salim357Avatar border
TS
salim357
DENDAM MANUSIA SILUMAN ~SEKAR~


Di adaptasi dari kisah nyata.

Waktu itu tanggal 2 Maret 2016, aku ada janji dengan kapten Hadi untuk bertemu di kedai kopi dibawah lereng gunung Dempo. Hawa dingin yang terasa menusuk-nusuk tulangku, aku tepis dengan meminum secangkir kopi robusta dan rokok sampoerna mentol.

Setelah peristiwa kejadian Ambar dengan Pandu aku memutuskan untuk pindah tugas di daerah sumatera selatan tanah kelahiran bundaku. Ayahku akan menyusul setelah selesai pembayaran rumah dan tanah yang selama ini menjadi tempat kenangan terindahku, sekaligus kenangan paling terburuk untukku.

"Sekar..., kamu sudah lama menunggu?" tiba-tiba kapten Hadi sudah ada di belakangku.

"Siap kep..., sampai kaget aku." ujar Sekar.

"Sudah lama kamu disini Sekar?" tanya kapten Hadi.

"Ya lumayan sih kep, sudah habis nih rokok dua batang, sama satu piring kentang goreng." balas Sekar.

"Ha ha ha..., maaf Sekar tadi saya mampir ke rumah dulu mengantar nasi goreng buat istriku, ngidam nasi goreng dia rupanya." ucap kapten Hadi.

"Gak apa-apa kep, Ooh iya, ada apa kep kok kapten telpon aku dan mengajak aku ketemuan ditempat ini, kenapa gak dikantor saja?" tanya Sekar.

"Bosan saya Sekar dikantor terus, sekali-kali bolehlah kita ngebahas kasus diluar seperti ini." ucap kapten Hadi.

"Ha ha ha..., benar juga kep." balas Sekar.

"Sekar, begini kau kan sudah hampir 5 bulan pindah kesini, apa kau bisa bantu saya untuk menyelesaikan kasus 3 bulan yang lalu, kasus itu hampir kami tutup, karena kami selalu saja menemukan jalan yang buntu, kami seperti berurusan dengan sesuatu yang kasat mata, membuat gila secara logika kita karr." ucap kapten Hadi.

"Maksud kapten Hadi, tidak masuk logika bagaimana sih?" tanya Sekar.

"Waduuuh..., bingung saya menjelaskannya Sekar, intinya pelaku ini seperti bukan manusia Sekar, dia selalu menculik korbannya tanpa jejak, dan mengembalikan korbannya dengan kondisi yang sangat tidak wajar." jelas kapten Hadi.

"Kondisi tak wajarnya kep?" tanya Sekar penasaran.

"Tubuh para korban itu seolah-olah menjadi tua Sekar, seperti darah dan dagingnya lenyap, mereka tak ubahnya seperti mumi yang sudah mati ratusan tahun Sekar, padahal baru beberapa hari mereka menghilang, lalu ditemukan sudah seperti itu, apa itu tidak masuk akal Sekar? Ayolah Sekar, kau harus bantu saya, entah kenapa saya merasa kau bisa membantu saya memecahkan kasus ini. Aku menduga kau mempunyai indera keenam Sekar." bujuk kapten Hadi.

"Ha ha ha..., bisa saja kapten ini, kapten kira aku dukun kah?" balas Sekar sambil bercanda.

"Kau ini, serius saya Sekar. saya merasa kau itu lain, naluri saya tak bisa saya bohongi." ucap kapten Hadi.

"Ha ha ha..., siap kapten, insya Allah aku bantu, tetapi jangan bilang aku ini dukun ya kep, nanti orang salah duga tentang aku." terang Sekar.

"Ha ha ha..., bisa saja kau, yang penting kau bantu kami pecahkan kasus ini, besok saya suruh Raihan ambil berkas kasus itu dan menyerahkannya sama kamu." ucap kapten Hadi.

"Siap kep." balas Sekar.

Tiba-tiba handphone kapten Hadi berbunyi.

"Hallo mah, ada apa?" tanya kapten Hadi, istri kapten Hadi menelpon.

"Iya mah, nanti papa belikan, ditempat biasakan?" ucap kapten Hadi menjawab telpon istrinya.

"Ya, walaikum salam mah, hati-hati kau dirumah mah." ucap kapten Hadi.

Malam hari dirumah Puyang (neneknya, nenek), Di lirik jam di meja kerjanya Sekar menunjukan jam 23:45.

"Malam ini serasa panas sekali, padahal ini daerah dingin, dan kenapa juga aku merasa seperti ada seseorang yang sedang memperhatikanku? Setelah pembicaraanku dengan kapten Hadi soal kasus pembunuhan itu. Apa mungkin hanya perasaanku saja, lebih baik aku buat kopi, sambil ku pelajari kasus ini." gumam Sekar dalam hati.

Sekar beranjak dari kasurnya, ia berjalan ke arah dapur yang jaraknya lumayan jauh dari kamarnya. Rumah peninggalan Puyang (neneknya, nenek) ini lumayan luas, dan rumah ini hanya di huni 3 orang saja, wak Ijah, Jamal dan istrinya yang bernama Amah.

Wak Ijah adalah sepupu bunda, yang di amanahkan untuk tinggal dirumah Puyang karena tak ada lagi saudara yang mau diminta menjaga rumah Puyang, bunda adalah anak tunggal nenek, bunda yang selama ini tidak aku kenal, yang aku ketahui hanya lewat fotonya saja, itu pun foto yang sudah usang, entah kenapa bunda tidak pernah mau kalau di foto selama hidupnya.

Ayah pernah bercerita, kalau bunda selalu mempunyai alasan jika mau di foto, dan bunda pun selalu menolak jika akan di foto, bunda tidak ingin fotonya yang menyebabkan dirinya nanti masuk kedalam api neraka, itulah cara pikir bundaku.

Pola pikir bunda aneh menurutku, tetapi itu yang membuat ayah sangat mencintai bunda, sampai datang ibu Ambar yang berusaha mengancurkan kehidupan rumah tangga ayah dan bundaku, tetapi bunda wanita yang sangat kuat, dengan perjuangan dan doa-doanya ayah dapat kembali kepada kami.

Sekelumit cerita tentang bunda ini membuatku sedikit sesak menahan rindu, kulihat wak Ijah sudah pulas tertidur, orang tua seusia beliau lebih sering tidur lebih awal, dan bangun lebih awal pula. Saat itu aku mendengar hanya ada suara Jamal yang sedang asyik ngobrol diteras depan rumah.

Rumah Puyang cukup luas, dengan kamar yang berjumlah 7, serta ruang tengah yang luas membuat perjalananku ke dapur seolah-olah amat jauh sekali. Ruang dapur yang terpisah dari ruang utama membuatku sedikit merinding karena melewati kolam ikan yang lumayan luas juga.

Di desa, kami mempunyai kolam ikan dan memelihara ikan-ikannya, ikannya dapat kami ambil dari kolam untuk dimakan bersama-sama, kalau sewaktu-waktu kami ada acara keluarga.

"Masya Allah alangkah jauhnya dapur ini." gumam Sekar dalam hati.

Sekar bukan tipe wanita yang suka memerintah, dia wanita mandiri, dengan sigap Sekar mengambil gelas di rak piring yang terbuat dari kayu pohon jati. Dengan santai Sekar mengambil kopi dan gula di sisi meja dekat jendela.

Dapur yang luas dan terbuka membuat Sekar sedikit ada rasa ketakutan, karena tanpa di sengaja, Sekar melihat sesuatu diluar jendela, yang seolah-olah sedang menatap tajam ke arahnya pada saat itu.

"Astagfirullah ya Allah, mahluk apa itu?" ucap Sekar begitu terkejut.

Dengan cepat Sekar berjalan ke arah ruang utama sambil membawa kopinya.

"Hmm, mengapa aku seperti mencium bau umbi-umbian di bakar? Aaahh, sudahlah kenapa aku jadi parno seperti ini." ucap Sekar.

Di lihatnya Jamal di teras rumah masih ngobrol bersama ketiga temannya, lalu Sekar masuk ke dalam kamar. Entah hanya halusinasi saja atau memang nyata, Sekar melihat sesosok perempuan berbaju hijau sedang duduk di tepi tempat tidurnya, dan Sekar begitu terkejut saat itu, namun berusaha bersikap dengan tenang. Perempuan itu duduk membelakangi tempat Sekar berdiri, nafas Sekar memburu diantara ada rasa takut dan penasaran, lalu Sekar pun berjalan memberanikan diri mendekati perempuan itu, dan tiba-tiba saja perempuan tersebut sudah menghilang dalam sekejap dari pandangannya.

"Siapa perempuan itu ya?" gumam Sekar dalam hati.

Di Kantor Sekar.

Percakapan Gandar dan Jatmiko di Lembah hitam.

Di Lembah Hitam Jatmiko Memanggil-manggil Nama Sekar.

Di Kantor Sekar dan di Rumah Puyang.

Di Rumah Bang Amar dan Berkunjungnya Carak Menemui Datuk Watu Alam.

Hilangnya Raihan dan Kedatangan Datuk Watu Alam di Rumah Bang Amar.

Tewasnya Jatmiko dan Sekar Menjadi Penghuni Lembah Hitam Selamanya.

TAMAT

DILARANG KERAS MENG-COPY CERITA INI DALAM BENTUK APA PUN. PENULIS AKAN TINDAK TEGAS SIAPAPUN YANG MEMPERBANYAK KARYA INI...!!!

GIF
Diubah oleh salim357 17-03-2021 18:16
anasabila
redrices
meqiba
meqiba dan 2 lainnya memberi reputasi
3
12.7K
75
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
salim357Avatar border
TS
salim357
#1
DENDAM MANUSIA SILUMAN ~SEKAR~


Di adaptasi dari kisah nyata.

Waktu itu tanggal 2 Maret 2016, aku ada janji dengan kapten Hadi untuk bertemu di kedai kopi dibawah lereng gunung Dempo. Hawa dingin yang terasa menusuk-nusuk tulangku, aku tepis dengan meminum secangkir kopi robusta dan rokok sampoerna mentol.

Setelah peristiwa kejadian Ambar dengan Pandu aku memutuskan untuk pindah tugas di daerah sumatera selatan tanah kelahiran bundaku. Ayahku akan menyusul setelah selesai pembayaran rumah dan tanah yang selama ini menjadi tempat kenangan terindahku, sekaligus kenangan paling terburuk untukku.

"Sekar..., kamu sudah lama menunggu?" tiba-tiba kapten Hadi sudah ada di belakangku.

"Siap kep..., sampai kaget aku." ujar Sekar.

"Sudah lama kamu disini Sekar?" tanya kapten Hadi.

"Ya lumayan sih kep, sudah habis nih rokok dua batang, sama satu piring kentang goreng." balas Sekar.

"Ha ha ha..., maaf Sekar tadi saya mampir ke rumah dulu mengantar nasi goreng buat istriku, ngidam nasi goreng dia rupanya." ucap kapten Hadi.

"Gak apa-apa kep, Ooh iya, ada apa kep kok kapten telpon aku dan mengajak aku ketemuan ditempat ini, kenapa gak dikantor saja?" tanya Sekar.

"Bosan saya Sekar dikantor terus, sekali-kali bolehlah kita ngebahas kasus diluar seperti ini." ucap kapten Hadi.

"Ha ha ha..., benar juga kep." balas Sekar.

"Sekar, begini kau kan sudah hampir 5 bulan pindah kesini, apa kau bisa bantu saya untuk menyelesaikan kasus 3 bulan yang lalu, kasus itu hampir kami tutup, karena kami selalu saja menemukan jalan yang buntu, kami seperti berurusan dengan sesuatu yang kasat mata, membuat gila secara logika kita karr." ucap kapten Hadi.

"Maksud kapten Hadi, tidak masuk logika bagaimana sih?" tanya Sekar.

"Waduuuh..., bingung saya menjelaskannya Sekar, intinya pelaku ini seperti bukan manusia Sekar, dia selalu menculik korbannya tanpa jejak, dan mengembalikan korbannya dengan kondisi yang sangat tidak wajar." jelas kapten Hadi.

"Kondisi tak wajarnya kep?" tanya Sekar penasaran.

"Tubuh para korban itu seolah-olah menjadi tua Sekar, seperti darah dan dagingnya lenyap, mereka tak ubahnya seperti mumi yang sudah mati ratusan tahun Sekar, padahal baru beberapa hari mereka menghilang, lalu ditemukan sudah seperti itu, apa itu tidak masuk akal Sekar? Ayolah Sekar, kau harus bantu saya, entah kenapa saya merasa kau bisa membantu saya memecahkan kasus ini. Aku menduga kau mempunyai indera keenam Sekar." bujuk kapten Hadi.

"Ha ha ha..., bisa saja kapten ini, kapten kira aku dukun kah?" balas Sekar sambil bercanda.

"Kau ini, serius saya Sekar. saya merasa kau itu lain, naluri saya tak bisa saya bohongi." ucap kapten Hadi.

"Ha ha ha..., siap kapten, insya Allah aku bantu, tetapi jangan bilang aku ini dukun ya kep, nanti orang salah duga tentang aku." terang Sekar.

"Ha ha ha..., bisa saja kau, yang penting kau bantu kami pecahkan kasus ini, besok saya suruh Raihan ambil berkas kasus itu dan menyerahkannya sama kamu." ucap kapten Hadi.

"Siap kep." balas Sekar.

Tiba-tiba handphone kapten Hadi berbunyi.

"Hallo mah, ada apa?" tanya kapten Hadi, istri kapten Hadi menelpon.

"Iya mah, nanti papa belikan, ditempat biasakan?" ucap kapten Hadi menjawab telpon istrinya.

"Ya, walaikum salam mah, hati-hati kau dirumah mah." ucap kapten Hadi.

Malam hari dirumah Puyang (neneknya, nenek), Di lirik jam di meja kerjanya Sekar menunjukan jam 23:45.

"Malam ini serasa panas sekali, padahal ini daerah dingin, dan kenapa juga aku merasa seperti ada seseorang yang sedang memperhatikanku? Setelah pembicaraanku dengan kapten Hadi soal kasus pembunuhan itu. Apa mungkin hanya perasaanku saja, lebih baik aku buat kopi, sambil ku pelajari kasus ini." gumam Sekar dalam hati.

Sekar beranjak dari kasurnya, ia berjalan ke arah dapur yang jaraknya lumayan jauh dari kamarnya. Rumah peninggalan Puyang (neneknya, nenek) ini lumayan luas, dan rumah ini hanya di huni 3 orang saja, wak Ijah, Jamal dan istrinya yang bernama Amah.

Wak Ijah adalah sepupu bunda, yang di amanahkan untuk tinggal dirumah Puyang karena tak ada lagi saudara yang mau diminta menjaga rumah Puyang, bunda adalah anak tunggal nenek, bunda yang selama ini tidak aku kenal, yang aku ketahui hanya lewat fotonya saja, itu pun foto yang sudah usang, entah kenapa bunda tidak pernah mau kalau di foto selama hidupnya.

Ayah pernah bercerita, kalau bunda selalu mempunyai alasan jika mau di foto, dan bunda pun selalu menolak jika akan di foto, bunda tidak ingin fotonya yang menyebabkan dirinya nanti masuk kedalam api neraka, itulah cara pikir bundaku.

Pola pikir bunda aneh menurutku, tetapi itu yang membuat ayah sangat mencintai bunda, sampai datang ibu Ambar yang berusaha mengancurkan kehidupan rumah tangga ayah dan bundaku, tetapi bunda wanita yang sangat kuat, dengan perjuangan dan doa-doanya ayah dapat kembali kepada kami.

Sekelumit cerita tentang bunda ini membuatku sedikit sesak menahan rindu, kulihat wak Ijah sudah pulas tertidur, orang tua seusia beliau lebih sering tidur lebih awal, dan bangun lebih awal pula. Saat itu aku mendengar hanya ada suara Jamal yang sedang asyik ngobrol diteras depan rumah.

Rumah Puyang cukup luas, dengan kamar yang berjumlah 7, serta ruang tengah yang luas membuat perjalananku ke dapur seolah-olah amat jauh sekali. Ruang dapur yang terpisah dari ruang utama membuatku sedikit merinding karena melewati kolam ikan yang lumayan luas juga.

Di desa, kami mempunyai kolam ikan dan memelihara ikan-ikannya, ikannya dapat kami ambil dari kolam untuk dimakan bersama-sama, kalau sewaktu-waktu kami ada acara keluarga.

"Masya Allah alangkah jauhnya dapur ini." gumam Sekar dalam hati.

Sekar bukan tipe wanita yang suka memerintah, dia wanita mandiri, dengan sigap Sekar mengambil gelas di rak piring yang terbuat dari kayu pohon jati. Dengan santai Sekar mengambil kopi dan gula di sisi meja dekat jendela.

Dapur yang luas dan terbuka membuat Sekar sedikit ada rasa ketakutan, karena tanpa di sengaja, Sekar melihat sesuatu diluar jendela, yang seolah-olah sedang menatap tajam ke arahnya pada saat itu.

"Astagfirullah ya Allah, mahluk apa itu?" ucap Sekar begitu terkejut.

Dengan cepat Sekar berjalan ke arah ruang utama sambil membawa kopinya.

"Hmm, mengapa aku seperti mencium bau umbi-umbian di bakar? Aaahh, sudahlah kenapa aku jadi parno seperti ini." ucap Sekar.

Di lihatnya Jamal di teras rumah masih ngobrol bersama ketiga temannya, lalu Sekar masuk ke dalam kamar. Entah hanya halusinasi saja atau memang nyata, Sekar melihat sesosok perempuan berbaju hijau sedang duduk di tepi tempat tidurnya, dan Sekar begitu terkejut saat itu, namun berusaha bersikap dengan tenang. Perempuan itu duduk membelakangi tempat Sekar berdiri, nafas Sekar memburu diantara ada rasa takut dan penasaran, lalu Sekar pun berjalan memberanikan diri mendekati perempuan itu, dan tiba-tiba saja perempuan tersebut sudah menghilang dalam sekejap dari pandangannya.

"Siapa perempuan itu ya?" gumam Sekar dalam hati.

Di Kantor Sekar.

Percakapan Gandar dan Jatmiko di Lembah hitam.

Di Lembah Hitam Jatmiko Memanggil-manggil Nama Sekar.

Di Kantor Sekar dan di Rumah Puyang.

Di Rumah Bang Amar dan Berkunjungnya Carak Menemui Datuk Watu Alam.

Hilangnya Raihan dan Kedatangan Datuk Watu Alam di Rumah Bang Amar.

Tewasnya Jatmiko dan Sekar Menjadi Penghuni Lembah Hitam Selamanya.

TAMAT

DILARANG KERAS MENG-COPY CERITA INI DALAM BENTUK APA PUN. PENULIS AKAN TINDAK TEGAS SIAPAPUN YANG MEMPERBANYAK KARYA INI...!!!

GIF
Diubah oleh salim357 17-03-2021 18:16
0