maaf ya gansist kalau apdet hari ini hanya sedikit


Sesampainya aku dirumah, bapak langsung bilang bahwa tadi mas yoga mencariku.
"nduk, tadi yoga nyariin sampean" kata bapak
"ada apa ya pak?" tanyaku penasaran
"dia gak bilang apa-apa tapi kayak ada yang penting gitu" jawab bapak.
Dan benar saja mas yoga ada kepentingan denganku, saat baru merebahkan badan di kasur dia menelfon ponselku.
"Assalamualaikum, rin udah dirumah kamu?" tanyanya dengan intonasi yang lain dari biasanya
"waalaikumsalam.. yaps, kenapa mas?" aku berbalik tanya
"boleh minta tolong gak?" tanyanya lagi.
"apaan ya mas?" tanyaku balik.
"anak-anak mau minta bantuan kamu buat liatin keberadaan tiara, biar mereka bisa pulang. Kasihan mereka" ucapnya yang langsung kujawab dengan kalimat bernada tinggi
"mas, tolong ya. Aku bukan peramal, jadi kalau sampean mau minta bantuan sampean salah tempat. Silahkan minta tolong dukun saja, jangan minta sama aku. Assalamualaikum" ucapku dan langsung kututup percakapan dibalik ponsel itu.
"enak aja, emangnya aku peramal apa dimintain buat nyari begituan. Ya mana kutau lah dia dimana. Bikin kesel aja" gerutuku di depan cermin.

Keesokan harinya saat dikampus, aku baru saja datang sebelum suasana menjadi riuh sebab kedatangan para pendaki yang ceroboh itu.
"oh jadi mereka udah pulang, trus tiara gimana? Ceroboh banget sih jadi manusia" celetuk salah satu dosen yang berdiri disampingku.
Mereka menangis, seolah menyesali perbuatan mereka yang sia-sia.
Pak indra terlihat memarahi mereka, bukan tanpa sebab pak indra meluapkan emosinya karena sejak awal para dosen sudah melarang mereka bahkan sebenarnya mereka tidak dapat izin untuk memasuki kawasan pendakian tersebut tetapi mereka menentangnya dan bertindak sok jagoan.
"maafkan kami pak. Tolong temukan tiara" seorang mahasiswa memohon kepada pak indra dengan memegangi kaki beliau.
"kami sudah angkat tangan, itu semua salah kalian sendiri jadi kalian yang harus tanggung jawab semampu kalian" ucap pak indra lalu beliau memilih meninggalkan mereka dan anak-anak yang tadinya berkumpul mulai membubarkan diri mereka sesuai jadwal kelas mereka masing-masing.
Aku berjalan bersama herny menuju kelas yang sebentar lagi akan dimulai, kami berlari semampu yang kami bisa karena dosen hari ini terkenal sangat killer sekali.
"jangan sampai telat.. Jangan sampai telat.." ucapku sepanjang perjalanan.
Tiba-tiba herny berhenti dan mendekati ruangan multimedia yang tak berpenghuni.
"herny,,, ayo cepetan. Kamu ngapain sih?" aku menarik tangan herny tapi ia malah menarik balik tanganku lalu ia memintaku agar tidak berisik.
"denger gak?" tanyanya berbisik
"apaan?" tanyaku berbisik pula
"itu suara orang nangis" kata herny yang makin mendekatkan telinganya di pintu ruangan.
Sebenarnya aku mendengarnya tetapi aku berbohong dengan berkata bahwa aku tidak mendengar suara apa-apa agar herny melupakannya dan lekas pergi ke kelas sebelum dosen datang.