"mas cepetan" teriakku pada mas fadil yang masih sibuk merapikan seragam kerjanya itu.
Lima menit kemudian keluarlah mas fadil dan aku pun berangkat ke sekolah.
Di pertengahan jalan menuju gapura desa mas fadil melihat banyak orang berkerumun di sawah salah satu warga, dan ia pun memghentikan motornya.
"mas kok berhenti sih? Nanti aku telat" gerutuku kemudian mas fadil menyuruhku untuk turun dari motor
"itu kenapa kok rame-rame?" mas fadil mendekati kerumunan orang itu , aku kemudian mengikutinya dengan muka masam karena aku takut telat sampai di sekolah.
"ada apa pak?" tanya mas fadil pada pak burhan pemilik sawah itu
"anu dil, ini ada mayat tapi wajahnya sudah gakbisa dikenali lagi" jawab pak burhan sembari menutupi hidungnya karena tercium bau busuk yang menyengat dari mayat tersebut
Mas fadil kemudian menelpon bapak dan meminta agar bapak segera datang ke tempat ini secepatnya.
Karena aku terus mengeluh untuk diantar ke sekolah dengan terpaksa mas fadil mengantarkanku bahkan sampai ke depan gerbang sekolah, biasanya aku hanya di antar sampai perempatan kecamatan untuk naik angkot tapi mas fadil malah mengantarkanku sampai sekolah.
Sepulang sekolah aku mulai membahas tentang mayat seseorang disawah pak burhan.
"buk tadi pagi itu jenazahnya siapa ya yang ditemukan warga?" tanyaku pada ibu
"hana nduk, kasihan dia. Tadi pagi kabarnya hilang eehh malah ketemunya udah jadi jenazah" ujar ibu
"katanya udah seminggu ya buk hilangnya?" aku kepo
"iya udah semingguan, makannya mayatnya sampai gakbisa dikenali" jawab ibu
"kok bisa ya buk baru ketemu sekarang kalo almarhumah udah meninggal semingguan yang lalu" aku masih mencari informasi kematian misterius mbak hana dari ibu
"katanya sih dibawa makhluk halus gitu loh nduk, tapi ya ndak usah dipercaya omongan orang. Mungkin mayatnya mbak hana ketutupan lumpur sawah jadi gak kelihatan, wong ketemunya pas pak burhan lagi nyangkul" ibu memintaku agar tidak mempercayai omongan orang lain akan fitnah tentang mbak hana
"apa gara-gara mbak hana pakai susuk itu ya buk, makannya mayatnya gak kelihatan? Kan kabarnya almarhum pas semasa hidupnya dulu pakai susuk" tanyaku pada ibu yang mulai jengah
"Astaghfirullahaldzim sampean gak boleh gitu nduk, dosa loh fitnah orang yang sudah meninggal. Sampean doakan saja semoga amal ibadah mbak hana diterima disisi Allah" kata ibu kemudian ia beranjak sholat ashar.
Jam 8 malam, aku melihat bapak sedang sibuk membantu mengurusi malasah kematian mbak hana.
"mas kasihan ya mbak hana" kataku
"makannya dek selama di dunia gak usah aneh-aneh, yang beriman sama Allah saja udah cukup" sahut mas fadil
"emangnya mbak hana gak beriman gitu? Wong tak lihat sholatnya aja rajin banget" aku memberikan opini tentang masa hidup mbak hana
"ya hati orang siapa yang tau, makannya sampean hati-hati saja jangan sampai terlena nafsu duniawi. Cinta sama yang pencipta itu yang abadi, gak usah sampai masang apa-apa di tubuh biar dicintai sama sesama manusia" mas fadil mulai menceramahiku
"yaelah mas, gak mungkin juga aku ngelakuin kayak gitu. Sampean juga gak boleh suudzon sama orang kalo belum tau kebenarannya, wong itu cuma kabar-kabarnya aja kok kalau mbak hana pakek susuk" jawabku memarahi mas fadil agar tidak suudzon dengan mbak hana.