Beberapa bulan kemudian orangtua herlina mengunjungi pesantren tempat herlina belajar karena mereka cemas saat melihat teman-teman sebayanya mulai pulang untuk berlibur sedangkan dia tidak terlihat batang hidungnya.
Ayah dari herlina bertanya kepada salah satu pengurus apakah anaknya yang bernama herlina itu masih berada didalam area pesantren tetapi tidak ada jawaban sama sekali dari mereka.
Hingga akhirnya kedua orangtua herlina geram dan kemudian merusak segala yang ada disana lalu Para pengurus itu mulai membuka mulut dan berkata bahwa herlina sudah kabur karena mencuri benda milik kiyai.
Orangtua herlina bagai tersambar petir , mereka tidak percaya bahkan menganggap pengurus itu hanya beromong kosong.
Setelah berpamitan pulang ternyata orangtua herlina mencari keberadaan anaknya di lingkungan pesantren tanpa diketahui oleh penghuni disana.
Hingga berhentilah mereka disebuah pohon besar yang berbau harum.
Karena ikatan batin yang sangat kuat, kedua orangtua herlina langsung menggali bagian bawah pohon itu dan betapa kagetnya mengetahui anak semata wayangnya itu telah tiada dengan tubuh yang dipenuhi akar yang tumbuh dari cincin milik kyai.
Mereka berdua menangis lalu menutup lagi bekas galian dan membawa mayat anaknya yang masih utuh itu pergi dari sana.
Mereka masih tidak percaya anaknya harus pergi tanpa mereka ketahui dengan cara se tragis itu.
Karena kesal akhirnya orangtua herlina membalaskan dendam anaknya itu dengan meminta bantuan dukun untuk menghidupkan anaknya seperti semula.
Dukun itupun mengabulkan permintaan orangtua herlina.
Namun tubuh herlina saja yang hidup karena roh nya telah hilang digantikan oleh roh jahat yang akan menghancurkan pesantren itu.
Herlina dengan roh yang berbeda kembali terlihat seperti sedia kala, kedua orangtuanya pun sangat senang kemudian meminta anaknya itu untuk kembali ke pesantren dan menghancurkan orang-orang yang telah berlaku buruk padanya.
Beberapa minggu kemudian, herlina kembali ke pesantren namun anehnya tak ada seorangpun mengetahui bahwa sebenarnya dia telah meninggal dengan kepercayaan bahwa ia dulu kabur.
Herlina mengembalikan cincin milik kyai nya tanpa meminta maaf atau berkata apapun, mereka berfikir herlina tidak akan mengulangi kesalahannya dulu dengan berubah menjadi pendiam.
Teman sekamar herlina merasa heran karena ia terlihat pucat pasi , tidak seperti dulu. Mereka juga penasaran kenapa herlina selalu pergi keluar ketika malam.
Pernah suatu ketika mereka mengikuti herlina tetapi karena bukan roh dari manusia maka ia berpura-pura sholat malam, dan membuat teman-temannya itu percaya.
Suatu malam di hari jum'at kliwon, herlina pergi keluar dan mengambil sandal dari orang yang pernah mencelakainya namun hanya sebelah saja.
Keesokan harinya ketika orang itu menyadari sandalnya hilang sebelah, ia pun langsung sakit keras hingga harus menemui ajal dan herlina memindahkan jasad nya kedalam lubang yang dulu pernah jasadnya tempati.
Kejadian ini terjadi berkali-kali sepanjang jum'at kliwon hingga membuat seluruh pesantren resah akan keselamatan nyawanya, hingga banyak santri yang 'boyong' dari pesantren.
Kyai pun turun tangan dan mencari tau sendiri akar dari masalah ini.
Di satu malam jum'at kliwon beliau bersembunyi di suatu tempat menunggu si penjemput ajal santrinya itu datang.
Betapa terkejutnya kyai saat tau yang ia cari adalah herlina, tetapi saat beliau mengetahui jika itu bukanlah sosok herlina yang sesungguhnya kyai pun langsung memberikan perlawanan kepada jin jahat yang ada didalam tubuh gadis yang malang itu.
Kyai sempat terluka ketika jin itu mengamuk agar tidak diusir dari tubuh herlina, namun atas bantuan dari ALLAH SWT kyai pun akhirnya menang walaupun ia harus menahan sakit.
Kyai meminta maaf atas kejadian yang dialami herlina dan mengubur jasad herlina sesuai dengan syariat islam begitupun jasad-jasad lain yang ditemukan di lubang septi tank.
Kedua orangtua herlina menerima permintaan maaf pak kyai dan mengikhlaskan segala yang terjadi.
Pesantren pun kembali normal namun kisah ini tetap abadi bagi santri-santri disana.

Dari kisah ini kita dapat mengambil hikmah bahwa menghargai usaha orang lain itu sangatlah perlu, tidak perlu mencela jika ia salah cukup ingatkan dengan nasehat yang lebih membangun kepercayaan dirinya agar ia bisa menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.
----------------------TAMAT-------------------------