- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Sang Wakil Janji [TAMAT]
TS
dudatamvan88
Sang Wakil Janji [TAMAT]
TRILOGI
OTHER STORY OF BORNEO
SEASON III
Salam Para penghuni Jagad KASKUSTerutama Yang bermukim Di SubFor SFTH.
Hari ini saya akan menulis Season III dan yang akan menjadi akhir Dari Trilogi Other Story Of Borneo yang Telah ane tulis sebelumnya.
Mohon Kritik dan Saran Buat ane yang Nubie ini ya.
Oo iya.. Dimohon kepada pare reader agar mengikuti dan mematuhi aturan yang berlaku di SFTH dan ane ga mentolelir apapun bentuk keKEPOan yang berlebihan..
OTHER STORY OF BORNEO
SEASON III
Salam Para penghuni Jagad KASKUSTerutama Yang bermukim Di SubFor SFTH.
Hari ini saya akan menulis Season III dan yang akan menjadi akhir Dari Trilogi Other Story Of Borneo yang Telah ane tulis sebelumnya.
Mohon Kritik dan Saran Buat ane yang Nubie ini ya.
Oo iya.. Dimohon kepada pare reader agar mengikuti dan mematuhi aturan yang berlaku di SFTH dan ane ga mentolelir apapun bentuk keKEPOan yang berlebihan..
Quote:
Quote:
PROLOG
Semuanya mengerucut tepat di depan mataku seakan - akan aku adalah antagonis utamanya.
Aku benar - benar merasa menjadi orang yang salah yang berada ditempat yang salah hingga aku harus mengembalikan semua yang kubuang.
Apa memang harus seperti ini??
Semua yang kualami telah menyeretku dalam lingkaran rumit dan menjauh dari tujuan awalku saat berangkat ke pulau ini.
Aku hanya ingin membangun ulang hidupku dari nol. Tapi sekarang Aku sudah menantang orang yang jelas dan sangat jelas berada jauh diatasku.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku saat MATImenjadi salah satu pilihanya.
Saat semuanya terpampang dengan jelas di depan mataku. Saat aku mulai merasa mampu menghadapi segalanya yang telah menyeretku.
Tia. Lusi. Aku berjanji akan mengakhirinya tak lama lagi. Mungkin tak lama lagi pula aku akan bertemu kalian. Atau mungkin kalian harus menunggu lebih lama lagi untuk bertemu denganku.
Semuanya mengerucut tepat di depan mataku seakan - akan aku adalah antagonis utamanya.
Aku benar - benar merasa menjadi orang yang salah yang berada ditempat yang salah hingga aku harus mengembalikan semua yang kubuang.
Apa memang harus seperti ini??
Semua yang kualami telah menyeretku dalam lingkaran rumit dan menjauh dari tujuan awalku saat berangkat ke pulau ini.
Aku hanya ingin membangun ulang hidupku dari nol. Tapi sekarang Aku sudah menantang orang yang jelas dan sangat jelas berada jauh diatasku.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku saat MATImenjadi salah satu pilihanya.
Saat semuanya terpampang dengan jelas di depan mataku. Saat aku mulai merasa mampu menghadapi segalanya yang telah menyeretku.
Tia. Lusi. Aku berjanji akan mengakhirinya tak lama lagi. Mungkin tak lama lagi pula aku akan bertemu kalian. Atau mungkin kalian harus menunggu lebih lama lagi untuk bertemu denganku.
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh dipretelin 12-04-2018 08:07
dodolgarut134 dan 36 lainnya memberi reputasi
37
805.3K
3.2K
Thread Digembok
Tampilkan semua post
TS
dudatamvan88
#1
SIDE STORY
SESOSOK MAYAT DIRUMAH KOSONG
"Aiiiiiih.. Sialan maen kabur aja tu anak!!! Pasti ngelakuin yang aneh - aneh nih" gerutuku sambil memakai baju.
Aku sama sekali tidak menyangka jika indra akan terjebak lingkarang sepelik ini. Aaaakkkhhh. Harusnya tidak aku ajak dia kemari dari awal. Tapi?? Oh iya.
"Sial gw lupa bilang mimpi gw semalem.. Begoo banget sih gw" hujatku pada diriku sendiri.
Setelah beberapa kali menarik nafas dalam - dalam aku memutuskan untuk menemui pak dion. Dan memang sepertinya hanya pak dion yang bisa membantu saat ini. Tapi bagaimana dengan pekerjaanku?? Aaakkhh.. Aku bisa minta izin dulu malam ini. Aku sedikit lega saat melihat mobil pak dion terparkir di depan rumahnya yang menandakan berarti pak dion ada dirumah tapi ada yang aneh pada langit malam ini. Walaupun bintang dan bulan masih pada tempat yang semestinya tapi aku merasa akan ada hal buruk yang terjadi dan apa ada hubunganya dengan yang seharusnya dibuang indra pada mimpiku semalam?
"Assslamaualaikuum.. Paaaaak" ujarku sambil mengetuk pintu depan kediaman pak dion.
Hampir selama lima menit aku melakukanya hingga pak dion keluar dan membukakan pintu untukku. Tanpa menunggu apapun aku langsung memberondong pak dion dengan ceritaku. Semua yang kudengar dari indra dan mimpiku semalam. Pak dion terdiam sejenak setelah mendengarkan semua ocehanku.
"Kamu yakin yan??" ujar pak dion.
"Ga ada yang saya kurangin dan ga ada yang saya lebihin pak" jawabku tegas.
"Kenapa jadi begini ya?? Yaudah kamu ikut saya" ujar pak dion dengan mengambil kunci mobilnya yang terletak di atas meja ruang tamu.
"Ke.. Kemana pak??" ujarku bingung karena jika mengingat ajakan pak dion pasti akan berakhir buruk.
"Kerumah teman saya" jawabnya singkat.
Tak butuh waktu lama pak dion berkendara mengemudikan mobilnya hingga akhirnya kami berdua tiba dirumah teman yang dimaksudkan oleh pak dion. Di depan rumah itu berdiri seorang laki - laki yang kukenal. Dan tidak salah lagi dia adalah pria yang muncul secara tiba - tiba malam itu dan seingatku indra sempat memanggilnya dengan sebutan pak Sami. Tapi entah kenapa aku merasa seperti dia sudah tau akan kedanganku dan pak dion dan sengaja menunggu kami. Setelah kami turun dari mobil pak dion langsung berlari kecil menghampiri pak sami.
"Yan. Tunggu disini sebentar" ujar pak dion yang diajak masuk kedalam rumah oleh pak sami.
Sial. Padahal aku cukup penasaran dengan apa yang akan mereka bicarakan tapi malah diperintahkan menunggu di teras dengan lampu yang remang - remang ini. Entah apa yang mereka bicarakan tapi sepertinya penting dan mendesak. Tapi apa pak dion lupa jika keadaan teman bodohku saat ini juga sepetinya sedang mendesak. Sejenak pikiranku melayang mengingat saat pertama kali indra datang dan aku menjemputnya. Ada apa sebenarnya dengan manusia satu ini. Semenjak kedatanganya hingga saat ini aku seperti ditarik kedalam sebuah tim. Tim yang beranggotakan aku. Pak dion. Aji. Dan indra sebagai biang permasalahanya. Sepertinya akan cocok jika aku namai tim ini sebagai TPM (Tim Pencari Masalah).
"Kamu temenya indra kan??" ujar suara seorang perempuan mengejutkanku.
DEG
"Astagfirullah.. Mbaaak.. Ngagetin aja" jawabku dengan mengusap - usap dadaku.
Tak dapat kupungkiri. Tapi perempuan yang berdiri di hadapanku saat ini adalah wanita tercantik kedua yang pernah kutemui setelah ibuku tentunya.
"Aaaaakkkhhh.. Fokus.. Fokus.. Bentar lagi gw kawiiin" gumanku dalam hati.
"Ada apa yan?? Mau ketemu siapa??" ujarnya.
"Lho.. Heh.. Tau nama saya??" ujarku bingung
.
"indra sering cerita soal kamu" jawabnya dengan beranjak duduk di kursi yang ada di teras rumah ini. "Duduk yan" lanjutnya.
"Eh.. iya makasih.. Aku nganteri pak dion kesini. Dia masuk sama pak sami tadi. Tapi kalo boleh tau kamu siapa??" ujarku sedikit gugup.
"Oohh.. Pak dion.. Mau ada apa yaa ketemu bapak?? Oh iya kenalin. Aku ida" ujar perempuan itu dengan mengulurkan tanganya.
"Oooh.. Berati kamu anaknya pak sami yang .. " jawabku dengan terputus sambil menjabat tanganya.
"Yang apa??" tanya ida dengan raut wajah berubah serius.
"Engg.. Engga kok.. indra sering cerita soal kamu" jawabku dengan tertunduk malu. "njirr.. Gw ga tau kalo ni cewe mistis secakep ini.. Aaaakkhh fokus.. Fokuss" gerutuku dalam hati.
"Aku tinggal masuk dulu ya" ujar ida dengan beranjak meninggalkanku masuk kedalam rumah.
"ii.. iya" jawabku.
Tapi jika kulihat raut wajahnya saat masuk kedalam rumah seperti raut wajah seorang yang memikirkan masalah serius. Ah. Aku tak mau mengurusi urusan wanita. Tak beberapa lama kemudian pak dion dan pak sami keluar. Wajah pak dion terlihat sangat frustasi dan ketakutan.
"Kau ingat yon?? Ga ada lagi gegabah.. ini sudah keterlaluan" ujar pak sami.
"iya sam" jawab pak dion dengan tertunduk lesu. "Yan kamu bisa nelpon aji?? Biar saya yang ngomong" lanjut pak dion.
"ii.. iya pak" jawabku langsung mengeluarkan handphone.
Dari sependengaranku pak dion menyuruh aji kerumah pak yudi dan kemudian mengajaknya ke rumah pak dion. Oh sial. Sepertinya TPM (Tim Pencari Masalah) akan beraksi lagi malam ini. Menyesal juga rasanya aku membicarakan hal ini pada pak dion tadi. Tapi jika kuingat indra adalah temanku. Oohh tuhan. Penampakan mengerikan seperti apalagi yang menantiku malam ini??
"Ayo ndra.. Kita tunggu aji dirumah" ujar pak dion melangkah masuk me mobil.
Dari mulai saat tiba dirumahnya hingga entah sudah berapa menit berlalu pak dion sama sekali tidak berbicara apapun. sebenarnya aku ingin sekali menanyakan ada apa atau apa yang terjadi tapi raut wajah pak dion seakan menyiratkan bahwa "Jangan Berbicara Apapun Padaku". Sempat pula aku menghubungi rosa. Tapi dia juga sama sekali tidak tau apa yang terjadi karena sejak siang tadi indra sudah meninggalkan bengkel dan tidak memberi kabar apapun. Lalu sekarang aku hanya harus menunggu? Huft. Suara serangga malam yang saling bersahut - sahutan disekitar rumah pak dion dibuyarkan oleh suara motor yang berhenti di depan rumah ini. Sesaat kemudian aji dan pak yudi turun dan menghampiriku. Walaupun tidak familiar tapi aku mengenal pak yudi adalah bos indra saat bekerja di bengkel yang ada di daerah loktuan sebelum dia pindah ke negri antah berantah nan jauh disana. Tapi jika kukatakan antah berantah calon istriku pun berasal dari sana.
"Tadi indra sempet ketempat saya kok.. Dia bilang ada urusan penting.. Dia juga ga ngasih tau apa urusanya trus kemana dia" ujar pak yudi sedikit keras saat berbicara pada pak dion.
"Yasudah.. Masalah indra sekarang biar diurus sama teman saya.. Sami.. Sekarang kita ke tempat teman bapak.. Totok dalam bahaya" jawab pak dion.
Mendengar mereka berbicara dan sedikit membaca alur pembicaraan aku benar - benar dibuat bingung. Sebenarnya apa hubungan semua ini dengan mimpiku?? Tapi tunggu.. Jika pak totok dalam bahaya berarti dia akan dicelakai oleh istrinya sendiri.
"indra juga sempet ngasih tau saya pak.. Dalang semua ini namany mbak endah dan dia istrinya pak totok.. Dan mbak endah ini kakaknya kuyang waktu itu pak.. Satu lagi.. Waktu kecil indra pernah dirawat sama mereka" ujarku pelan.
Sontak mata ketiga orang yang ada didepanku langsung tertuju kearahku terutama aji yang memandangiku dengan pandangan sangat emosi.
"JADI INDRA UDAH TAU??" bentak aji padaku sambil mencengkram kerah bajuku.
"MASALAHMU APA??" balasku membentak dengan melepaskan tanganya dengan paksa dari kerah bajuku.
"Sudaah.. Ji.. Yan.. Cukup ga usah emosi!!" seru pak dion tegas.
Aku dan aji hanya bisa diam dan saling membuang muka. Tapi aku benar - benar tidak habis pikir dengan ulah aji. Sebenarnya ada masalah apa antara dia dan indra??
"Menurutmu gimana ji??" tanya pak dion pada aji yang sedang menggerutu.
"Pak totok kemungkinan besar ada di rumah yang malem itu kita datengi pak.. Rumah kuyang itu" ujar aji dengan memandang sinis kearahku.
"Totok bae - bae aja kan??" ujar pak yudi dengan nada gemetar.
"Semoga" jawab pak dion. "Ayo kita jalan sekarang" lanjut pak dion langsung beraanjak mengambil kunci mobilnya.
Ditemani keraguan aku mengikuti langkah mereka bertiga masuk kedalam mobil yang akan membawaku pada babak baru dari masalah yang akan mereka cari. Tak lama kemudian mobil pak dion berhenti di depan rumah yang dulu pernah kami datangi. Pak yudi nampak bingung dan ragu. Beberapa kali dia menanyakan kebenaran akan keselamatan pak totok dan hanya ada kata "semoga" yang terlontar dari mulut pak dion. Saat turun dari mobil aku memandangi area rumah ini. Tempat dimana dulu pak dion bersimpuh kepada mahluk hitam yang sangat tinggi. Tempat dimana pertama kali aku melihat dengan mata kepalaku sendiri jika mitos parang terbang itu nyata. Sedikit merinding aku dibuatnya hingga pak dion menepuk pundakku dan menyadarkanku dari lamunan.
"Ayo yan" ujar pak dion mengagetkanku.
"Kedalem pak??" tanyaku ragu.
Pak dion hanya menjawab dengan anggukan kepala dan mulai melangkah kedalam rumah gelap yang ada di hadapan kami. Beberapa saat sebelum kami masuk sebuah kendaraan yang dinaiki oleh penjaga malam kompleks perumahan ini berhenti dan memarkir dibelakang mobil pak dion dan jika tidak salah salah satu dari mereka bernama mas anto. Orang yang dulu menemani kami dimalam mencekam itu. Sejenak pak dion menjelaskan perihal yang terjadi dan hanya mendapat anggukan dari kedua penjaga itu.
Klleeek
Aji membuka pintu depan yang ternyata tak terkunci dan pemandangan yang terlihat di dalam adalah kegelapan. Suasana pengap menyambut saat aku dan yang lainya memasuki ruangan depan dengan diterangi oleh dua buah lampu senter yang dibawa oleh mas anto dan temanya.
"Bau darah pak" ujar pak yudi yang langsung menelusuri ruangan demi ruangan tanpa menunggu kami.
"Yud. Hati - hati" ujar pak dion dengan mengikutinya.
Aku dan teman mas anto sedangkan aji dengan mas anto. Kami saling berpencar untuk mencari pak totok.
"TOOOOOOKKKKKKKKK" teriak pak yudi dari salah satu ruangan.
Sontak kami semua langsung berlari ke arah suara itu dan pemandangan mengerikan terpampang di hadapanku. Pak yudi sedang mengguncang - guncangkan sesosok tubuh tak bernyawa dengan luka bekas sayatan pisau besar di bagian lehernya.
"Kita panggil polisi sekarang" ujar teman mas anto yang langsung ditahan oleh pak dion.
Entah apa yang disampaikan pak dion pada laki - laki itu tapi dia seperti langsung terdiam saat mendengar penjelasan pak dion. Ditengah histeria kesedihan yang dialami pak yudi pak dion mencoba menenangkanya dengan segala penjelasan walaupun tangis histeris masih tetap terdengar dari mulut pak yudi. Satu hal yang aku ketahui saat ini. Pelaku dari semua ini benar - benar biadap dan tidak bisa dimaafkan.
"Pak.. Maaf.. Indra gimana??" tanyaku pada pak dion.
"Dia sudah diurus sama teman saya yang tadi.. Sekarang kita beresi dulu disini" jawab pak dion dengan membangunkan pak yudi dari duduknya.
"Kamu liat aji yan??" tanya pak dion padaku saat kami mengangkat mayat pak totok yang telah dibungkus oleh kain yang dibawa oleh pak dion.
"Engga pak" jawabku bingung sambil melihat ke sekitar.
Pak yudi tidak merespon apapun dari obrolan kami. Yang dia tau sekarang hanyalah teman baiknya telah mati dengen mengenaskan. Entah bagaimana menenangkanya. Aku benar - benar tak tau apa yang harus aku katakan untuk menenangkanya. Satu masalah belum selesai. Kini aji sudah membuat masalah baru bahkan setelah dicari kedalam dan disekitar rumah ini dengan dibantu oleh mas anto dan temanya aji benar - benar menghilang bagai ditelan bumi.
"Gimana pak?? Saya telpon juga ga aktif nomernya" ujarku mulai putus asa.
"Haaaaaaaalllaaaah.. Yasudah.. Kita urusi totok sama yudi dulu.. Dia bisa pulang sendiri" ujar pak dion emosi.
"Aji ga mungkin purik tanpa alasan. Ada apa sih sebenernya ama lu jii.." gumanku dalam hati dengan mengikuti langkah pak dion masuk ke dalam mobil.
"Aiiiiiih.. Sialan maen kabur aja tu anak!!! Pasti ngelakuin yang aneh - aneh nih" gerutuku sambil memakai baju.
Aku sama sekali tidak menyangka jika indra akan terjebak lingkarang sepelik ini. Aaaakkkhhh. Harusnya tidak aku ajak dia kemari dari awal. Tapi?? Oh iya.
"Sial gw lupa bilang mimpi gw semalem.. Begoo banget sih gw" hujatku pada diriku sendiri.
Setelah beberapa kali menarik nafas dalam - dalam aku memutuskan untuk menemui pak dion. Dan memang sepertinya hanya pak dion yang bisa membantu saat ini. Tapi bagaimana dengan pekerjaanku?? Aaakkhh.. Aku bisa minta izin dulu malam ini. Aku sedikit lega saat melihat mobil pak dion terparkir di depan rumahnya yang menandakan berarti pak dion ada dirumah tapi ada yang aneh pada langit malam ini. Walaupun bintang dan bulan masih pada tempat yang semestinya tapi aku merasa akan ada hal buruk yang terjadi dan apa ada hubunganya dengan yang seharusnya dibuang indra pada mimpiku semalam?
"Assslamaualaikuum.. Paaaaak" ujarku sambil mengetuk pintu depan kediaman pak dion.
Hampir selama lima menit aku melakukanya hingga pak dion keluar dan membukakan pintu untukku. Tanpa menunggu apapun aku langsung memberondong pak dion dengan ceritaku. Semua yang kudengar dari indra dan mimpiku semalam. Pak dion terdiam sejenak setelah mendengarkan semua ocehanku.
"Kamu yakin yan??" ujar pak dion.
"Ga ada yang saya kurangin dan ga ada yang saya lebihin pak" jawabku tegas.
"Kenapa jadi begini ya?? Yaudah kamu ikut saya" ujar pak dion dengan mengambil kunci mobilnya yang terletak di atas meja ruang tamu.
"Ke.. Kemana pak??" ujarku bingung karena jika mengingat ajakan pak dion pasti akan berakhir buruk.
"Kerumah teman saya" jawabnya singkat.
Tak butuh waktu lama pak dion berkendara mengemudikan mobilnya hingga akhirnya kami berdua tiba dirumah teman yang dimaksudkan oleh pak dion. Di depan rumah itu berdiri seorang laki - laki yang kukenal. Dan tidak salah lagi dia adalah pria yang muncul secara tiba - tiba malam itu dan seingatku indra sempat memanggilnya dengan sebutan pak Sami. Tapi entah kenapa aku merasa seperti dia sudah tau akan kedanganku dan pak dion dan sengaja menunggu kami. Setelah kami turun dari mobil pak dion langsung berlari kecil menghampiri pak sami.
"Yan. Tunggu disini sebentar" ujar pak dion yang diajak masuk kedalam rumah oleh pak sami.
Sial. Padahal aku cukup penasaran dengan apa yang akan mereka bicarakan tapi malah diperintahkan menunggu di teras dengan lampu yang remang - remang ini. Entah apa yang mereka bicarakan tapi sepertinya penting dan mendesak. Tapi apa pak dion lupa jika keadaan teman bodohku saat ini juga sepetinya sedang mendesak. Sejenak pikiranku melayang mengingat saat pertama kali indra datang dan aku menjemputnya. Ada apa sebenarnya dengan manusia satu ini. Semenjak kedatanganya hingga saat ini aku seperti ditarik kedalam sebuah tim. Tim yang beranggotakan aku. Pak dion. Aji. Dan indra sebagai biang permasalahanya. Sepertinya akan cocok jika aku namai tim ini sebagai TPM (Tim Pencari Masalah).
"Kamu temenya indra kan??" ujar suara seorang perempuan mengejutkanku.
DEG
"Astagfirullah.. Mbaaak.. Ngagetin aja" jawabku dengan mengusap - usap dadaku.
Tak dapat kupungkiri. Tapi perempuan yang berdiri di hadapanku saat ini adalah wanita tercantik kedua yang pernah kutemui setelah ibuku tentunya.
"Aaaaakkkhhh.. Fokus.. Fokus.. Bentar lagi gw kawiiin" gumanku dalam hati.
"Ada apa yan?? Mau ketemu siapa??" ujarnya.
"Lho.. Heh.. Tau nama saya??" ujarku bingung
.
"indra sering cerita soal kamu" jawabnya dengan beranjak duduk di kursi yang ada di teras rumah ini. "Duduk yan" lanjutnya.
"Eh.. iya makasih.. Aku nganteri pak dion kesini. Dia masuk sama pak sami tadi. Tapi kalo boleh tau kamu siapa??" ujarku sedikit gugup.
"Oohh.. Pak dion.. Mau ada apa yaa ketemu bapak?? Oh iya kenalin. Aku ida" ujar perempuan itu dengan mengulurkan tanganya.
"Oooh.. Berati kamu anaknya pak sami yang .. " jawabku dengan terputus sambil menjabat tanganya.
"Yang apa??" tanya ida dengan raut wajah berubah serius.
"Engg.. Engga kok.. indra sering cerita soal kamu" jawabku dengan tertunduk malu. "njirr.. Gw ga tau kalo ni cewe mistis secakep ini.. Aaaakkhh fokus.. Fokuss" gerutuku dalam hati.
"Aku tinggal masuk dulu ya" ujar ida dengan beranjak meninggalkanku masuk kedalam rumah.
"ii.. iya" jawabku.
Tapi jika kulihat raut wajahnya saat masuk kedalam rumah seperti raut wajah seorang yang memikirkan masalah serius. Ah. Aku tak mau mengurusi urusan wanita. Tak beberapa lama kemudian pak dion dan pak sami keluar. Wajah pak dion terlihat sangat frustasi dan ketakutan.
"Kau ingat yon?? Ga ada lagi gegabah.. ini sudah keterlaluan" ujar pak sami.
"iya sam" jawab pak dion dengan tertunduk lesu. "Yan kamu bisa nelpon aji?? Biar saya yang ngomong" lanjut pak dion.
"ii.. iya pak" jawabku langsung mengeluarkan handphone.
Dari sependengaranku pak dion menyuruh aji kerumah pak yudi dan kemudian mengajaknya ke rumah pak dion. Oh sial. Sepertinya TPM (Tim Pencari Masalah) akan beraksi lagi malam ini. Menyesal juga rasanya aku membicarakan hal ini pada pak dion tadi. Tapi jika kuingat indra adalah temanku. Oohh tuhan. Penampakan mengerikan seperti apalagi yang menantiku malam ini??
"Ayo ndra.. Kita tunggu aji dirumah" ujar pak dion melangkah masuk me mobil.
Dari mulai saat tiba dirumahnya hingga entah sudah berapa menit berlalu pak dion sama sekali tidak berbicara apapun. sebenarnya aku ingin sekali menanyakan ada apa atau apa yang terjadi tapi raut wajah pak dion seakan menyiratkan bahwa "Jangan Berbicara Apapun Padaku". Sempat pula aku menghubungi rosa. Tapi dia juga sama sekali tidak tau apa yang terjadi karena sejak siang tadi indra sudah meninggalkan bengkel dan tidak memberi kabar apapun. Lalu sekarang aku hanya harus menunggu? Huft. Suara serangga malam yang saling bersahut - sahutan disekitar rumah pak dion dibuyarkan oleh suara motor yang berhenti di depan rumah ini. Sesaat kemudian aji dan pak yudi turun dan menghampiriku. Walaupun tidak familiar tapi aku mengenal pak yudi adalah bos indra saat bekerja di bengkel yang ada di daerah loktuan sebelum dia pindah ke negri antah berantah nan jauh disana. Tapi jika kukatakan antah berantah calon istriku pun berasal dari sana.
"Tadi indra sempet ketempat saya kok.. Dia bilang ada urusan penting.. Dia juga ga ngasih tau apa urusanya trus kemana dia" ujar pak yudi sedikit keras saat berbicara pada pak dion.
"Yasudah.. Masalah indra sekarang biar diurus sama teman saya.. Sami.. Sekarang kita ke tempat teman bapak.. Totok dalam bahaya" jawab pak dion.
Mendengar mereka berbicara dan sedikit membaca alur pembicaraan aku benar - benar dibuat bingung. Sebenarnya apa hubungan semua ini dengan mimpiku?? Tapi tunggu.. Jika pak totok dalam bahaya berarti dia akan dicelakai oleh istrinya sendiri.
"indra juga sempet ngasih tau saya pak.. Dalang semua ini namany mbak endah dan dia istrinya pak totok.. Dan mbak endah ini kakaknya kuyang waktu itu pak.. Satu lagi.. Waktu kecil indra pernah dirawat sama mereka" ujarku pelan.
Sontak mata ketiga orang yang ada didepanku langsung tertuju kearahku terutama aji yang memandangiku dengan pandangan sangat emosi.
"JADI INDRA UDAH TAU??" bentak aji padaku sambil mencengkram kerah bajuku.
"MASALAHMU APA??" balasku membentak dengan melepaskan tanganya dengan paksa dari kerah bajuku.
"Sudaah.. Ji.. Yan.. Cukup ga usah emosi!!" seru pak dion tegas.
Aku dan aji hanya bisa diam dan saling membuang muka. Tapi aku benar - benar tidak habis pikir dengan ulah aji. Sebenarnya ada masalah apa antara dia dan indra??
"Menurutmu gimana ji??" tanya pak dion pada aji yang sedang menggerutu.
"Pak totok kemungkinan besar ada di rumah yang malem itu kita datengi pak.. Rumah kuyang itu" ujar aji dengan memandang sinis kearahku.
"Totok bae - bae aja kan??" ujar pak yudi dengan nada gemetar.
"Semoga" jawab pak dion. "Ayo kita jalan sekarang" lanjut pak dion langsung beraanjak mengambil kunci mobilnya.
Ditemani keraguan aku mengikuti langkah mereka bertiga masuk kedalam mobil yang akan membawaku pada babak baru dari masalah yang akan mereka cari. Tak lama kemudian mobil pak dion berhenti di depan rumah yang dulu pernah kami datangi. Pak yudi nampak bingung dan ragu. Beberapa kali dia menanyakan kebenaran akan keselamatan pak totok dan hanya ada kata "semoga" yang terlontar dari mulut pak dion. Saat turun dari mobil aku memandangi area rumah ini. Tempat dimana dulu pak dion bersimpuh kepada mahluk hitam yang sangat tinggi. Tempat dimana pertama kali aku melihat dengan mata kepalaku sendiri jika mitos parang terbang itu nyata. Sedikit merinding aku dibuatnya hingga pak dion menepuk pundakku dan menyadarkanku dari lamunan.
"Ayo yan" ujar pak dion mengagetkanku.
"Kedalem pak??" tanyaku ragu.
Pak dion hanya menjawab dengan anggukan kepala dan mulai melangkah kedalam rumah gelap yang ada di hadapan kami. Beberapa saat sebelum kami masuk sebuah kendaraan yang dinaiki oleh penjaga malam kompleks perumahan ini berhenti dan memarkir dibelakang mobil pak dion dan jika tidak salah salah satu dari mereka bernama mas anto. Orang yang dulu menemani kami dimalam mencekam itu. Sejenak pak dion menjelaskan perihal yang terjadi dan hanya mendapat anggukan dari kedua penjaga itu.
Klleeek
Aji membuka pintu depan yang ternyata tak terkunci dan pemandangan yang terlihat di dalam adalah kegelapan. Suasana pengap menyambut saat aku dan yang lainya memasuki ruangan depan dengan diterangi oleh dua buah lampu senter yang dibawa oleh mas anto dan temanya.
"Bau darah pak" ujar pak yudi yang langsung menelusuri ruangan demi ruangan tanpa menunggu kami.
"Yud. Hati - hati" ujar pak dion dengan mengikutinya.
Aku dan teman mas anto sedangkan aji dengan mas anto. Kami saling berpencar untuk mencari pak totok.
"TOOOOOOKKKKKKKKK" teriak pak yudi dari salah satu ruangan.
Sontak kami semua langsung berlari ke arah suara itu dan pemandangan mengerikan terpampang di hadapanku. Pak yudi sedang mengguncang - guncangkan sesosok tubuh tak bernyawa dengan luka bekas sayatan pisau besar di bagian lehernya.
"Kita panggil polisi sekarang" ujar teman mas anto yang langsung ditahan oleh pak dion.
Entah apa yang disampaikan pak dion pada laki - laki itu tapi dia seperti langsung terdiam saat mendengar penjelasan pak dion. Ditengah histeria kesedihan yang dialami pak yudi pak dion mencoba menenangkanya dengan segala penjelasan walaupun tangis histeris masih tetap terdengar dari mulut pak yudi. Satu hal yang aku ketahui saat ini. Pelaku dari semua ini benar - benar biadap dan tidak bisa dimaafkan.
"Pak.. Maaf.. Indra gimana??" tanyaku pada pak dion.
"Dia sudah diurus sama teman saya yang tadi.. Sekarang kita beresi dulu disini" jawab pak dion dengan membangunkan pak yudi dari duduknya.
"Kamu liat aji yan??" tanya pak dion padaku saat kami mengangkat mayat pak totok yang telah dibungkus oleh kain yang dibawa oleh pak dion.
"Engga pak" jawabku bingung sambil melihat ke sekitar.
Pak yudi tidak merespon apapun dari obrolan kami. Yang dia tau sekarang hanyalah teman baiknya telah mati dengen mengenaskan. Entah bagaimana menenangkanya. Aku benar - benar tak tau apa yang harus aku katakan untuk menenangkanya. Satu masalah belum selesai. Kini aji sudah membuat masalah baru bahkan setelah dicari kedalam dan disekitar rumah ini dengan dibantu oleh mas anto dan temanya aji benar - benar menghilang bagai ditelan bumi.
"Gimana pak?? Saya telpon juga ga aktif nomernya" ujarku mulai putus asa.
"Haaaaaaaalllaaaah.. Yasudah.. Kita urusi totok sama yudi dulu.. Dia bisa pulang sendiri" ujar pak dion emosi.
"Aji ga mungkin purik tanpa alasan. Ada apa sih sebenernya ama lu jii.." gumanku dalam hati dengan mengikuti langkah pak dion masuk ke dalam mobil.
Diubah oleh dudatamvan88 30-12-2017 02:38
dodolgarut134 dan 12 lainnya memberi reputasi
13