perbaiki ida tak langsung pulang dan menemaniku mengobrol kesana kemari hingga tak terasa sore hari telah menjelang.
“Ndra.. tutup gih.. kita jalan – jalan.. udah sore juga nah” ujar ida.
“Kemana??” tanyaku.
“Kita ke bontang kuala.. kamu belom pernah kuajak kesana kan.. disana bagus tau kalo sore gini” ujarnya seraya berdiri dan bersiap.
“Oke tunggu bentar” ujarku seraya bergegas untuk menutup bengkel.
Tak butuh waktu lama bagi kami berdua untuk tiba di sebuah gapura besar bertuliskan “Selamat Datang Di Bontang Kuala” yang memang berada tidak jauh dari bengkel tempatku bekerja saat ini hingga kami akhirnya memasuki jalan yang terbuat dari kayu ulin yang menghasilkan suara gemeratak yang khas setiap kali ada sesuatu yang melintasinya. Cukup seru mengingat perkampungan ini benar – benar berada diatas laut hingga kami akhirnya sampai diujung jalan tempat yang dimaksudkan oleh ida. Pemandangan indah menyambut kami. Cahaya hangat matahari sore ditemani angin beraroma garam. Kemana saja aku selama ini hingga tak menyadari ada tempat seindah ini ada didekatku. Wajah ida terlihat teramat cantik dibawah sinar matahari sore dengan rambut yang tertiup angin. Matanya memandang jauh ke arah laut yang seperti tidak memiliki ujung.
“Da.. filipina ada disebelah mana??” ujarku sambil mendekati ida dan berdiri disampingnya.
“Mana aku tau.. eh ndra.. kamu pernah maen kaskus??” ujar ida yang menoleh kearahku.
“Kaskus.. pernah denger sih.. belom pernah mainin tapi” jawabku polos.
“Bentar.. abis dikasih pinjem sama temanku” ujar ida sambil melangkah ke arah sepeda motornya terparkir dan mengambil sebuah buku. “Nih coba kamu baca deh” lanjut ida seraya memberikan sebuah buku padaku.
“Apa ini??” tanyaku.
“Aku udah baca.. dan aku akhirnya mikir.. yang kayak gitu aja bisa buming gimana dengan semua yang udah kita lewatin sampe sekarang..” ujar ida dengan meliat ke arah cakrawala.
“hhihihi.. yang kita lewatin ya.. segala hal yang ga akan masuk ke logika.. mana mau orang baca” jawabku sambil membuka – buka buku tanpa membacanya.
“Coba kamu tulisin deh disela – sela waktu senggangmu.. pasti seru” ujar ida dengan bersemangat.
Kemudian ida membuka handphonenya dan memperlihatkan sebuah aplikasi kepadaku. Inilah pertama kalinya aku mengenal sebuah situs bernama kaskus yang berisi hal – hal menarik. Dan yang jauh lebih menarik adalah perdebatan pada kolom komentar yang ada.
“Kok namanya aneh – aneh ya da.. hhehehe” ujarku tertawa saat membaca nickname unik dari para usernya.
“Namanya bebas kok.. gimana menurutmu??” tanya ida.
“Bolehlah.. nanti coba ya” ujarku.
“udah punya nickname yang pas belom?? Atau mau aku bikinin??” ida kembali bertanya.
“Gausah.. aku udah punya nama keren..” jawabku dengan sedikit membusungkan dada dan menarik nafas dalam – dalam menikmati suasana disekitarku.
“Apa??” tanya ida.
“dudatamvan88” jawabku singkat sambil memegang daguku.
“iiiiiihhhh.. norak” ujar ida sambil menjewer telingaku pelan.
Suasana sore yang sangat indah menemani kami. Dengan segala pemandangan ini. Maka nikmat mana lagi yang akan aku dustakan??
“ndra.. kamu duduk disana gih.. aku foto.. pose ya.. bagus nih angglenya” seru ida sambil menepuk pundakku.
Tanpa menjawabnya aku melangkah ke arah yang dimaksud oleh ida. Sedikit malu memang. Tapi momen seperti ini memang harus diabadkan sehingga aku sama sekali tidak menolaknya.
Tanpa terasa satu minggu sudah berlalu sejak ida menyuruhku menuliskan kisah kami. Dan pagi tadi tunggul menelpon memberi tahu jika siang ini dia akan ke bontang dan mampir ke bengkel tempatku bekerja hingga sebuah motor berhenti dan memarkir tepat di depan bengkel. Tunggul sudah datang dan aku melangkah untuk menyambutnya. Basa – basi saling menanyakan kabar dan kemudian aku menyuruhnya untuk masuk.
“gw mau ke bekasi ndra.. ada surat – surat yang mau gw urus..” ujarnya ditengah obrolan kami.
“Engga gul.. lu aja.. ga ada duit.. hhaha” jawabku diselingi dengan tawa.
“iya sih.. kalo gw ngongkosin pulang balik nyesek juga” jawab tunggul sekenanya.
“Nah nggul.. berhubung lu bakalan ke bekasi dan gw belom bisa kesana.. gw bisa minta tolong sama lu??” ujarku dengan nada serius.
“apa??” jawabnya.
“Bentar ya” ujarku yang kemudian masuk kedalam kamarku dan membuka semua uang yang telah aku kumpulkan. aku memasukkan kedalam amplop coklat sebanyak dua juta rupiah dan kembali keluar menghampiri tunggul. “Nih nggul” ujarku sambil memberikan amplop cokelat itu.
“Apa ini ndra??” tanya tunggul bingung.
“Gini.. dulu gw pernah janji dan sampe saat ini gw belom bisa nepatin.. karena lu mau pulang tolong yah.. tolong lu jadi Sang Wakil Janjibuat nyerahin ini” jawabku pelan sambil memegangi kepalaku menahan tangis yang seakan mau meledak.
“Gimana maksudnya ndra??” tanya tunggul bingung melihat gelagatku.
“Tolong nggul.. saat lu pulang ke bekasi nanti.. Tolong Temui Rena” ujarku yang sudah tak mampu lagi membendung semua air mata.
T A M A T
Diubah oleh dudatamvan88 12-04-2018 00:23
dodolgarut134 dan 30 lainnya memberi reputasi
31