zufar14Avatar border
TS
zufar14
AGENT.X
Dunia ini penuh dengan orang jahat yang tidak dihukum. Mereka berkeliaran. Sebagian karena tidak tertangkap, sebagian lagi memang dilindungi, tak tersentuh hukum, atau aparat.
Dan Inilah Cerita Seorang laki - laki yang akan memberantas KEJAHATAN



Spoiler for Baca sebelum membaca:




Quote:


Quote:


Quote:


Quote:


Kalau menurut agan cerita ini bagus Share Yah...emoticon-Shakehand2


Serta Jangan Lupa emoticon-Rate 5 Star nya
Diubah oleh zufar14 21-12-2017 10:23
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
7.4K
55
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
zufar14Avatar border
TS
zufar14
#32
PART 6
Setelah memasang sabuk pengaman pesawat, agent X duduk dengan tenang. Ia memijit pelan pelipisnya sambil terus mengawasi gerak-gerik dua orang Jepang yang ia awasi sedari tadi.

Lalu, para pramugari mulai menjelaskan dan memperagakan cara menggunakan pelampung air jika tiba tiba pesawat harus mendarat darurat di laut atau tiba-tiba terjatuh.

Agent X hanya melirik sekilas. Mata hazelnya terus memperhatikan dua orang Jepang yang sekarang mulai bergerak mencurigakan.

Tak lama kemudian, pesawatpun
lepas landas. Pesawat mulai naik perlahan namun pasti. Di menit awal penerbangan semuanya masih tampak baik-baik saja. Namun, 10 menit kemudian, dua orang Jepang itu tiba tiba berdiri dan berteriak. Mereka menodongkan pistol ke arah seluruh penjuru pesawat.

Suasana dalam pesawat pun mulai riuh. Para ibu-ibu menjerit diikuti raung tangisan anak bayi yang Cumiakkan. Agent X memanfaatkan keriuhan itu untuk segera memberi laporan pada Edween.

"Gawat, Ed. Dua orang yang kuawasi sudah bertindak." kata agent X.

"Ya. Tiga orang yang kuawasi juga sudah menodongkan pistol pada semua orang. Sedangkan dua orang sisanya, kita kehilangan jejak." sahut Edween dari earphone yang agent X kenakan.

"Aku sudah mendapat informasi bahwa ketujuh orang Jepang itu adalah bawahan organisasi yang kita incar. Saat ini, mereka sedang memburu pengusaha terkenal dari Indonesia yang berada satu pesawat dengan kita.
Kemungkinannya sangat kecil jika mereka hanya akan membunuh target mereka. Para penumpang pasti juga akan ikut dilibatkan." sambung Edween.

"Jadi, bagaimana? Apa yang harus kita lakukan?" suara agent X terdengar lirih. Ini adalah pertama kalinya ia menjalankan misi tanpa strategi dan melibatkan banyak nyawa sekaligus.

“Tunggu perintahku selanjutnya. Saat ini, kau hanya perlu bersikap panik seperti penumpang lainnya. Jangan sampai mereka curiga." jawab Edween. Agent X menghela nafas lalu mulai bergerak gelisah.

Saat ini ia sedang tidak berakting karena ia benar-benar merasa panik. Ia sungguh sangat membenci peristiwa mengejutkan seperti ini. Dan sungguh, jika ada satu dari seluruh penumpang di dalam pesawat ini terluka, maka harga dirinya sebagai agent pun akan terluka. Ia sangat tak ingin hal itu terjadi.

"Jangan bergerak atau kami tembak! !" teriak kelima orang Jepang itu bersamaan. Sekarang, mereka sudah saling berjejer di sisi kanan kiri pesawat sambil terus menodongkan pistol.

Teriakan kelima orang Jepang itu membuat semua penumpang diam. Tak ada yang berani mengeluarkan suara kecuali tangisan bayi yang masih terdengar. Suasana tegang meliputi semua orang.

Setelah itu, dua orang diantara kelimanya memisahkan diri dan melangkah pasti ke sebuah bangku VIP di bagian depan. Orang yang duduk di bangku VIP itu diseret paksa sehingga semua orang di dalam pesawat bisa melihat jelas ia sedang ditodong pistol yang mengarah tepat ke kepalanya.

"Oh, ayolah Ed.. Tidak mungkin kita tidak bisa melakukan apapun. Iika orang itu terbunuh, maka kita semua juga akan mati.." ujar agent X lewat earphone. Nada suaranya terdengar seperti sedang merengek.

"Tenanglah, agent X. Aku sedang memikirkan strategi yang tepat saat ini. Bersabarlah. Kita pasti akan menyelamatkan semua orang di dalam pesawat ini." sahut Edween. Nada tegang terdengar jelas dari ketua team Radiant tersebut.

Tapi, orang Jepang itu bergerak cepat. Pistol ditangannya mulai ditarik. Namun, sedetik sebelum menembak, tampak seorang bapak-bapak yang memukul telak orang Jepang itu.

Orang Jepang itu tersungkur ke lantai pesawat. Namun, belum sampai beberapa detik kemudian, suara letupan pistol memenuhi penjuru pesawat. Para penumpang menjerit dan menahan nafas seakan pasokan oksigen sudah tak ada lagi.

Bapak yang dengan berani memukul orang Jepang itu mengerang. Bagian dada sebelah kirinya sudah dipenuhi aliran darah. Tubuh bapak itu lalu ambruk dan meninggalkan bunyi yang memilukan.

Sedangkan, keempat orang Jepang yang lainnya membantu teman mereka yang tersungkur tadi. Suasana di dalam pesawat semakin menakutkan. Tak ada lagi sedikitpun suara yang terdengar kecuali detakan jantung yang berpacu dengan cepat.

Agent X sudah tak bisa berdiam diri lagi. Ia melanggar perintah Edween untuk tetap diam sebelum diberi perintah selanjutnya. Tidak. Ia tak bisa hanya diam setelah melihat satu nyawa melayang hanya karena menyelamatkan nyawa yang lain. Tidak setelah ia melanggar janjinya pada dirinya sendiri, yaitu tak akan membiarkan satu orang pun yang tak terlibat dengan misinya terluka.

Dengan gerakan cepat, agent X mengeluarkan pistol dari balik bajunya dan segera berlari cepat ke arah lima orang Jepang itu. Selang sedetik kemudian, pistol agent X sudah memuntahkan lima peluru yang bersarang tepat di jantung kelima orang Jepang itu. Tapi, ternyata salah satu diantara kelimanya menyadari gerakan agent X. Tepat sebelum tertembak, orang Jepang itu berhasil menembak satu peluru ke arah agent X. Peluru itu tepat menembus kulit bahu agent X sehingga darah mulai berceceran dari bahu kirinya.

Kelima orang Jepang itu ambruk di ikuti teriakan dan jeritan para penumpang. Agent X melangkah terseok ke arah seorang pria separuh baya yang hampir akan ditembak oleh orang Jepang tadi. Pria separuh baya yang merupakan pengusaha sukses asal Indonesia itu tampak sangat syok.

"Are you okey, sir?" tanya agent X. Pria itu hanya mengangguk cepat.

"Semuanya tenang! Jangan panik! Kita semua pasti akan selamat!" teriak agent X, berusaha untuk menenangkan para penumpang.

Tapi, tak lama kemudian pesawat terasa turun kebawah. Hal itu bukan karena mereka sudah sampai, melainkan karena pesawat sudah siap jatuh bebas ke lautan lepas.

Keadaan pesawat mendadak semakin riuh saat tiba-tiba lampu dan pendingin ruangan mati. Tak ada yang bisa tenang setelah kejadian yang seakan menunjukkan ajal tepat di depan mata mereka.

"Agent X, ke ruang kendali pesawat Sekarang! Darurat! Pesawat akan segera jatuh dan kita harus bertindak!" suara Edween terdengar panik dari earphone yang dikenakan agent X.

"Saya mohon, semuanya tenang! Tenanglah! Saya dan rekan saya akan berusaha menyelamatkan kita semua!" agent X kembali berteriak.

Perlahan, para penumpang mulai diam. Keriuhan berangsur menjadi sunyi senyap. Setelah keadaan sedikit lebih baik, agent X segera melangkah ke ruang kendali pesawat.

Di ruang sempit itu, mata hazel
agent X langsung di sambut dengan pemandangan empat mayat dan darah yang berceceran.

Dua orang diantaranya adalah orang yang diyakini agent X sebagai pilot dan co-pilot yang berhasil dibunuh terlebih dahulu oleh dua orang Jepang selain lima orang Jepang yang telah ia bunuh. Dua mayat orang Iepang dihadapannya saat ini juga pasti dibunuh oleh Edween.

"Cepat bantu aku mengaktifkan sistem pesawat. Sebentar lagi pesawat akan jatuh." tegur Edween yang sudah duduk di kursi pilot. Tangannya sibuk menekan banyak tombol.

Tanpa sepatah katapun, agent X segera duduk di kursi co-pilot dan ikut menekan berbagai tombol di hadapannya menggunakan tangan kanan. Bahu kirinya ia biarkan begitu saja walaupun darahnya masih bercucuran.

"Bahumu tak apa?" tanya Edween. Nada khawatir terdengar jelas darinya yang sangat jarang melihat agent berbakat di sebelahnya itu terluka.

"Tak masalah. Jangan Khawatirkan aku. Yang penting, kita selamatkan dulu seluruh penumpang pesawat ini" sahut agent X tegas. Tangannya tak berhenti menekan tombol-tombol dengan serius.

Tak lama kemudian, sistem pesawat kembali aktif. Lampu dan pendingin ruangan juga sudah berfungsi.

Agent X mendesah lega sembari menyenderkan tubuhnya ke punggung kursi.

"Syukurlah.. Hampir saja pesawat ini jatuh. Hanya tinggal ratusan meter lagi dan kita benar-benar akan mati.." ujar agent X.

Sebagai agent, Edween dan agent
X memang sudah belajar banyak
hal termasuk mengendarai pesawat. Keahlian satu itu sangat berguna untuk saat-saat mendesak seperti yang mereka alami sekarang.

"Ya. Kau benar. Sekarang, tutup
lukamu. Jangan sampai kau kehilangan banyak darah." titah Edween.

"Hmm.." sahut agent X singkat. Ia merobek sedikit bajunya dan melilit bahunya untuk mencegah pendarahan.

Hening beberapa saat. Edween mengendarai pesawat dengan sangat fokus.

"Kurasa, organisasi incaran kita itu benar-benar berbahaya." ujar agent X memecah keheningan.

"Benar. Mereka bahkan tak segan membunuh puluhan nyawa tak bersalah hanya untuk membunuh satu target. Mereka benar-benar gila." balas Edween.

"Karena itu, kau harus lebih berhati hati. Kita tak tau rencana mereka kedepannya. Kau juga sudah berhasil tertembak. Dan itu bukanlah pertanda baik." lanjut Edween.

"Aku mengerti.." gumam agent X. Ia menutup sejenak matanya sebelum kembali fokus untuk mengendarai pesawat.

"Ya. Ini hanyalah awal. Masih banyak kejutan lainnya bagiku di hari esok." batin agent X. Ia menatap nanar kepulan awan di balik kaca pesawat di hadapannya.

Quote:
Diubah oleh zufar14 11-12-2017 10:07
0