zufar14Avatar border
TS
zufar14
AGENT.X
Dunia ini penuh dengan orang jahat yang tidak dihukum. Mereka berkeliaran. Sebagian karena tidak tertangkap, sebagian lagi memang dilindungi, tak tersentuh hukum, atau aparat.
Dan Inilah Cerita Seorang laki - laki yang akan memberantas KEJAHATAN



Spoiler for Baca sebelum membaca:




Quote:


Quote:


Quote:


Quote:


Kalau menurut agan cerita ini bagus Share Yah...emoticon-Shakehand2


Serta Jangan Lupa emoticon-Rate 5 Star nya
Diubah oleh zufar14 21-12-2017 10:23
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
7.4K
55
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
zufar14Avatar border
TS
zufar14
#26
PART 5
Pintu terbuka. Agent X pun segera masuk ke dalam ruang tersebut.

"Siapa kamu?!" Suara teriakan Aliana membuat agent X kaget. Agent X memandang aneh wanita berdarah Asia yang sedang menodongkan pistol ke arahnya.

"Santai, AL. ini aku, agent X." Ujar agent X seraya mengangkat kedua tangannya.

"Aku hanya bercanda. Silahkan duduk." Aliana tampak terkekeh seraya menyimpan kembali pistolnya. Agent X mengerucutkan bibirnya dan mendengus kesal.

"Apa yang akan kita diskusikan lagi?" Tanya agent X seraya duduk di sofa sudut.

"Aku hanya ingin mengingatkanmu untuk selalu berhati-hati. Misi ini belum diketahui batas waktunya.
Jadi, aku tak mau kau melakukan kecerobohan hingga menimbulkan masalah. Jangan sampai misi ini gagal, OK?" Ujar Neo. Mata dibalik kacamatnya menatap agent X tajam.

"Ya, aku tahu. Tak perlu khawatir soal itu." Agent X balas menatap Neo tajam.

"Oh ya, ini adalah data-data yang berisikan biodatamu. Untuk informasi lebih detail tentang misi sudah kukirimkan ke laptopmu. Kau sudah pastikan membawanya kan?" Ujar Emily sambil memberikan sebuah map pada agent X. Agent X hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Di misi ini, namamu aslimu adalah Jordan Lucio sedangkan nama panggilanmu adalah Jordan. Kau adalah blesteran, ayahmu asli Indonesia dan ibumu asli Amerika. Lahir di Los Angeles, 1 September XXXX.Umur mu 17 tahun pendidikan terakhir bangku menengah atas."Anha menjelaskan sedikit dari map yang sedang diteliti oleh Agent X.


"Hmm.. boleh juga. Tapi, apa aku juga harus merubah watak dan sikapku?" agent X memiringkan sedikit kepalanya.

"Lebih baik begitu. Sifat aslimu agak kasar, ubahlah sedikit menjadi seorang yang periang atau semacamnya." Saran Frank.

"Tidak-tidak. Laki laki kasar sepertinya sangat tidak cocok menjadi lelaki periang. Akan terlihat menjijikkan." Oceh Benedith yang langsung mendapat hadiah lemparan bantal sofa dari agent X.

"Menjadi periang tak buruk. Tapi tak terlalu bagus juga. Menjadi periang akan membuatmu menonjol. Kita harus usahakan agar kau menjadi orang yang biasa-biasa saja." Ujar Edween.

"Bagaimana kalau kau bersikap seperti orang yang cuek saja. Bersikaplah seakan-akan kau tak perduli dengan sekelilingmu. Hal itu bisa membuatmu tak terlalu diperhatikan banyak orang." Emily mencetuskan idenya. Anggota team Radiant mangut-mangut setuju.

"Boleh. Tapi, jangan terlihat seakanakan kau angkuh dan sombong. Berikan sedikit senyum dan seringlah beramah-tamah dengan orang disekitarmu. Orang sana tak terlalu menyukai orang yang sombong." Sambung Anha. Wanita berusia 29 tahun itu memang berasal dari Indonesia. Tak heran jika misi konyol ini bisa ada di team Radiant.

"I see.." gumam agent X.

"Kau juga harus bersiap jika tiba tiba kami mengirim misi tambahan di selang misi ini. Itu kami lakukan agar kau tak terlalu bosan dengan misi yang tak memiliki batas waktu seperti ini. Kau tak masalah kan?" Kata Edween.

"Sebenarnya aku tak masalah. Tapi, tempat misi berlangsung tidak jauh dari Jakarta kan?" Sahut agent X yang diakhiri dengan pertanyaan.

"Tenang saja. Kami hanya akan memberimu misi tambahan yang posisinya tak keluar dari daerah Jakarta. Misi yang kami berikan pun hanya sebatas misi tingkat B sampai S." Jawab Edween.

"Oke, aku pasti akan laksanakan dengan baik. Well, masih ada yang ingin dibicarakan? Jam penerbanganku tinggal 1 jam lagi." Kata agent X seraya melihat jam tangan berwarna silvernya. Jam sudah menunjukkan pukul 13.00.

"Sebagai penutup, aku ingin menyarankanmu untuk selalu peka terhadap sekitar. Jangan sampai lengah. Kita masih belum tahu siapa yang akan kita hadapi di sana nanti.
Aku sangat percaya padamu. Karena itu, selesaikan misi ini dengan cepat dan kembalilah ke OSI dengan selamat." Kata Benedith. Senyum tulus tersungging dibibir tebalnya.

"Tumben kau berkata bijak, Ben? Tapi, yeah.. tentu saja. Aku akan mengingat saranmu. Dan.. kupastikan aku akan kembali dengan selamat. See you all.." agent X tersenyum sambil melambai ringan ke arah mereka.

"jaga dirimu, agent X.." seru Aliana.

"Jangan lupa untuk selalu mengecek laptopmu.." sambung Emily.

"Jadilah terkenal.. aku akan menjadi fans pertamamu.." lanjut Anha pula.

"Kami selalu mengawasimu dari sini. Kembalilah dengan kesuksesan.“ Ucapan terakhir Frank mengiringi langkah agent X dan Edween keluar dari ruang rapat team Radiant.

"Ayo, kita akan terlambat jika berlama-lama." Ujar Edween seraya melangkah lebar-lebar mendahului agent Me.

~~~~


Mereka berdua telah sampai di Bandara Internasional Los Angeles. Agent Xmenarik koper besarnya sambil menenteng ransel. Sedangkan Edween hanya berjalan santai di samping agent X sambil melirik waspada ke sekeliling.

Saat sampai di tempat pemeriksaan barang, dengan santai agent X meletakkan koper dan tas ranselnya. Ia pun melangkah ke alat pendeteksi benda berbahaya. Tak lama kemudian, mereka berdua melanjutkan langkah mereka tanpa masalah sedikitpun.

"Kau memasang apa di kopermu sehingga alarm tak berbunyi?" Tanya Edween. Ia menaikkan sebelah alisnya.

"Cih, kau seperti tak tau saja. Kau lebih senior dariku, Ed. Membawa koper berisi berbagai senjata tanpa ketahuan alat pendeteksi bukanlah hal yang istimewa." Sahut agent X datar.

"Oh ya, ngomong-ngomong, kau terlihat sangat tampan hari ini." Ujar Edween seraya tersenyum miring.

"Aku tahu. Hampir seluruh orang di OSI memujiku tampan. Kuharap, kau tak menyesal lahir sebagai pria karena seorang pria kecil sepertiku saja bisa terlihat sangat tampan." Balas agent X. Terdengar jelas ia sedang menyindir.

"Percaya diri sekali kau. Tentu saja aku lebih tampan dari pada dirimu. Aku ini pria Berotot. Bukan laki-laki Kemayu sepertimu." Kata Edween setengah jengkel.

"Oh. Terserahmu saja." Agent X membalas datar.

Mereka duduk di ruang tunggu. Mata agent X mengawasi sekitar. Ada lumayan banyak orang yang akan terbang ke Jakarta hari ini. Tak sedikit terlihat orang dengan wajah Asia di sekeliling.

"Aku baru sadar, kau tak membawa apapun ya, Ed?" Tanya agent X setelah agak lama mengawasi keadaan sekitar.

"Hmm.. ya. Aku kan hanya mengantarmu sampai di Jakarta saja. Setelah itu, aku akan langsung kembali ke LA. Banyak yang harus kuurus." Sahut Edween tanpa melihat ke arah agent X. Pandangannya terfokus pada satu titik di sudut ruang tunggu.

"Sepertinya, ada yang janggal. Kau menyadarinya kan?" Bisik agent X.

"Ya. Orang-orang Jepang di sudut sana itu.. aku curiga mereka akan melakukan sesuatu di penerbangan kita." Mata Edween sambil tetap mengawasi orang-orang berkulit putih di sudut ruang. Terlihat jelas jika orang orang itu adalah orang Jepang dari bahasa yang digunakan dan bentuk Iisik mereka yang khas.

"Kuharap, aku dapat mendarat dengan selamat ke Jakarta. Aku bahkan belum memulai misi, dan sudah ada hambatan pembuka?" Gumam agent X frustasi. Ia menghembuskan nafas jengah seraya menyenderkan diri ke punggung kursi.

Tak lama kemudian, pemberitahuan bahwa pesawat yang akan mereka naiki akan lepas landas terdengar. Agent X segera bangkit dari duduknya diikuti Edween.

"Siapkan senjatamu. Gunakan pistol jarak pendek yang selalu tepat sasaran. Pastikan pistol yang kau gunakan menggunakan sistem redam suara. Mereka sepertinya memang merencanakan sesuatu." Bisik Edween sangat pelan namun masih dapat didengar oleh agent X.

"Tapi, apa kita harus melawan mereka di dalam pesawat? Bukankah itu akan berbahaya bagi penumpang lain?" Tanya agent X.

"Kita tak dapat meringkus mereka saat ini juga karena kita belum tahu apa rencana mereka. Kita juga belum bisa memastikan mereka orang jahat atau hanya penumpang biasa. Aku akan mengabari gedung OSI untuk mencari informasi tentang mereka." Sahut Edween. Agent X mengangguk samar.

"Jangan gegabah. Jangan lakukan apapun sebelum kuperintahkan. Jika kau melakukan hal mencurigakan, kita akan berada di posisi berbahaya. Kita juga harus pastikan tak terlibat dalam illegal mission." Lanjut Edween.

"Baik. Aku mengerti." Balas agent X singkat.

"Dari pemeriksaan tiket, kita berpencar. Kau masuk terlebih dahulu dan aku akan menyusul. Perhatikan gerak-gerik orang-orang Jepang itu. Laporkan setiap kejanggalan yang kau temukan padaku lewat earphone. Aku akan mengawasi keadaan sambil menghubungi gedung OSI." Titah Edween. Agent X mengangguk paham.

Setelah itu, agent X melangkah terlebih dahulu ke tempat pemeriksaan tiket. Lalu, ia berjalan pelan mengikuti penumpang lain menuju pesawat yang telah terparkir.

Matanya terus mengawasi orang-orang Iepang yang berada sekitar 7 meter darinya.


"Ed, awalnya mereka berjumlah 7 orang. Tapi, setelah tempat pemeriksaan tiket, mereka berpencar. Saat ini aku sedang mengawasi 2 orang diantaranya." Agent X menekan tombol kecil di telinganya sambil melaporkan apa yang ia amati dengan suara sangat pelan.

"Tetap awasi. Saat ini aku juga sedang mengawasi 3 orang lainnya. Mereka berada sekitar 4 meter dibelakangmu. Berhati-hatilah." Sahut Edween dari earphone yang dikenakannya.

Agent X menghela nafas lalu melangkah lebih santai. Ia menarik koper besarnya dan menenteng ranselnya dengan gaya anak zaman sekarang.

"Anggap saja ini sebagai misi pembuka sebelum misi inti." Batin agent X seraya melangkah masuk ke dalam pesawat.

Quote:
Diubah oleh zufar14 08-12-2017 12:19
0