zufar14Avatar border
TS
zufar14
AGENT.X
Dunia ini penuh dengan orang jahat yang tidak dihukum. Mereka berkeliaran. Sebagian karena tidak tertangkap, sebagian lagi memang dilindungi, tak tersentuh hukum, atau aparat.
Dan Inilah Cerita Seorang laki - laki yang akan memberantas KEJAHATAN



Spoiler for Baca sebelum membaca:




Quote:


Quote:


Quote:


Quote:


Kalau menurut agan cerita ini bagus Share Yah...emoticon-Shakehand2


Serta Jangan Lupa emoticon-Rate 5 Star nya
Diubah oleh zufar14 21-12-2017 10:23
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
7.4K
55
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
zufar14Avatar border
TS
zufar14
#43
PART 9
Jordan Lucio kembali ke ruang latihan. Ia masuk dan menyapa pelatih. Setelah pemanasan sebentar, ia langsung mengikuti pelatihan hari ini, yaitu dance.

"Oke semuanya. Seperti biasa, aku akan membagi kelompok. Setiap kelompok akan aku beri sedikit koreografi dance yang harus kalian kembangkan. Ingat, kalian selalu dinilai berdasarkan individu. Aku mengharapkan yang terbaik dari kalian semua." suara sang pelatih menggema di ruang tertutup itu.

Kemudian, sang pelatih mulai membagi kelompok. Setiap kelompok berisikan 5 orang. Pelatih akan memberi sedikit gerakan dasar yang harus bisa dikembangkan setiap kelompok menjadi gerakan dance berdurasi sekitar 2 menit dilengkapi dengan formasi yang unik.

Pelatih bermata sipit itu sangat menuntut kesempurnaan dalam berbagai aspek. Di bagian inilah para trainee melatih kekreatifan mereka dalam menciptakan gerakan dance. Mereka juga diajarkan untuk bisa berkerja sama dengan individu lain agar bisa menciptakan kekompakan dan keselarasan gerakan maupun rasa.

"Kau, trainee baru. Siapa namamu?" pelatih itu menghampiri Jordan Lucio.

"Jordan Lucio." sahut Jordan Lucio. Entah kenapa, ia sangat menyukai nama versi Indonesia dari pada nama aslinya.

"Oh. Aku Kim Ho Shyuk. Aku salah satu pelatih di Bhineka Entertainment, dan bagianku adalah dance. Panggil saja aku pelatih Ho." pelatih Ho tersenyum hangat.

"Baik, pelatih Ho." Jordan Lucio menunduk hormat.

"Sekarang, kau masuk ke kelompok 4. Aku sudah memberi sedikit gerakan. Aku sangat berharap, kau tidak mengecewakanku." pelatih Ho menepuk bahu Jordan.

Setelah itu, Jordan melangkah ke arah empat orang lainnya yang tergabung di kelompok 4. Ada seorang pria bertubuh jangkung dengan rambut berwarna biru gelap, seorang pria berwajah imut, seorang pria bertubuh tegap dan seorang pria yang tampak acuh tak acuh dengan sekeliling.

"Kelompok 4?" tanya pria bertubuh tegap. Jordan mengangguk.

"Perkenalkan, aku Brian Aditya. Yang berambut biru itu Anto Praditio, yang imut menjijikkan itu Bobby Aditama, dan yang cuek datar seperti tembok ini Rizky Septian." pria itu memperkenalkan diri juga keempat pria lainnya.

Jordan mengangguk dan tersenyum tipis. "Mohon bantuannya."

"Ayo kita mulai." Brian mulai menggerakkan tubuhnya. Yang lain pun mengikuti.

Latihan dimulai. Mereka menyusun rangkaian gerakan terlebih dahulu. Setiap orang memberikan saran dan masukan untuk setiap gerakan. Tak sampai 5 menit kemudian, mereka telah selesai menciptakan rangkaian dance yang berdurasi 2 menit 30 detik. Mereka menggunakan sebuah lagu instrumen yang temponya agak lambat namun dipadukan dengan gerakan yang sedikit lebih cepat.

"Oke semuanya! Sekarang, saatnya kalian tunjukkan hasil kerja kelompok kalian. Dimulai dari kelompok satu!" seru pelatih Ho.

Kelompok satu pun mulai berkumpul di tengah ruangan, sedangkan kelompok lainnya menepi dan memperhatikan.

Saat musik dimulai, kelima pria original Indonesia itu mulai memperagakan gerakan dance yang mereka ciptakan. Tak lama kemudian, mereka selesai.

Jordan memandang aneh pada semua orang diruangan ini. Tak ada riuh tepuk tangan untuk kelompok satu yang telah menunjukkan sebuah tampilan yang sangat bagus. Ekspresi mereka pun tak ada yang terlihat kagum. Mereka lebih terlihat mengoreksi dan membandingkan dengan koreografl milik kelompok masing-masing.

Begitu pula dengan pelatih Ho. Pelatih satu itu mencoret-coret sebuah kertas yang ia pegang dengan ekspresi datar. Sepertinya, ia kurang puas dengan penampilan kelompok satu.

"Langsung loncat ke kelompok empat!" seru pelatih Ho yang sontak membuat Jordan kaget.

Namun, keempat anggota lain tampak biasa-biasa saja seakan hal seperti ini memang sudah sering terjadi. Jordan hanya mengikuti keempat rekan kelompoknya untuk membentuk formasi awal dengan jantung yang bergemuruh. Ini adalah pertama kalinya ia menari di depan banyak orang.

Musik mulai mendentum keras. Jordan berusaha menetralkan detak jantungnya dengan menghela nafas panjang. Detik berikutnya, tubuhnya mulai bergerak mengikuti alunan musik.

Jordan bergerak dengan lincah. Tubuhnya meliuk kesana kemari melengkapi gerakan anggota lainnya sehingga menciptakan perpaduan yang unik. Ekspresinya sangat mendukung suasana yang tercipta oleh alunan lagu. Entah mengapa, ia sangat menikmati dance yang sedang ia lakukan sekarang.

2 menit 30 detik berlalu dan musik selesai dengan penutupan kelompok 4 yang membuat pelatih Ho tiba-tiba bertepuk tangan.

"Bagus sekali. Aku sangat suka dance kalian. Aku puas." pujinya seraya tersenyum miring.

Jordan mengikuti kelompoknya yang kembali menepi ke sudut ruangan. Ia mengamati wajah keempat anggota lainnya yang terlihat sangat senang.

"Tadi itu sangat aneh. Sejak kapan pelatih Ho bisa memuji?" celetuk Anto.

"Hahaha.. Sepertinya, ia salah makan tadi pagi sehingga tiba-tiba bertepuk tangan dan memuji kita. Jujur saja, tiga tahun aku menjadi trainee disini dan baru kali ini aku mendapat pujian darinya." sambung Bobby.

"Mungkin karena ada bocah baru itu." ujar Rizky datar. Ucapannya membuat semua anggota 4 menatap intens Jordan.

"Hmm, sepertinya begitu. Lagipula, Jordan terlihat sangat menikmati setiap gerakan sehingga tariannya terlihat menarik." balas Brian.

"Jadi, sejak kapan kau mulai menari, bocah baru?" tanya Bobby.

"A-eum.. Sepertinya dari kecil. Aku tak terlalu mengingatnya. Yang jelas, aku senang menari sejak kecil." jawab Jordan sambil tersenyum kecil.

Jordan sedikit merasa miris. Apa
iya dia sudah suka menari sejak kecil? Sedangkan ia sama sekali tak bisa mengingat masa kecilnya. Yang ia tahu, ia sangat suka menggerakkan tubuhnya secara spontan ketika mendengar musik.

"Oh.. Begitu.." gumam Anto.

Kemudian, mereka kembali fokus untuk memperhatikan penampilan dari kelompok lain. Tak jarang mereka mendiskusikan beberapa gerakan yang bisa dikembangkan menjadi lebih keren.

Saat jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, pelatih Ho membubarkan para trainee. Semua trainee diperbolehkan untuk istirahat hingga makan malam. Setelah makan malam, latihan dilanjutkan hingga pukul 9 malam.

Tubuh Jordan terasa sangat lelah saat ia melangkah menuju kamar asramanya. Ia sudah banyak menguras tenaganya hari ini.

Saat sampai dikamar, ia melihat Brian dan Rizky yang ternyata adalah teman sekamarnya.

Brian yang baru saja keluar dari kamar mandi agak terkejut saat melihat Jordan masuk.

"Kau di kamar ini juga?" tanya Brian. Jordan mengangguk kecil seraya mendudukkan bokongnya di sofa sudut.

"Ngomong-ngomong, apa kau yang merapikan kamar ini sebelumnya?" tanya Brian lagi. Jordan pun kembali mengangguk.

"Kamar ini benar-benar kacau saat pertama kali aku datang. Jadi, kurapikan saja." kata Jordan sambil menyunggingkan senyum kecut.

"Ah, begitu. hehehe.. Kau malah harus merapikan kamar ini padahal kau baru saja masuk." ujar Brian seraya membuka lemari. Ia mengambil sebuah baju kaos dan celana pendek lalu memakainya di hadapan Jordan.

"Pakai bajumu di kamar mandi saja sana." tegur Jordan.

"Memangnya kenapa? Bukankah kita sesama lelaki?" Brian mengernyit dahi heran.

"Aku hanya tak terbiasa. Bagiku, itu kurang sopan." sahut Jordan tanpa melihat ke arah Brian.

"Hm.. Baiklah." Brian mengedik bahu acuh dan memilih untuk menggunakan bajunya di dalam toilet.

Sepeninggal Brian, hanya tersisa Jordan dan Rizky yang sama-sama tak mengucap apapun. Hanya kesunyian yang ada di dalam ruangan itu. Jordan memaklumi hal itu karena ia sudah tahu sifat Rizky yang memang sangat cuek itu dari segala perilaku dan kalimat-kalimat pendek yang ia katakan sesekali.
Tak lama kemudian, Brian keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah melekat ditubuhnya.

"Ayo tidur. Sudah malam.. Kita harus memastikan tubuh kita istirahat dengan cukup agar besok stamina kita kembali pulih." kata Brian seraya menyeret langkahnya ke kasur yang berada paling kiri. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dan langsung terlelap begitu saja.

Rizky menyusul untuk tidur tanpa sepatah katapun. Lelaki asli Bandung itu tidur di kasur sebelah kanan yang berarti Jordan harus tidur di kasur tengah.

Dengan segan, Jordan membaringkan dirinya di kasur itu. Ia menatap langitlangit.

"Misi seperti ini... terasa lebih menyeramkan daripada masuk ke gerbong mafia dan lebih menakutkan daripada berhadapan dengan pembunuh berdarah dingin." batin Jordan merutuki nasibnya.

Tapi, tak sampai tiga jam kemudian, Jordan kembali terbangun. Ia benar-benar tak bisa terlelap. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari kamar.

"Lebih baik aku berkeliling dan memperhatikan beberapa tempat." gumamnya.

Ia membuka knop pintu dengan perlahan agar tak menimbulkan bunyi yang dapat membangunkan dua pria yang tengah terlelap di kamar itu.

Ia melangkah keluar dan kembali menutup pintu dengan pelan.

Ia berjalan santai di sepanjang koridor kamar asrama para trainee. Matanya mengawasi setiap sudut lantai 3 ini.

Di tengah perjalanan, ia berganti haluan untuk masuk ke lift dan naik ke lantai 5. Ia melangkah menuju ruang latihan.

"Aku tak mungkin berkeliling sekarang. CCTV ada si setiap sudut. Akan mencurigakan jika aku berkeliling tanpa tujuan. Lebih baik, aku berpura-pura latihan tengah malam saja." batin Jordan.

Di ruang latihan, ia melakukan pemanasan terlebih dahulu. Kemudian, ia mulai melatih tubuhnya agar lebih luwes saat menari.

Ia menyadari ada seseorang yang sedang mengawasinya dari celah pintu ruang latihan yang sengaja tak ia tutup. Ia tahu siapa yang sedang mengawasinya itu. Tapi, ia bersikap seakan tak mengetahui apapun dan terus melanjutkan latihan tengah malamnya.

Jordan melakukan latihan tengah malam hampir setiap hari. Bukan hanya sekedar untuk mengawasi keadaan gedung di malam hari, tapi juga untuk melatih kemampuan menarinya agar bisa lebih baik lagi.

Pernah sekali pelatih Ho memergokinya yang sedang latihan tengah malam. Awalnya, pelatih Ho tak menyukai kegiatan Jordan itu. Tapi, Jordan hanya menjawab dengan tenang bahwa ia ingin mengejar ketertinggalannya dari trainee lain. Sejak saat itu, pelatih Ho tak pernah menyinggung tentang hal itu lagi.

Jordan juga memberi informasi pada gedung pusat OSI setiap dua hari sekali.

"Sampai saat ini, masih belum ada pergerakan yang mencurigakan. Tapi, aku akan selalu menajamkan mata dan telingaku." lapor Jordan pada Edween melalui earphone.

"Tetap berhati-hati dan selalu awasi sekitar. Kabari kami langsung jika kau menemukan keganjalan. Jaga dirimu selalu, agent X." Edween memutus sambungan Jordan mendesah berat lalu masuk ke kamarnya kembali.

"Entah mengapa, misi ini terasa berat namun ringan disaat bersamaan." batinnya lalu menutup rapat matanya.

Quote:
Diubah oleh zufar14 19-12-2017 13:03
0