lemsboxAvatar border
TS
lemsbox
Aku, Dia, Dan Mereka (Horor , pengorbanan, Petualangan) INSPIRED BY TRUE STORY
Selamat malam semua. Perkenalkan aku Resa. Aku akan menceritakan sebuah kisah sederhana dari pengalaman hidup yang aku alami. Tak semuanya nyata karena ini terinspirasi dari kisahku sendiri. Mohon hargai semua aturan yang sudah dibuat. Aku tak akan bertele-tele menjabarkan.


Spoiler for Siapa aku?:

Spoiler for Daftar menu:
Diubah oleh lemsbox 11-02-2018 12:55
tabernacle69
tabernacle69 memberi reputasi
-1
18.3K
103
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
lemsboxAvatar border
TS
lemsbox
#2
Bagian 1 : mereka memang mudah ditipu
"Udahlah sa, kenapa kamu ngeyel banget si?! Apa susahnya buat ngomong iya?" Bagas terkesan mulai geram.

"Iya sa, dengerin Bagas lah! Kita semua cuma gak pengen kamu kenapa-napa!" Sambung Aldo.

"Brooo..... liat deh Putra! Dia sampe susah payah kesini cuman buat jemput aku, cuma jemput aku! Apa mungkin kalo keadaan di tempat kerjaku tuh baik-baik aja?? Lagian dari awal aku udah nolak ajakan kalian buat ikut audisi ini kan? Tapi kenapa Raras malah jemput aku ?? Bahkan aku gak sempet mandi loh." Kugambarkan kecewaku pada mereka saja sekalian. Terlihat sedikit roman penyesalan dari wajah mereka.

"Oke, kita ngaku salah, kita emang butuh bantuanmu buat audisi ini! Tapi kalo sekarang kamu pulang, justru kita lebih ngrasa salah lagi! Plis kamu nginep disini aja sama Putra sekalian. Ntar pagi baru kalian balik pas ujan abunya udah reda!" Bujuk Bagas.

"Gas, kan aku udah ngomong, aku mau dan pengen banget nginep sekalian ngumpul sama anak-anak. Tapi mau gimanapun bos aku udah nyuruh Putra buat jemput. Jadi gak mungkin aku minta dispensasi lagi, di sisi lain aku dengan gampangnya ninggal tempat kerja tanpa ijin samasekali?" Ku sanggah lagi permintaan Bagas.

Mereka terdiam, tak ada lagi secuil kata untuk merayuku tetap bertahan disini. Tak ada yang bisa disalahkan selain kesalahanku sendiri. Kami ber-enam diam membisu. Hujan abu masih terus berjatuhan dari udara yang kami hirup meski tak se-lebat sebelumnya. Terkadang nafas kami susah untuk diatur karena udaranya sudah tercampur dengan abu vulkanik. Aku tak mau membuang waktu lagi, aku harus pulang dengan atau tanpa restu dari mereka!!

"Dah mending kalian buruan masuk dan bersihin badan. Kelamaan di depan malah bikin kita kena penyakit. Aku balik dulu, daritadi hape getar mulu di clana. Kayaknya si bos yang nelpon. Aku jalan dulu, kalo kita lolos audisi, sms aku aja." Ucapku seraya duduk diatas motor dan mulai kuhidupkan mesinnya. Putra kuminta untuk duduk di belakang karna aku tau dia pasti sudah kepayahan.

Ceklikkk.... bruummm..... motor ku nyalakan dan aku bersiap meninggalkan rumah Bagas. "Aku pamit yah" kataku, "ati-ati sa, pelan aja! Kalau sampe rumah langsung kabarin yah." Jawab Bagas. Aku melaju perlahan sambil mengisyaratkan "ok" dengan ibu jari kiriku pada anak-anak. Memang perjalanan yang kulalui sangat berbeda dari biasanya. Efek erupsi dari gunung tetangga, membuat kota ini jadi diselimuti abu yang cukup tebal. Jalan jalan besar kini juga sudah tertutup abu, mungkin tebalnya lebih dari 2cm. Kini tak terlihat lagi rumah Bagas, aku sudah memasuki jalan raya. Kuhentikan sebentar motor tepat di pertigaan yang menyambung ke jalan raya, lalu aku berkata kepada Putra.

"Gimana coy? Udah bisa masuk nominasi award belom ni?"

"Emang kamu ini penipu sejati sa, sungguh keparat banget gayamu tadi hahaha" Putra akhirnya berkelakar juga. Sejatinya memang dia sudah cukup menahan tawa ini.

Akhirnya kami berdua tertawa terbahak sambil melaju di jalan. Karena memang kejadian barusan adalah situasi komedi ter-bego yang pernah aku temui. Semua ini memang tipuanku. Segala drama dan kebohongannya memang sudah kurancang sedari awal. Aku memang sudah enggan berlama-lama di tempat itu. Oleh sebab itu, kuminta Putra untuk datang menjemput dan HARUS membawaku pulang dengan alibi bosku yang memintaku pulang.

"Tadi liat kan coy, gimana muka anak-anak? Kayak anak kodok yang mau ditinggal emaknya umroh haha."

"Nggak cuma muka mereka aja kali -_- liat tuh muka lu. Bikin aku pengen bunuh Firaun lagi, kampret emang ente, haha." Putra berkelakar lagi.

"Haha, bodo amat ah. Yang penting buruan nyampe rumah. Anak-anak pada ngumpul di warnet kan?"tanyaku.

"Lengkap brohhh!" Jawab Putra.

"Kita berangkat mamenn, yihaaaaaa!! Hiahh... hiahh.... hiahhh..." gayaku seperti koboi yang sedang menunggang badaknya.

Langsung kukayuh sepedaku dengan sekuat tenaga!! Ini yang bener apa sih?! Motor, kuda, badak, sepeda, apa helikopter?? Kutarik tuas gas motor hingga mentok. Serasa mendapat semangat baru saat mendengar kalau anak-anak berkumpul semua di warnet. Tak perduli medan seberat apapun, jalan selicin apapun, yang penting aku harus segera sampai warnet!! Bruuummmm...... motor melaju tenang dengan kecepatan supersonic. Wajau jarak pandangku sangat minimalis, tapi aku tak perduli, toh aku sangat yakin jutaan persen, tak ada manusia bodoh (selain aku) yang nekat keluar rumah dengan keadaan seperti ini, bahkan kecoa pun lebih memilih tidur diatas ranjang empuknya. So pasti jalanan akan sangat sunyi dan sepi, tak akan ada halangan untukku. Hanya trek lurus sepanjang 18km saja yang harus kulalui saat ini untuk mencapai finish. Akulah anak jalanan hahaha!

"Sa, sa, sa...... pelan aja sa, nggak usah ngebut. Jalannya licin banget!" Teriak Putra

"Woii sa......!! Jangan ngebut-ngebut nyet!! Ngeri nih jalannya!"

"Pelan dong sa....!!!"

Entah kerasukan setan apa si Putra ini. Daritadi dia merengek minta ku kurangi kecepatan terus. Sampai dia berkali-kali menepuk pundakku, ah lebay Putra ini! Kuacuhkan saja dia, yang penting aku fokus dengan jalan. Karena memang sungguh licin, beberapa kali motor hampir oleng karena licin. Wuuuuuzzzzzzz.... terus saja kutarik gasnya dengan kecepatan penuh!

"Sa.... pelanin motornya lah!! Aku belum ngerasain malem pertama nih!" Lagi-lagi Putra merajuk. Mungkin saja sekarang dia ngompol di celana.
"Sa... sa... sa...!! Lu ngapain jalan ke tengah-tengah sih?!"

Buset ni anak!! Lama-lama telingaku bisa tuli mendengar rengekan dia. Tapi lagi-lagi kuhiraukan saja rengekan dia. Nanti kalau sudah sampai warnet, dia pasti akan memuji kehebatanku mengendarai motor layaknya pembalap profesional. Tapi kupikir-pikir, sudah daritadi aku ngebut. Ternyata belum ada 5km perjalanan yang aku tempuh. Sungguh perjalanan yang sangat aneh? Ah sial, jika seperti ini, mungkin subuh aku sampai rumah!! Tak bisa dibiarkan, andai ada tombol nos, pasti sudah kutekan tombolnya untuk menambah kecepatan.

"Sa.. pelan aja motornya, gak usah ngebut-ngebut lah. Aku beneran takut nih!" Lagi-lagi Putra berkicau.

Aku hanya diam dan menjawab dalam hati "buset ni anak pengecut banget sih?" Sambil terus aku menggeber motornya tanpa menolehkan kepalaku.

"Wooiii saaaa.......!! Liat depan tuh ada apa di depan?!" Ucap Putra sambil menepuk pundakku berkali-kali.

Aku tidak melihat apa yang dimaksud Putra, apapun itu, aku tetap tak ingin menghiraukannya. Tujuanku hanya 1, sampai warnet!!

Akhirnya setelah menempuh perjalanan mencari kitab suci yang sangat berbahaya, aku sampai warnet dengan selamat. Ketakutan Putra sanggup kupatahkan dengan mudahnya. Home sweet home, kulihat anak-anak begitu bahagia menyambut kedatanganku. Aku melangkah pasti menuju warnet dan bersalaman dengan anak-anak. Kami bercengkrama bersama dan tertawa bersama.

"Capek banget badanku. Aku tidur dulu yah coy." Kataku karena entah mengapa mataku sudah tak sanggup menahan kantuk. Padahal sedang ramai-ramainya aku dan anak-anak berkelakar.

Mereka meng-iyakan permintaanku, mungkin karena memahami aku yang sedang kepayahan.

"Tidur aja sa, nggak usah kuwatirin kita. Yang penting kamu istirahat aja." Kata Erik.

Tak lama kemudian, aku benar-benar terlelap dalam tidurku. Dalam begitu dalam tidur yang kurasakan.

Dimana aku ini?? Kenapa tiba-tiba aku berada diatas jembatan? Aku berlari ke arah pagar pembatas jembatan. Lalu tengok ke bawah jembatan dan ini adalah bendungan! Bendungan tempat dimana aku pernah berdua bersama kekasihku. Nafasku terburu, jantungku berdegup kencang, hatiku tak mampu memungkiri bahwa kini aku bahagia. Bahagia karena ada seberkas rindu yang menyeruak begitu saja. Meletup-letup bagaikan popcorn, kata JKT48.

"Aku pernah menyatakan cinta di tempat ini, hah... hah... hah... aku pernah bertemu dengan bidadari DISINI!!" aku sudah hilang akal. Aku berteriak kegirangan entah kenapa. Aku tertawa lepas menandakan bahagia.

"RESA......!!! Kamu kenapa sih kayak orang gila? Haha, lama aku nggak liat kamu se bahagia ini sa."

Aku mendengar dari arah kananku, ada suara perempuan yang memanggilku. Aku langsung menoleh dan kulihat gadis cantik dengan senyum manisnya! Dia berdiri di ujung jembatan sebelah kananku. Dia tersenyum sungguh manis! Putih kulitnya, hitam rambutnya, tawa khas yang pernah aku lihat, dia Icha!!!

"Cha..... Icha.....!!" Aku langsung berlari kegirangan ke arahnya.

Aku menyentuh tangannya. Aku membelai rambutnya!

"Cha, ini beneran kamu cha?"

"Iya ini aku sa, hehe." Dia mengangguk sambil tersenyum. Sipitnya kelihatan saat tersenyum.
0