congyang.jusAvatar border
TS
congyang.jus
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish


Tuhan tidak selalu memberi kita jalan lurus untuk mencapai suatu tujuan. Terkadang dia memberi kita jalan memutar, bahkan seringkali kita tidak bisa mencapai tujuan yg sudah kita rencanakan diawal. Bukan karena tuhan tidak memberi yg kita inginkan, tetapi untuk memberi kita yg terbaik. Percayalah, rencana Tuhan jauh lebih indah.

Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 13 suara
Siapa yang akan menjadi pemaisuri Raja?
Olivia
31%
Bunga
8%
Diana
15%
Zahra
15%
Okta
8%
Shinta
23%
Diubah oleh congyang.jus 04-03-2022 03:27
sargopip
efti108
JabLai cOY
JabLai cOY dan 37 lainnya memberi reputasi
38
164.1K
793
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
congyang.jusAvatar border
TS
congyang.jus
#330
Part 44
Sehabis Isya, gw dan Mbak Oliv pergi ke rumah Ana. Gw penasaran dengan bayi yang baru dilahirkan Ana, ya walau ada sedikit rasa takut. Takut bahwa bayi itu benar – benar anak gw. Apa benar yang dikatakan Mbak Oliv? Apa benar bayi itu mirip gw?

Sekitar 20 menit perjalanan, kami sudah sampai di rumah baru milik Ana dan suaminya.

“assalamualaikum..” ucap Mbak Oliv mengetuk pintu rumah yang terbuka lebar.

“waalaikumsalam.. eh, Oliv sini masuk” Ana muncul dengan menggendong anaknya yg masih dibedong. Ia masih nampak seperti dulu, dengan khas rambutnya yang di kuncir ke atas membentuk seperti sanggul, sehingga mengekspos jelas lehernya yang putih. Entah apa nama model kunciran rambut seperti itu.

Ana sedikit terkejut melihat gw, namun dengan cepat ia merubah ekspresinya menjadi biasa – biasa saja. “sini masuk ja.. duduk dulu”

“ini loh, Raja mau nengokin anakmu.. penasaran katanya haha” Mbak Oliv tertawa kecil

“namanya siapa?” gw mendekat ke bayi yang digendong ana

(ga usah disebutin namanya ya?)

Pertama kali yang gw lihat yaitu warna rambutnya, hitam lebat. Itu sudah cukup meyakinkan gw bahwa bayi tersebut bukan anak gw, walaupun gw tidak bisa melihat warna matanya, karena ia sedang tertidur di gendongan ibunya.

Gw melirik ke Mbak Oliv memasang gesture seperti “apa – apaan? Ga ada mirip – mirip nya sama aku” Ia hanya tersenyum menahan tawa karena sukses mengerjai gw

“lucu ya, idungnya amblek mirip emaknya” canda gw. Ana dan Mbak Oliv tertawa kecil mendengar itu

“suami mu kemana?” tanya Mbak Oliv ke Ana

“lembur liv..” jawab Ana

“walah, kasihan ya ditinggal sendiri. Pasti ribet ya ngurus anak sendirian, apalagi kalo lagi rewel” ucap Mbak Oliv

“ya gitu lah, mau gimana lagi” balas Ana. “kalo mau minum buat sendiri ya, ini si kecil manja banget. Kalo ga di gendong nangis terus” lanjutnya

“santai aja kok..” gw

Obrolan berlanjut tentang kesibukan Ana akhir – akhir ini, tentang Mbak Oliv yang penasaran gimana sih rasanya ngelahirin? Berlanjut tentang cerita Mbak Oliv yang diterima disalah satu universitas negeri favorit di kota gw, dan yang terakhir adalah sebuah pertanyaan dari Ana tentang siapa pacar gw sekarang.

“masih sama yang dulu kok” jawab gw

“moga langgeng sampe nikah ya..” ucapnya

“ya, semoga aja” balas gw

Selanjutnya hanya pembicaraan – pembicaraan ringan dari Mbak Oliv dan Ana tentang masa – masa sekolah mereka waktu dulu. Dan gw hanya menjadi pelempar jokes ditengah – tengah topik pembicaraan.

Sekitar jam 8.30, gw dan Mbak Oliv izin pulang kerumah. Itupun masih ditahan - tahan oleh Ana. Katanya dia kesepian di rumah, ga ada yang bisa diajak ngobrol.

Kami berdua mampir dulu di studio foto untuk mengambil foto liburan saat ke Dieng beberapa waktu kemarin.

"Nih dek fotomu.." Mbak Oliv memberikan foto gw yang kebanyakan foto berdua dengan Shinta

"Makasih mbak.." balas gw, dengan perasaan campur aduk.

Dari jalan sampai ke rumah, Mbak Oliv tidak berhenti tertawa karena kesuksesannya membuat gw menjadi galau. Kadang gw juga senyum – senyum sendiri jika mengingat kebodohan gw saat itu.

Seusai mengantar kakak gw yang paling manja pulang, gw langsung kembali ke rumah. Di kamar, gw menengok ke layar HP, entah yang ke berapa kali hari ini. Hanya ada notifikasi BBM dari group chat “Calon Menantu Idaman”. Haha namanya aja calon menantu idaman, nyatanya gw bukanlah calon menantu yang diidam – idamkan ibunya Shinta.

Berhari – hari gw lewati tanpa kabar dari Shinta. Terik matahari berganti dinginnya angin malam, mendung berganti hujan, masih belum ada titik terang kabar darinya. Ketika gw menghampiri rumahnya, Bapaknya selalu menjawab “Shinta lagi pergi..” namun tidak dijelaskan pergi kemana. Adiknya pun begitu, ia bilang “Mbak Shinta pergi jauh..”. Jauh kemana??? Teman – teman gw pun tidak pernah sekalipun melihat Shinta akhir – akhir ini. Hanya satu yang bisa gw simpulkan, Shinta dibuat menjauh dari kehidupan gw..

Skip sampai libur lebaran..

Hari itu gw, Papah, Mamah dan Zahra pergi ke salah satu pemakaman yang ‘katanya’ terbesar di Jawa Tengah, berziarah ke makam ‘kembaran’ gw. Hari itu adalah pertama kalinya gw berkunjung ke rumahnya yang baru.

Kami berempat berdoa bersama, mendoakan agar Pratama diampuni dosa – dosa nya, diterima segala kebaikannya, dan yang utama diberikan tempat terbaik di sisi Nya.

Seusai dari makam Pratama, gw meminta izin ke Mamah untuk berkunjung ke rumah kawan lama gw

“Mah, Pah, tunggu bentar ya. Aku mau ketemu temenku dulu” ucap gw. “ikut ga?..” tawar gw ke Zahra

Setelah mendapat izin, gw dan Zahra berjalan diantara banyaknya makam – makam yang sebenarnya sudah sangat padat, menuju ke salah satu makam yang hanya diberi batu nisan berbahan beton warna abu – abu. Gw langsung berlutut di sebelah batu nisan tersebut, Zahra berdiri di sebelah gw. Ia masih belum tau ini makam siapa.

“oi cung, gimana kabar lo? Baik kan disana? Pasti lo ketemu bidadari yang cakep – cakep ya? Sorry ya, gw ga pernah kesini”

“oh iya, kenalin ini adek gw Zahra, yang dulu pernah gw ceritain. Sebelumnya lo belum pernah ketemu kan?”

Zahra tersenyum kecil, lalu berlutut juga disebelah gw

“oh iya, liburan kemaren gw abis main ke dieng sama anak – anak. Sorry ya, gw ga bawa oleh – oleh buat lo hehe. Gw cuma bawa ini, gw tadi beli di depan Mcd sono hehe” gw taburkan bunga yang gw bawa ke tanah merah diantara dua batu nisan tersebut.

“Sebenernya masih banyak yang mau gw ceritain cung, tapi gw udah ditunggu Bokap Nyokap gw yang baru, mereka baik kok, ga kayak bokap nyokap gw yang dulu hehe. Kapan – kapan deh, gw mampir kesini lagi. Gw tinggal dulu cung, baik – baik disana” gw dan Zahra langsung menuju parkiran dimana Papah dan Mamah menunggu kami berdua.
Arsana277
japraha47
mirzazmee
mirzazmee dan 10 lainnya memberi reputasi
11