imnotinthemoodAvatar border
TS
imnotinthemood
Curhatan Seorang Kakak
Hanya sekedar menuliskan uneg-uneg yang ada di pikiran terhadap salah satu PTN (Perguruan Tinggi Negeri) di Bandung. Ingin rasanya ku mengadu, namun orang tuaku sudah pasrah, mereka hanya bilang setiap hal itu pasti sudah dipertimbangkan oleh Allah SWT. Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan dan sebaliknya. Aku mengerti hukum itu, Allah tidak akan tinggal diam apabila hambanya didzalimi. Tapi sebelum aku menghakimi beberapa pihak, aku akan sedikit bercerita.

Aku hanya seorang kakak, yang bersedih melihat adiknya yang tak kunjung lulus. Sebut saja Lee. Aku sangat menyayangkan nilai Lee yang menurutku bagus dengan IPK 3,2 dibandingkan aku yg lulus hanya dengan IPK 3 pas. Lee berkuliah jurusan hukum internasional di Bandung dan tepat 4 tahun di bawahku. Tahun ini adalah batas akhir ia lulus, namun terakhir kali ia di kampus, ada nilainya yang katanya berubah dari K menjadi E, maka ia harus mengulang mata kuliah tsb, itu pun karena salah satu asistennya yang tidak menerima tugas yg dikumpulkannya (entahlah ini pembelaan darinya atau bukan). Kupikir dosen-dosen disana sudah mempertimbangkan hal tersebut. Jadi kubiarkan saja.

Hingga pada suatu hari orang tuaku terus bertanya kepadaku dan memintaku untuk menghubungi dosennya. Aku hubungi dosennya namun tak kunjung dibalas. Tipe dosen di tempat kuliahnya sangat berbeda dengan dosen di tempat kuliahku. Entahlah aku merasa tidak ada penghargaan sama sekali kepada orang tua wali, mungkin itu hanya perasaanku saja. Kami pun bersama-sama menemui dosennya yang tadinya dosen yg kami temui adalah dosen B, lalu berubah dengan A kemudian C.

Oya, sebelumnya adikku telah menjalani proses bimbingan skripsi. Berbekal judul skripsi yang dimilikinya, ia diberikan dua dosen pembimbing, sebut saja Po dan Ki. Disinilah letak permasalahan awal menurutku. Adikku merasa tidak digubris oleh Po, karena tidak ada koreksian sedikitpun terhadap usulan yg diberikannya. Dan aku mengakui disitu adikku salah karena memasukkannya terlalu dalam ke hati. Hingga ia malas mengerjakan skripsi dan pada akhirnya membatalkan judul skripsinya dan memasukkan judul yang baru. Judul skripsinya pun didiskusikan terlebih dahulu denganku, sembari berpikir mengenai kemudahan dalam pengambilan data. Namun judul skripsi tersebut tak kunjung disetujui, ia pun menghadap dosen C. Dosen C malah menyuruhnya untuk kuliah lagi, karena ada mata kuliah yang menurutnya nilainya E. yang tadinya K atau T. Lupa saya.

Kurang lebih begitulah latar belakang awalnya. Setelah beberapa lama, orang tuaku memintaku menemani mereka untuk menemui dosen adikku, bersama adikku tentunya. Di kali pertama dosen A menyambut dengan hangat, berjanji bahwa akan membantu bla bla bla. Lalu datanglah dosen Po yang mengajak bicara dosen A, dan secara lantang mengatakan dy (merujuk ke adikku) udah ga datang 2 tahun, lalu mengatakan bahwa adikku ada masalah keluarga sehingga "sakit" atau stress. Dan saat itu, aku sungguh ingin merobek mulut dosen tersebut (hanya kekesalan semata). Dosen B pun yang tadinya kooperatif mengatakan hal yang sama, dan semua info itu didapatkan dari dosen Po. Begitupula dengan dosen C.

Bagiku itu sangat menyakitkan, melihat orang tuaku yang hanya bisa menangis, sedang dosen-dosen tersebut seolah tidak peduli. Dan ketika ditanya soal pengunduran diri, barulah mereka semangat. Terutama ketika menemui dosen C. Entahlah, aku melihat ciri-ciri keimanan yang kuat di dirinya, namun sopan santun terhadap orang tua tak dimilikinya. Aku tidak suka caranya berbicara dengan orang tuaku dan adikku, seperti polisi sedang menginterogasi penjahat. Apakah seperti itu sikap seorang dosen? Bukankah perguruan tinggi adalah tempat dimana jati diri seseorang terbentuk secara dewasa? Atau hanya tempat belajar mengajar untuk mendapatkan gelar semata? Entahlah, mungkin definisi mereka berbeda denganku.

Dosen C tersebut setiap kali kutanyakan lalu bagaimana? Apakah 3 bulan cukup untuk menyelesaikan skripsi? Ia menjawab, saya tidak yakin kalau anaknya seperti ini. Seperti ini? Ia menanyai adikku seperti penjahat dan ia katakan seperti ini. Entahlah menurutku itu tidak adil dan tidak menunjukkan itikad baik sama sekali. Setelah itu adikku pun tidak mau lagi melanjutkan kuliahnya di PTN tersebut dan memutuskan untuk pindah. Kami pun berusaha untuk mengurus kepindahannya. Ia tidak bisa pindah di PTN lain karena terpentok angkatan. Dan ketika ke swasta, ternyata statusnya masih menjadi mahasiswa PTN sebelumnya walaupun ia sudah memberikan surat pengunduran diri.

Aku sedih bingung dan tak tahu harus bagaimana. Ingin rasanya kuteriaki dosen-dosen tersebut bahwa mereka tak pantas menjadi dosen, namun ada bagian kesalahan adikku juga disitu. Tapi apa sekejam ini cara mendidik di PTN tersebut? Tak sama dengan awalnya yang meminta uang cukup banyak sebagai subsidi silang.

Pada akhirnya aku hanya bisa meratapi nasib adikku, sambil mencari universitas lain yang mau menerimanya. Aku tak mampu lagi memarahi adikku karena aku pun pilu melihatnya.



Diubah oleh imnotinthemood 20-06-2017 13:26
0
2.8K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
archaengelaAvatar border
archaengela
#8
Quote:


Kalau sudah mengundurkan diri, berarti akan dapat surat keterangan dari universitas. Biasanya disertai daftar nilai mata kuliah yang dah lulus. Jadi kalau pindah ke universitas lain dengan jurusan yang sama atau beda, bisa dicek mata kuliah yang dah tempuh dan biasanya ada kesetaraan mata kuliah. Jadi yang dah pernah tempuh dan lulus ga usah tempuh lagi.

Untuk nilai T atau K memang akan berubah jadi E kalau komponen nilai yang kurang ga dilengkapi sampai batas akhir pengumpulan nilai. Dari ceeita ente, adik ente 2 tahun (4 semester) tidak menghadiri perkuliahan. Itu cuti atau ga ada keterangan sama sekali? Kalau cuti pun setau ane ga bisa 2 semester berturut2, apalagi sampai 4 semester. Kalau tanpa keterangan sama sekali, berarti dianggap bolos.

Setiap institusi punya aturan tersendiri, jadi harus dimengerti dan diikuti. Setau ane ada universitas yang bolos 2 semester berturut2 tanpa keterangan berarti dianggap mengundurkan diri. Di sini letak kesalahan fatal adik ente.

Kalau hanya nilai kurang saja, biasanya masih diberi kesempatan mengulang untuk memperbaiki nilai. Masalahnya ini 4 semester ga hadir lho.

Baiknya temui dosen wali atau ketua jurusan. Kalau sudah mentok, temui dekan fakultas untuk minta keringanan.
0