AWAL MULA
Pak selo merupakan seorang kepala desa yang terpilih untuk memimpin desaku yang saat itu mungkin bapakku usianya masih berkisar 10 tahunan, jadi pak selo ini jadi kepala desa sejak ia masih perjaka.
Kemudian pak selo menikah dengan bu asri yang menjadi kembang desa di desa sebelah.
Bu asri ini ternyata sifatnya hampir sama dengan pak selo yakni gila kedudukan jadi segala macam cara dilakukan agar tidak turun dari jabatannya.
Walau tak sepenuhnya mengetahui ilmu agama, bu asri nekat untuk mengukuhkan dirinya sebagai pendakwah karena zaman dulu seorang pendakwah itu menjadi panutan para warga dan menjadikan diri sebagai orang paling disegani dan dijunjung umat.
Karena takut suatu saat nanti kedudukan mereka hancur, maka bu asri menyuruh pak selo untuk membuat perjanjian dengan setan yaitu mbok lasmi.
Mbok lasmi ini bisa mengabulkan semua permintaan pemiliknya dengan syarat yaitu memberikan tumbal salah satu diantara anak suatu keluarga yang terlahir selang-seling yakni Cowok-Cewek-Cowok dan begitupun sebaliknya.
Tanpa berpikir panjang akhirnya pak selo setuju dengan ikatan itu.
Percobaan pertama adalah keluarga dari pak jamali yang memiliki anak sesuai dengan kriteria itu, dan yang menjadi tumbal saat itu adalah candra yang merupakan anak kedua dari pak jamali.
Ajaibnya orang-orang tidak bisa mengetahui pemilik mbok lasmi ini, karena mereka hanya bisa mengenal nama dan rupa mbok lasmi saja.
Karena sudah banyak warga yang menjadi korban maka bapak dan pakdhe yang saat itu masih muda mencoba mencari tahu dengan menyelinap disetiap rumah sepulang dari mengaji, mereka mempunyai prinsip yaitu "Rumah siapa yang bau kemenyan ketika jam 9 malam tiba maka dialah pemilik sebenarnya dari mbok lasmi"
Pencarian ini dilakukan selama berbulan-bulan hingga akhirnya terbukalah kasus ini yaitu pak selo adalah majikan mbok lasmi yang sesungguhnya.
Karena saat itu bapak dan pakdhe tidak memiliki bukti yang kuat untuk memberitahukannya kepada warga maka dengan berat hati mereka harus menyimpan rahasia itu dalam hidup mereka.
Pak selo ini termasuk orang yang licik karena ketika pemilihan kepala desa tiba maka siapapun lawannya akan di hancurkan entah itu fisik atau keluarga dari orang yang mencalonkan diri sebagai pesaing pak selo.
Hingga membuat pak selo mengukuhkan dirinya sebagai kepala desa yang tak mampu terkalahkan, tentunya itu semua juga berkat bantuan dari mbok lasmi.

Sebenarnya pak selo tau bahwa bapak dan pakdhe adalah satu-satunya warga yang memiliki kartu as nya yaitu rahasia terbesar yang dimiliki pak selo.
Berbagai cara dilakukan agar bapak dan pakdhe lenyap dari desa itu bahkan pernah bapak sampai dipenjara beberapa bulan atas tuduhan palsu yang dibuat oleh pak selo.
Walau sebenarnya bapak muak dengan kelakuan pak selo, ia tetap bersabar dan menunggu waktu yang pas untuk membuka semua rahasia pak selo termasuk tentang mbok lasmi.

Kelahiran ghifar adalah awal dari langkah bapak untuk melawan pak selo, meski diawal keluargaku harus menanggung semua derita yang dibuat oleh pak selo.
Tetapi akhirnya kita bisa berbahagia karena bapak bisa membalaskan dendam kepada pak selo dengan segala bukti yang ada.
Meski pak selo dan bu asri mengaku menyesal tetapi nasi sudah menjadi bubur, kekesalan warga karena telah kehilangan keluarganya yang dijadikan tumbal oleh pak selo membuat kedua pasutri tersebut harus mendapatkan akibatnya.
Anak-anak pak selo satu persatu harus tewas dengan cara yang sangat mengenaskan, jabatan yang telah lama di embannya harus dicopot secara paksa, hutangnya mulai menumpuk dan karena tak mampu lagi memberikan tumbal maka akhirnya pak selo yang harus mengorbankan dirinya sendiri.
Kematian pak selo bertepatan dengan sakitnya bu asri sehingga membuat mereka harus menanti bantuan warga sebab bu asri tak mampu berbuat apa-apa karena semua sarafnya melemah dan dengan sangat terpaksa jasad pak selo harus membusuk di dalam rumah.
Menurut cerita yang dituturkan bapak, proses pemakaman pak selo menjadi pelajaran tersendiri bagi warga.
Bagaimana tidak, tubuhnya yang membusuk membuat warga enggan memandikan sehingga pegawai rumah sakit harus melakukan semua proses itu bahkan sampai penguburan jenazah.
Walau diiringi hujan angin dan petir yang seakan menggambarkan siksaan yang akan di dapat pak selo, para relawan itu dengan setia menjalankan proses hingga akhir meski tanpa di dampingi seorang pun warga asli desaku.
Semenjak meninggalnya pak selo, bu asri harus tinggal di panti jompo karena tidak ada yang mau merawatnya.


Jabatan atau tahta mungkin sesuatu yang membuaikan mata hati kita, karena disana terdapat semua kenikmatan dunia yang tak akan kita dapatkan jika kita hanya menjadi manusia biasa.
Tapi sadarkah jika itu merupakan hal yang memudahkan kita dalam memperoleh laknat dari yang Maha Esa jika kita terlalu terbuai dan tak amanah dalam menjalaninya?
Jadi bersikaplah bijak karena menjadi pemimpin umat bukan hanya tentang dirimu dan mereka tapi juga tentang tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa