- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Sang Wakil Janji [TAMAT]
TS
dudatamvan88
Sang Wakil Janji [TAMAT]
TRILOGI
OTHER STORY OF BORNEO
SEASON III
Salam Para penghuni Jagad KASKUSTerutama Yang bermukim Di SubFor SFTH.
Hari ini saya akan menulis Season III dan yang akan menjadi akhir Dari Trilogi Other Story Of Borneo yang Telah ane tulis sebelumnya.
Mohon Kritik dan Saran Buat ane yang Nubie ini ya.
Oo iya.. Dimohon kepada pare reader agar mengikuti dan mematuhi aturan yang berlaku di SFTH dan ane ga mentolelir apapun bentuk keKEPOan yang berlebihan..
OTHER STORY OF BORNEO
SEASON III
Salam Para penghuni Jagad KASKUSTerutama Yang bermukim Di SubFor SFTH.
Hari ini saya akan menulis Season III dan yang akan menjadi akhir Dari Trilogi Other Story Of Borneo yang Telah ane tulis sebelumnya.
Mohon Kritik dan Saran Buat ane yang Nubie ini ya.
Oo iya.. Dimohon kepada pare reader agar mengikuti dan mematuhi aturan yang berlaku di SFTH dan ane ga mentolelir apapun bentuk keKEPOan yang berlebihan..
Quote:
Quote:
PROLOG
Semuanya mengerucut tepat di depan mataku seakan - akan aku adalah antagonis utamanya.
Aku benar - benar merasa menjadi orang yang salah yang berada ditempat yang salah hingga aku harus mengembalikan semua yang kubuang.
Apa memang harus seperti ini??
Semua yang kualami telah menyeretku dalam lingkaran rumit dan menjauh dari tujuan awalku saat berangkat ke pulau ini.
Aku hanya ingin membangun ulang hidupku dari nol. Tapi sekarang Aku sudah menantang orang yang jelas dan sangat jelas berada jauh diatasku.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku saat MATImenjadi salah satu pilihanya.
Saat semuanya terpampang dengan jelas di depan mataku. Saat aku mulai merasa mampu menghadapi segalanya yang telah menyeretku.
Tia. Lusi. Aku berjanji akan mengakhirinya tak lama lagi. Mungkin tak lama lagi pula aku akan bertemu kalian. Atau mungkin kalian harus menunggu lebih lama lagi untuk bertemu denganku.
Semuanya mengerucut tepat di depan mataku seakan - akan aku adalah antagonis utamanya.
Aku benar - benar merasa menjadi orang yang salah yang berada ditempat yang salah hingga aku harus mengembalikan semua yang kubuang.
Apa memang harus seperti ini??
Semua yang kualami telah menyeretku dalam lingkaran rumit dan menjauh dari tujuan awalku saat berangkat ke pulau ini.
Aku hanya ingin membangun ulang hidupku dari nol. Tapi sekarang Aku sudah menantang orang yang jelas dan sangat jelas berada jauh diatasku.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku saat MATImenjadi salah satu pilihanya.
Saat semuanya terpampang dengan jelas di depan mataku. Saat aku mulai merasa mampu menghadapi segalanya yang telah menyeretku.
Tia. Lusi. Aku berjanji akan mengakhirinya tak lama lagi. Mungkin tak lama lagi pula aku akan bertemu kalian. Atau mungkin kalian harus menunggu lebih lama lagi untuk bertemu denganku.
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh dipretelin 12-04-2018 08:07
dodolgarut134 dan 36 lainnya memberi reputasi
37
805.3K
3.2K
Thread Digembok
Tampilkan semua post
TS
dudatamvan88
#1527
DIA YANG DIPANGGIL SANG ATTA
“Tapi sekarang kita kemana??” tanyaku bingung pada aji dan ida.
Entahlah. Memang banyak tempat yang bisa kami tuju. Tapi pikiranku benar – benar kacau saat ini. Sekilas aku memperhatikan perlakuan ida yang beditu lembut pada aji. Huh. Wanita ini sepertinya bisa berlaku manis pada siapapun. Tapi. Aaaaakkkhhh. Aku harus segera membuang segala pikiran ini. Pikiran yang hanya akan memperkeruh suasana dan mempersulit keadaan. Disisi lain pun aku juga ingin segera mengetahui kebenaranya. Apa sebenarnya hubungan aji dengan demua ini.
“Kita ga bisa langsung pindah sekarang ndra.. mereka pasti tau semua pergerakanku.. saat ada yang tau aku jauh dari bapak mereka pasti langsung dateng” ujar ida lesu.
“Mereka siapa maksudmu?? Apa salah kita?? Kenapa kita jadi kayak diburu gini sih?? Apasih yang udah terjadi??” tanyaku dengan nada sedikit tinggi.
“tenanglah ndraa.. ga usah pake otot.. Tapi ngomong – ngomong.. sekarang kita dimana??” tanya aji dengan memegangi kepalanya.
DEG
“yang pasti kita ga jauh dari tempat tadi.. tapi mungkin ida tau tepatnya dimana.. dan sekarang ada yang dateng kesini” ujarku sambil berdiri dan menghadap ke arah kegelapan.
Yah. Aku tidak asal menghadap ke arah kegelapan. Tapi aku sekarang menghadap ke arah dimana aku merasa ada seseorang atau lebih tepatnya sesuatu yang bergerak mendekat ke arah kami bertiga. Dan ini bukan sesuatu yang kecil. Tapi ada sebuah energi yang tak terkira sedang bergerak dengan begitu cepat ke arah kami.
“Kalian jangan bergerak dari belakangku” ujarku dengan gagah tapi tak kupungkiri ada sedikit rasa gemetar dikakiku saat ini.
“kita ga akan mampu.. Dia bukan Lawan kita ndra.. bahkan bapak sekalipun..” Ujar ida pelan.
“Eh.. maksudmu” ujarku sambil menengok ke arah ida.
Ida hanya menggelengkan kepalanya pelan. Nampak jelas jika saat ini dia sangat ketakutan. Yah ini bukan pertama kalinya untukku melihatnya ketakutan seperti ini. Tapi mungkin ini yang pertama kali bagi aji melihat calon istrinya itu panik seperti ini hingga atak ayal membuat wajah aji yang sebelumnya meringis menahan nyeri kini berganti menjadi panik. Aku bisa menyimpulkanya. Apapun itu yang sedang bergerak kesini pasti dia sangat kuat . atau jangan - jangan??
WWWWHHHUUUUUUUSSSSSSSSSS...
Angin yang sangat keras Tiba – tiba berhembus ke arah kami. Cukup dan bahkan teramat kuat hingga sanggup menghempaskan kami bertiga sejauh beberapa meter ke belakang.
BBRRUUUGGGGHHHHH
“AAAAAKKKKHHHH” Teriak ida dengan suara yang cukup melengking saat terhempas jatuh ke tanah.
Seketika suasana berubah sepi saat aku mencoba bangun setelah terhempas oleh angin barusan. Tapi rasanya sangat berbeda. Angin tidak mungkin berhembus sekuat itu disini karena disekitar kami saat ini sangat banyak pohon – pohon besar yang pasti akan memecah angin sekuat itu lagipula rasanya seperti tubuhku dihantam sebuah dinding besar. Uuuggghhh.. aku harap mereka berdua baik – baik saja walaupun kecil kemungkinanya tidak terjadi apa – apa pada mereka berdua.
“Siiiaaallll.. apalagi inii??” Gerutuku dalam hati setelah sanggup berdiri dan memegangi kepalaku. “JIIIIII... DAAAAA...” aku berteriak dengan melihat ke sekitar berharap dapat langsung menemukan kedua orang itu. “EH..?”
Ternyata aku salah menduga. Aji tidak mengerang pelan tapi terdengar pelan karena aji berada sekitar tujuh meter dariku jauhnya. Dia mengerang sambil melambai – lambaikan tanganya dan memanggilku. Dan ida terpental lebih jauh lagi dan sepertinya dia tidak sadarkan diri. Tanpa pikir panjang aku langsung belari menghampiri aji sambil menahan nyeri yang belum sepenuhnya hilang dari sekujur tubuhku.
“Lu gagapa ji” ujarku saat membantu aji untuk duduk.
“uuhhhh.. gapapa kepalamu monyong” ujarnya saat berhasil duduk.
“Bisa berdiri ga?? Ida kayaknya pingsan disana.. aku kesana dulu” ujarku dengan berdiri hendak meninggalkan aji dan hendak menghampiri ida yang terkapar tak berdaya.
“yaa.. aku nyusul dibelakangmu” ujar aji dengan suara lemah.
Tanpa menjawab aji akupun meninggalkamya dan menghampiri ida. Beberpa kali aku memanggil namanya tapi tak ada jawaban hingga aku meletakkan kepalanya di pangkuanku dan memukul pippinya pelan sambil memanggil – manggil namanya sampai beberapa saat tapi tetap tidak ada tanda – tanda dan jawaban bahwa dia akan sadar.
“Daaaaa... bangun da.. jangan mati daa..” ujarku dengan menepuk – nepuk pipi ida.
“Gimana keadaanya ndra??” tanya aji saat menghampiriku yang sedang sibuk membangunkan ida.
“Ga tau ji.. Ga mau bangun – bangun..” ujarku cemas.
DEG
Sial.. karena terlalu mengkhawatirkan ida hingga aku melupakan jika ada seseorang yang sedang bergerak ke tempat kami saat ini dan sekarang dia sudah berada disini. Sebuah tekanan yang terlalu hebat jika aku menggambarkanya dengan kata seseorang. Apa – apaan ini?? Rasanya bagaikan gravitasi disekelilingku bertambah berkali – kali lipat.
“Jii..” ujarku saat menganggkat tubuh ida dan menyandarkanya pada aji. “Dia dateng” Lanjutku dengan sebisa mungkin mencoba untuk berdiri.
Sebenarnya apa yang aji rasakan saat ini pasti sama denganku. Tapi jika melihat kondisi aji sepertinya hanya aku yang bisa berdiri dan setidaknya mempertahankan diri. Tugas untuk menjaga ida harus kuserahkan padanya tapi tugasku saat ini adalah melindungi mereka berdua.
JDUUMM.. JDUMMM.. JDUUMM..
Tiba – tiba suara dentuman keras ditanah terdengar tepat didepanku. Dentuman yang begitu besar hingga membuat tanah disekitar kami begetar karenanya. Andai saja pak aksa ada ditempatku saat ini. Apa dia juga akan merasakan panik yang sama denganku?? Sekujur tubuhku bergetar hebat sekarang. Ya. Semua tekanan ini berhasil membuat semua nyaliku ciut seketika. Sekilas aku melihat ke arah aji. Raut wajahnya menyiratkan jika dia sekarang berusaha menahan semua tekanan ini. Setidaknya dugaanku benar jika yang kami rasakan saat ini adalah tekanan yang sama.
KKKRRRREEEEKKK.. BBRRUUUGGGGHHHH..
Sebuah pohon besar tiba – tiba tumbang tak jauh didepanku. Tidak. Bukan karena angin. Ka`rena angin tidak akan mencabut pohon hingga ke akar – akarnya yang menghujam dalam di tanah. Oh tidak. Apa yang akan kuhadapi sebentar lagi dan apa aku akan diakhiri malam ini?? Dan jika memang iya maka kedua orang yang ada di belakangku saat ini harus selamat.
“Ji.. pertahanin kesadaranmu” ujarku dengan suara parau pada aji yang tengan berjuang agar tidak pingsan seperti orang yang ada dipangkuanya.
JJJDDDUUUUUUMMMM
DEG
Sebuah hentakan besar yang sontak saja langsung membuatku terkejut dan terpaku ke arah kegelapan tempat suara itu berasal.
“Apa?? Apa itu??” Gumanku dalam hati saat melihat sosok besar keluar dari balik kegelapan hutan.
“Dia.. Dia.. Dia.. Yang dipanggil Sang Atta” ujar aji di sisa – sisa kesadaranya.
Oh tidak. Apa yang harus kulakukan sekarang sedangkan lari adalah pilihan terbodoh yang kupunya saat ini. Aaaakkkkhhhh. Kemana semua nyaliku yang tadi. Tapi walaupun semua itu ada hal bodoh apa yang akan kulakukan untuk mengantarkan nyawaku.
”WHUUUUUU... HA!!!”
Entah darimana asalnya tapi seketika terdengar suara teriakan dari banyak orang dan terdengar bersamaan dan sangat kompak. Benar saja. Dari samping kanan dan kirinya kini melangkah bebeapa orang. Tidak. Tapi banyak orang yang berpakaian persis seperti pak sami. Tapi kini bedanya mereka menggunakan penutup di dadanya dengan warna merah. Kuning dan yang lebih dominan adalah hitam. Entah warna apalagi yang ada disana aku sama sekali tidak bisa fokus melihatnya karena sekarang pandanganku sama sekali tidak bisa terfokuskan. Perlahan kabut putih tipis menyelimuti sang sosok besar itu dan seketika itu pula dia berubah menjadi seseorang Laki – laki yang sangat gagah. Bahkan teramat gagah dengan pakaian yang terlihat jauh lebih indah dari yang lainya. Hal yang paling mencolok adalah sematan bulu di kepalanya dengan warna emas dan hitam.
“Dattu” ujar aji dengan suara lirih dari belakangku.
GRRREEEEEEEPPP
Sebuah cengkraman kuat tiba – tiba mencengkram pundak sebelah kanan dan menekanku untuk bersimpuh. Secara refleks aku langsung menengok ke arah kanan.
“Pak sami” ujarku dengan suara bergetar.
Pak sami mengangguk kecil. Dan aku paham sebenarnya itu adalah perintah dan tanpa pikir panjang akupun bersimpuh dan diikuti dengan pak sami yang ikut bersimpuh dan menundukan kepalanya. Entah bagaimana menggambarkanya. Tapi perasaan lega ini seakan membebaskanku dari semua tekanan berat yang ada di kepalaku. Akhirnya ada orang yang akan menolongku dari keadaan ini hingga tak terasa dan entah sejak kapan aku mulai menangis seperti anak kecil dengan tatapan kosong. Seberapapun aku mengatakan siap mati tapi aku sebenarnya sama sekali tidak siap untuk itu.
“Dia orang yang sudah membuat anak cucuku menupahkan darah sesamaya??” Ujar Sang Atta sambil menunjuk tepat ke arahku.
Entahlah. Memang banyak tempat yang bisa kami tuju. Tapi pikiranku benar – benar kacau saat ini. Sekilas aku memperhatikan perlakuan ida yang beditu lembut pada aji. Huh. Wanita ini sepertinya bisa berlaku manis pada siapapun. Tapi. Aaaaakkkhhh. Aku harus segera membuang segala pikiran ini. Pikiran yang hanya akan memperkeruh suasana dan mempersulit keadaan. Disisi lain pun aku juga ingin segera mengetahui kebenaranya. Apa sebenarnya hubungan aji dengan demua ini.
“Kita ga bisa langsung pindah sekarang ndra.. mereka pasti tau semua pergerakanku.. saat ada yang tau aku jauh dari bapak mereka pasti langsung dateng” ujar ida lesu.
“Mereka siapa maksudmu?? Apa salah kita?? Kenapa kita jadi kayak diburu gini sih?? Apasih yang udah terjadi??” tanyaku dengan nada sedikit tinggi.
“tenanglah ndraa.. ga usah pake otot.. Tapi ngomong – ngomong.. sekarang kita dimana??” tanya aji dengan memegangi kepalanya.
DEG
“yang pasti kita ga jauh dari tempat tadi.. tapi mungkin ida tau tepatnya dimana.. dan sekarang ada yang dateng kesini” ujarku sambil berdiri dan menghadap ke arah kegelapan.
Yah. Aku tidak asal menghadap ke arah kegelapan. Tapi aku sekarang menghadap ke arah dimana aku merasa ada seseorang atau lebih tepatnya sesuatu yang bergerak mendekat ke arah kami bertiga. Dan ini bukan sesuatu yang kecil. Tapi ada sebuah energi yang tak terkira sedang bergerak dengan begitu cepat ke arah kami.
“Kalian jangan bergerak dari belakangku” ujarku dengan gagah tapi tak kupungkiri ada sedikit rasa gemetar dikakiku saat ini.
“kita ga akan mampu.. Dia bukan Lawan kita ndra.. bahkan bapak sekalipun..” Ujar ida pelan.
“Eh.. maksudmu” ujarku sambil menengok ke arah ida.
Ida hanya menggelengkan kepalanya pelan. Nampak jelas jika saat ini dia sangat ketakutan. Yah ini bukan pertama kalinya untukku melihatnya ketakutan seperti ini. Tapi mungkin ini yang pertama kali bagi aji melihat calon istrinya itu panik seperti ini hingga atak ayal membuat wajah aji yang sebelumnya meringis menahan nyeri kini berganti menjadi panik. Aku bisa menyimpulkanya. Apapun itu yang sedang bergerak kesini pasti dia sangat kuat . atau jangan - jangan??
WWWWHHHUUUUUUUSSSSSSSSSS...
Angin yang sangat keras Tiba – tiba berhembus ke arah kami. Cukup dan bahkan teramat kuat hingga sanggup menghempaskan kami bertiga sejauh beberapa meter ke belakang.
BBRRUUUGGGGHHHHH
“AAAAAKKKKHHHH” Teriak ida dengan suara yang cukup melengking saat terhempas jatuh ke tanah.
Seketika suasana berubah sepi saat aku mencoba bangun setelah terhempas oleh angin barusan. Tapi rasanya sangat berbeda. Angin tidak mungkin berhembus sekuat itu disini karena disekitar kami saat ini sangat banyak pohon – pohon besar yang pasti akan memecah angin sekuat itu lagipula rasanya seperti tubuhku dihantam sebuah dinding besar. Uuuggghhh.. aku harap mereka berdua baik – baik saja walaupun kecil kemungkinanya tidak terjadi apa – apa pada mereka berdua.
“Siiiaaallll.. apalagi inii??” Gerutuku dalam hati setelah sanggup berdiri dan memegangi kepalaku. “JIIIIII... DAAAAA...” aku berteriak dengan melihat ke sekitar berharap dapat langsung menemukan kedua orang itu. “EH..?”
Ternyata aku salah menduga. Aji tidak mengerang pelan tapi terdengar pelan karena aji berada sekitar tujuh meter dariku jauhnya. Dia mengerang sambil melambai – lambaikan tanganya dan memanggilku. Dan ida terpental lebih jauh lagi dan sepertinya dia tidak sadarkan diri. Tanpa pikir panjang aku langsung belari menghampiri aji sambil menahan nyeri yang belum sepenuhnya hilang dari sekujur tubuhku.
“Lu gagapa ji” ujarku saat membantu aji untuk duduk.
“uuhhhh.. gapapa kepalamu monyong” ujarnya saat berhasil duduk.
“Bisa berdiri ga?? Ida kayaknya pingsan disana.. aku kesana dulu” ujarku dengan berdiri hendak meninggalkan aji dan hendak menghampiri ida yang terkapar tak berdaya.
“yaa.. aku nyusul dibelakangmu” ujar aji dengan suara lemah.
Tanpa menjawab aji akupun meninggalkamya dan menghampiri ida. Beberpa kali aku memanggil namanya tapi tak ada jawaban hingga aku meletakkan kepalanya di pangkuanku dan memukul pippinya pelan sambil memanggil – manggil namanya sampai beberapa saat tapi tetap tidak ada tanda – tanda dan jawaban bahwa dia akan sadar.
“Daaaaa... bangun da.. jangan mati daa..” ujarku dengan menepuk – nepuk pipi ida.
“Gimana keadaanya ndra??” tanya aji saat menghampiriku yang sedang sibuk membangunkan ida.
“Ga tau ji.. Ga mau bangun – bangun..” ujarku cemas.
DEG
Sial.. karena terlalu mengkhawatirkan ida hingga aku melupakan jika ada seseorang yang sedang bergerak ke tempat kami saat ini dan sekarang dia sudah berada disini. Sebuah tekanan yang terlalu hebat jika aku menggambarkanya dengan kata seseorang. Apa – apaan ini?? Rasanya bagaikan gravitasi disekelilingku bertambah berkali – kali lipat.
“Jii..” ujarku saat menganggkat tubuh ida dan menyandarkanya pada aji. “Dia dateng” Lanjutku dengan sebisa mungkin mencoba untuk berdiri.
Sebenarnya apa yang aji rasakan saat ini pasti sama denganku. Tapi jika melihat kondisi aji sepertinya hanya aku yang bisa berdiri dan setidaknya mempertahankan diri. Tugas untuk menjaga ida harus kuserahkan padanya tapi tugasku saat ini adalah melindungi mereka berdua.
JDUUMM.. JDUMMM.. JDUUMM..
Tiba – tiba suara dentuman keras ditanah terdengar tepat didepanku. Dentuman yang begitu besar hingga membuat tanah disekitar kami begetar karenanya. Andai saja pak aksa ada ditempatku saat ini. Apa dia juga akan merasakan panik yang sama denganku?? Sekujur tubuhku bergetar hebat sekarang. Ya. Semua tekanan ini berhasil membuat semua nyaliku ciut seketika. Sekilas aku melihat ke arah aji. Raut wajahnya menyiratkan jika dia sekarang berusaha menahan semua tekanan ini. Setidaknya dugaanku benar jika yang kami rasakan saat ini adalah tekanan yang sama.
KKKRRRREEEEKKK.. BBRRUUUGGGGHHHH..
Sebuah pohon besar tiba – tiba tumbang tak jauh didepanku. Tidak. Bukan karena angin. Ka`rena angin tidak akan mencabut pohon hingga ke akar – akarnya yang menghujam dalam di tanah. Oh tidak. Apa yang akan kuhadapi sebentar lagi dan apa aku akan diakhiri malam ini?? Dan jika memang iya maka kedua orang yang ada di belakangku saat ini harus selamat.
“Ji.. pertahanin kesadaranmu” ujarku dengan suara parau pada aji yang tengan berjuang agar tidak pingsan seperti orang yang ada dipangkuanya.
JJJDDDUUUUUUMMMM
DEG
Sebuah hentakan besar yang sontak saja langsung membuatku terkejut dan terpaku ke arah kegelapan tempat suara itu berasal.
“Apa?? Apa itu??” Gumanku dalam hati saat melihat sosok besar keluar dari balik kegelapan hutan.
“Dia.. Dia.. Dia.. Yang dipanggil Sang Atta” ujar aji di sisa – sisa kesadaranya.
Oh tidak. Apa yang harus kulakukan sekarang sedangkan lari adalah pilihan terbodoh yang kupunya saat ini. Aaaakkkkhhhh. Kemana semua nyaliku yang tadi. Tapi walaupun semua itu ada hal bodoh apa yang akan kulakukan untuk mengantarkan nyawaku.
”WHUUUUUU... HA!!!”
Entah darimana asalnya tapi seketika terdengar suara teriakan dari banyak orang dan terdengar bersamaan dan sangat kompak. Benar saja. Dari samping kanan dan kirinya kini melangkah bebeapa orang. Tidak. Tapi banyak orang yang berpakaian persis seperti pak sami. Tapi kini bedanya mereka menggunakan penutup di dadanya dengan warna merah. Kuning dan yang lebih dominan adalah hitam. Entah warna apalagi yang ada disana aku sama sekali tidak bisa fokus melihatnya karena sekarang pandanganku sama sekali tidak bisa terfokuskan. Perlahan kabut putih tipis menyelimuti sang sosok besar itu dan seketika itu pula dia berubah menjadi seseorang Laki – laki yang sangat gagah. Bahkan teramat gagah dengan pakaian yang terlihat jauh lebih indah dari yang lainya. Hal yang paling mencolok adalah sematan bulu di kepalanya dengan warna emas dan hitam.
“Dattu” ujar aji dengan suara lirih dari belakangku.
GRRREEEEEEEPPP
Sebuah cengkraman kuat tiba – tiba mencengkram pundak sebelah kanan dan menekanku untuk bersimpuh. Secara refleks aku langsung menengok ke arah kanan.
“Pak sami” ujarku dengan suara bergetar.
Pak sami mengangguk kecil. Dan aku paham sebenarnya itu adalah perintah dan tanpa pikir panjang akupun bersimpuh dan diikuti dengan pak sami yang ikut bersimpuh dan menundukan kepalanya. Entah bagaimana menggambarkanya. Tapi perasaan lega ini seakan membebaskanku dari semua tekanan berat yang ada di kepalaku. Akhirnya ada orang yang akan menolongku dari keadaan ini hingga tak terasa dan entah sejak kapan aku mulai menangis seperti anak kecil dengan tatapan kosong. Seberapapun aku mengatakan siap mati tapi aku sebenarnya sama sekali tidak siap untuk itu.
“Dia orang yang sudah membuat anak cucuku menupahkan darah sesamaya??” Ujar Sang Atta sambil menunjuk tepat ke arahku.
dodolgarut134 dan 18 lainnya memberi reputasi
17