zufar14Avatar border
TS
zufar14
AGENT.X
Dunia ini penuh dengan orang jahat yang tidak dihukum. Mereka berkeliaran. Sebagian karena tidak tertangkap, sebagian lagi memang dilindungi, tak tersentuh hukum, atau aparat.
Dan Inilah Cerita Seorang laki - laki yang akan memberantas KEJAHATAN



Spoiler for Baca sebelum membaca:




Quote:


Quote:


Quote:


Quote:


Kalau menurut agan cerita ini bagus Share Yah...emoticon-Shakehand2


Serta Jangan Lupa emoticon-Rate 5 Star nya
Diubah oleh zufar14 21-12-2017 10:23
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
7.4K
55
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
zufar14Avatar border
TS
zufar14
#33
PART 7
Pesawat mendarat dengan selamat di Soekarno Hatta International Airport. Polisi mulai memenuhi penjuru lapangan parkir pesawat. Semua penumpang segera keluar dari pesawat dan dikumpulkan di ruang tunggu bandara untuk ditanyai beberapa hal mengenai penembakan yang terjadi di dalam pesawat.

Seorang pria muda masuk ke dalam pesawat bersama beberapa rekannya. Polisi itu mengecek setiap sudut dan menemukan enam mayat di bagian kursi VIP. Lima orang diantaranya mengunakan setelan jas hitam ala mafia. Dari wajah dan ciri fisik yg khas, polisi muda itu mengetahui lima mayat dihadapannya adalah orang Jepang. Sedangkan satu orang lainnya terlihat seperti penumpang biasa yang berusia berkisar 40 tahun.

"Segera outopsi keenam mayat ini. Cari tahu semua informasi mengenai lima orang berjas itu. Dan cari tahu siapa saja kerabat dari bapak yang juga tertembak ini. Sepertinya, bapak ini adalah salah satu korban." titah polisi muda itu.

"Siap, kapten!" beberapa rekannya mulai memasukkan enam mayat itu ke dalam kantong khusus. Setelah itu, mereka menggotong keenamnya keluar dari pesawat.

Polisi muda kembali melangkahkan kakinya untuk mengecek ruang kendali pesawat.

Ia membelalakkan matanya saat menemukan 4 mayat lagi di dalam ruangan itu. Dua orang mengenakan setelan jas hitam persis seperti lima mayat sebelumnya. Dan sisanya mengenakan seragam pilot.

"Letnan satria, bisa kau kemari?" panggil polisi muda itu pada salah satu rekannya

"Ada apa, kapten?" orang yang dipanggil Letnan Satria itu pun menghampirinya.

"Coba lihat mayat pilot dan co-pilot ini. Dilihat dari keadaannya, kedua mayat ini pasti sudah meninggal lebih dari beberapa puluh menit yang lalu ‘kan?" ujar polisi muda itu.

"Ya. Kau benar, kapten. Ini sangat aneh." sahut Letnan Satria.

"Jadi, apakah yang kau pikirkan sama denganku, kapten?" tanya Letnan Satria setelah senyap sesaat.

"Ya. Karena jika pilot dan co-pilot terbunuh, siapa yang mengendarai pesawat ini sampai ke sini?" kata polisi muda itu heran.

Mereka berdua terdiam selama beberapa saat. Lalu, polisi muda itu mendengus kasar.

"Otopsi juga keempat mayat ini. Kita harus cepat selidiki kasus ini. Terlepas dari siapa yang mengendarai pesawat, ada satu hal lebih mengherankan. Yaitu, siapa yang membunuh orang orang berjas itu? Peluru yang tepat menembus jantung seperti itu tak akan mungkin ditembak oleh penumpang biasa." kata Si polisi muda.

"Baik, kapten. Kami akan mencari sebanyak-banyaknya informasi mengenai kasus ini." balas Letnan Satria.

Polisi muda itu mengangguk samar dan melangkah keluar dari ruang kendali pesawat. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan yang tumpang tindih. Kasus ini adalah salah satu kasus tersulit yang pernah ia tangani.

~~~~


"Bahumu masih sakit?" tanya Edween. Saat ini, mereka sudah berada di rumah sakit khusus OSI untuk mengobati bahu agent X yang tertembak.

"Sedikit lebih baik. Hanya masih terasa ngilu saja." sahut agent X.

"Jangan terlalu banyak bergerak dulu. Kau harus sembuh total sebelum masuk ke Bhineka Entertainment." kata Edween lagi.

"Jadi, misiku diundur?" agent X mengernyit tak suka.

"Jangan membantah. Lagipula hanya beberapa hari. Akan berbahaya jika bahumu ketahuan terluka. Bisa-bisa kau didepak dari trainee bhineka."

"Hmm.. Baiklah.." agent X mendengus samar.

"Hah.. Kau ini.. Kenapa suka sekali membuat keributan. Sudah kubilang kan, jangan lakukan apapun sebelum kuperintahkan." cecar Edween.

"Pengusaha itu hampir ditembak dan seorang bapak-bapak terbunuh begitu saja dihadapanku. Kau pikir aku bisa diam dan tenang?!" suara agent X naik dua oktaf.

"Tapi kau terlalu gegabah sampai kau terluka! Tak bisakah kau jangan membantahku?!" Edween ikut meninggikan suara.

Agent X mendesis kesal. Ini pertama kalinya ia bertengkar dengan Edween. Wajah marah bercampur khawatir pria itu membuat agent X bergidik ngeri.

"I'm sorry. Aku hanya tak bisa melihat lebih banyak nyawa melayang. Bukankah sudah tugas kita sebagai agent untuk melindungi masyarakat?" cicit agent X.

"Hah.. Ya, itu memang tugas kita. Tapi bukan berarti kita harus bertindak tanpa memikirkan sebab dan akibat terlebih dahulu. Untung
kau hanya tertembak di bahu. Kalau di jantung dan kau mati? Sungguh, aku mungkin akan ditenggelamkan Michael di samudra Hindia." ujar Edween. Nadanya melunak dan ia menambahkan sedikit humor di ujung ucapannya.

Agent X terkekeh kecil. "Ditenggelamkan di samudra Hindia, huh? Padahal, aku sangat ingin menenggelamkan Michael di samudra pasifik." Edween ikut terkekeh.

"Ngomong-ngomong, aku baru tahu bahwa ada rumah sakit OSI. Apa rumah sakit seperti ini ada di berbagai dunia?" tanya agent X setelah kekehan mereka mereda.

"Ya. Sekilas, rumah sakit khusus OSI terlihat seperti rumah sakit biasa. Padahal, rumah sakit ini khusus untu para agent OSI. Rumah sakit seperti ini ada di beberapa negara yang sering
dijadikan lokasi misi." sahut Edween.

"Lalu, untuk apa rumah sakit ini dibangun?" tanya agent X yang langsung mendapat jitakan di kepalanya.

"Sakit, Ed! Kenapa menjitakku?" agent X mengelus kepalanya.

"Kau ini agent berbakat dan kau menanyakan hal tak berguna seperti itu? Tentu saja rumah sakit ini dibangun untuk menyembunyikan identitas agent dari publik. Coba kau pikir, kalau kau datang ke rumah sakit dengan keadaan tertembak seperti ini, kau pasti akan ditanyakan banyak hal dari rumah sakit. Mengerti?" Edween menjelaskan dengan wajah jengkel.

"Hehe.. Iya, aku tahu kok. Hanya bertanya saja. Jangan marah begitu.. Nanti kau tambah tua." kekeh agent X.

~~~~


"Bagaimana, Letnan Satria? Sudah menemukan informasi?" tanya Si
polisi muda. Saat ini, ia dan beberapa petinggi di kantor Polisi sedang melakukan identiflkasi pada kasus baru yang mereka tangani.

"Sejauh ini, kami hanya mendapatkan beberapa informasi, kapten." sahut Letnan satria.

"Sebutkan." titah si polisi muda tegas.

"Pertama, tujuh mayat yang ada di pesawat merupakan komplotan mafia yang diketahui bergerak dibawah pimpinan sebuah organisasi. Mereka mengincar Mr. Lee Young Ki, yang merupakan seorang pengusaha terkenal dari negara ini. Tidak diketahui motif sesungguhnya dari rencana penembakan mereka yang berlangsung di dalam pesawat. Kemungkinan terbesarnya mereka ingin membunuh semua penumpang di dalam pesawat itu juga." jelas Letnan Satria panjang lebar.

"Lanjutkan."

"Kedua, mayat seorang pria berumur 43 tahun bernama Ferdian Berni . Sesuai dengan kesaksian penumpang lain, bapak itu awalnya ingin menolong Mr. Lee yang hampir ditembak. Namun, karena hal itu, ia malah ditembak oleh salah satu dari lima orang Jepang. Ia meninggal saat itu juga."

"Ketiga, mayat pilot dan co-pilot yang diketahui bernama Beni dan Beno. Tak ada saksi yang melihat mereka terbunuh. Para penumpang bahkan tak tau pilot dan co-pilot itu sudah meninggal saat pesawat masih mengudara."

"Keempat, para penumpang mengatakan bahwa ada seorang pria muda yang menembak mati lima orang Jepang di dalam pesawat. Tapi,tak terdengar sedikitpun suara saat pria itu menembak yang artinya ia menggunakan pistol khusus yang kedap suara."

"Tapi, tak mungkin orang biasa mempunyai pistol jenis khusus seperti itu. Apalagi, dia berhasil melewati pemeriksaan tanpa keanehan sedikitpun. Orang itu pasti bukan orang biasa." ujar seorang polisi di dalam ruang rapat itu. Letnan Satria mengangguk setuju.

"Kami sudah mengecek semua penumpang, namun kami tak menemukan orang yang menembak tersebut. Saat kami mengecek CCTV, tak ada satupun hal yang mencurigakan saat para penumpang keluar dari pesawat menuju ruang tunggu." lanjut Letnan Satria.

"Kami lalu mengecek registrasi pemesanan tiket pesawat. Kami
menemukan dua orang yang tak ada diantara para penumpang di ruang tunggu. Dua orang itu bernama Hendri dan Hendro. Kami mencoba untuk mencari informasi mengenai mereka. Namun, nihil. Tak ada satupun informasi berarti." Letnan Satria tampak mendesah berat.

"Karena itu, kami menciptakan hipotesis sementara mengenai terbunuhnya pilot dan co-pilot beserta dua orang Jepang di ruang kendali pesawat. Kemungkinan terbesar, pilot dan co-pilot dibunuh oleh dua orang Jepang tersebut. Kemudian, dua orang Iepang itu dibunuh oleh rekan dari pria yang menembak lima orang Jepang lainnya."

"Sejauh ini, hanya itu yang kami temukan." ujar Letnan Satria menutup penjelasannya tentang informasi yang ia dapatkan.

“Baiklah. Tetap lanjutkan penelusuran mengenai siapa dua orang mencurigakan yang telah menembak tujuh orang Jepang di dalam pesawat itu. Jangan lengah pada satu informasi sepele. Sesedikitpun informasi yang ditemukan pasti akan sangat membantu." kata si polisi muda yang berperan sebagai pemimpin rapat.

"Untuk saat ini, sampai disini dulu rapat kita." polisi itu menutup rapat yang penuh dengan keseriusan itu.

Satu per satu orang mulai meninggalkan ruangan. Sekarang, tinggal si polisi muda itu yang masih berada di dalam ruang rapat.

"Sebenarnya, siapa mereka?" gumamnya.

Quote:
Diubah oleh zufar14 11-12-2017 10:54
0