Kita sering mendengar ungkapan,“Di dunia ini tidak ada
yang sempurna”. Jika mendengar ungkapan ini janganlah
jadi membuat agan berpikir untuk tidak berinovasi karena
akan merasa sia-sia dengan hasilnya yang tak kunjung
sempurna. Untuk menjadi sempurna itu butuh proses
yang panjang dan yang terpenting adalah jangan
cepat merasa putus asa apabila agan mendapatkan
kegagalan dalam prosesnya, yang terpenting adalah
terus bertekad mencoba sampai berhasil.

Agan sista pasti sering mendengar bencana seperti
gedung, jembatan, jalan yang runtuh, kereta anjlok,
pesawat jatuh dan masih banyak yang lainnya. Hal itu
bisa terjadi tentu apabila orang berpikir segala sesuatu
akan terus langsung berjalan lancar tanpa perlu perbaikan.
Sifat mentang-mentang seperti ini sering muncul
tanpa disadari, manusia sering merasa puas ketika
sudah menciptakan sesuatu yang baru dan tidak
berpikir untuk membuatnya menjadi lebih baik lagi.
Pada zaman sekarang dengan segala sesuatu yang
berubah serba cepat tentu manusia jenis ini pasti
akan tertinggal jauh.

Jauhilah sifat mentang-mentang ini,
ini bisa menjadi kendala yang menimbulkan masalah
dan kerugian besar saat kita tidak menyadari ternyata
ada suatu kesalahan saat kita menciptakan hal tersebut.
Kendala sifat mentang-mentang ini biasanya berjalan
bersama kedua sahabatnya, yaitu perasaan cepat puas dan rutinitas. Merasa puas dengan yang sudah ada dan
terbiasa dengan rutinitas membuat agan terjebak
dalam pola pikir yang biasa-biasa saja, sehingga
sulit untuk berkembang.

Manusia yang cenderung merasa puas ketika sudah
berhasil mencapai tujuan-tujuannya dan berhenti berusaha mencapai lebih tinggi lagi merupakan salah satu
kebiasaan manusia dalam mempertahankan status quo.
Sebenarnya reaksi ini wajar, sama saja ketika agan merasa
kecewa saat berusaha namun tetap gagal.

Jika agan ingin menjadi inovator sejati, agan harus bisa
menyeimbangkan kedua hal tersebut. Agan boleh
merasa puas ketika sudah berhasil dalam mencapai
target yang ditetapkan dan agan juga boleh kecewa
saat mengalami kegagalan dalam prosesnya. Asal kedua
hal itu seimbang dan tepat pada waktunya, tidak berlarut-
larut. Saat agan merasa kegagalan itu menyakitkan,
cobalah ingat sewaktu agan kecil berjalan berjalan.
Apakah agan berhenti mencoba berjalan saat jatuh dan
merasa tidak ingin mencobanya lagi? Tentu tidak kan,
pasti agan terus mencoba sampai bisa. Jadi ingatlah,
prestasi yang agan capai harus bersifat progresif
bukan stagnan!

Rutinitas adalah kendala paling besar yang mungkin
dihadapi, karena rutinitas membentuk kemapanan
sehingga bisa membuat agan tidak melihat kemungkinan
lain di luar itu. Jika sudah terjebak dalam rutinitas,
biasanya akan susah untuk berinovasi kecuali dalam
keadaan terpaksa. Misalnya saja, seperti mahasiswa
yang memiliki kebiasaan kuliah, pulang, dan mengerjakan
tugas. Tidak salah, karena ia tetap menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai seorang mahasiswa dengan
hadir di kelas dan mengerjakan setiap tugas. Tapi
sebenarnya sangat disayangkan karena banyak sekali
yang bisa dieksplorasi dan dikembangkan di masa ini.

Rutinitas dapat menghentikan agan menjadi seorang
inovator. Kita memang lebih nyaman menjalani sesuatu
yang bersifat rutin. Jika hasil rutinitas selalu mampu
memenuhi segala aspek kehidupan yang terus berubah
dan dapat selalu memuaskan tentu tidak menjadi
masalah, namun kenyataannya tidak seperti itu.
Kehidupan yang terus berubah tentu juga berakibat
pada peningkatan kebutuhan dan hasil yang diharapkan.
Jadi jika agan ingin menjadi inovator, beranjaklah dari
rutinitas mulai dari sekarang!