- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Sang Perantau
TS
bisulmerekah
Sang Perantau
Hola gan, salam kenal buat agan yang ganteng dan sista yan cuantik. Ane bermaksud untuk menceritakan kisah seorang pemuda di negeri orang (cuma istilah, ceritanya masih di indonesia kok). Cerita dimulai dari dateng, cari tempat tinggal, cari temen, sampe cari jodoh.
Konfliknya sendiri terjadi ga neko2 gan, karena wanita, banyak wanita. Dimana banyak pemuda galau saat sendiri dan ini malah galau karena terlalu banyak.
Kalo ditanya ini kisah nyata atau fiksi, ane bisa jamin ini semua adalah fiksi yang didasari kisah nyata. Trus fiksi atau nyata? Ga usah dipikirin gan, nikmati ajah.
Perkenalan
Jadi perkenalken, ane bernama sani. Umur ane saat cerita ini adalah 22 tahun. Pria yang sudah bukan remaja tapi juga belum mencapai kedewasaan yang hakiki. Bahasamu nak.
Ane anak pertama dari tiga bersaudara. Adik ane dua duanya cowok, yang nomor dua umur 20 tahun. Dia ga kuliah, dia kerja. Kerjanya nongkrong ga jelas sama sohib2nya. Padahal udah sering ane nasehatin, tapi dasarnya bebel.
Kalau yang bontot masih SMA kelas dua, ya mudah2an gak aneh2 seperti adik kedua ane. Kedua orang tua ane lengkap, ada bapak yang kumisan sama ibu yang cerewet. Bapak ane kerja sebagai guru disalah satu smp di kota B, sedangkan Ibu jualan kue basah di rumah. Dengan bapak seorang guru dan ibu berjualan kue, kita sekeluarga hidup cukup sederhana.
Ane sendiri dengan penuh perjuangan, darah dan air mata serta tak lupa doa orangtua, lulus sma bisa melanjutkan kuliah dan 4 tahun kemudian ane lulus dengan nilai membanggakan.
Ane masih inget, tangis haru ibu ane saat ane lulus kuliah, perasaan ane campur aduk gan. Tapi ane yakin, ini adalah batu loncatan buat ane untuk meringankan beban bapak sama ibu ane.
Sudah cukup perkenalannya. Kini go on to the next story.
Daftar Isis
#1 - Berangkat
#2 - Putri
#3 - Kantor X Kota Z
#4 - Gani
#5 - Rumah Baru
#6 - Orang Baik
#7 - Malam Minggu Perdana
#8 - Temen SMS
#9 - Keponakan Ibu
#10 - Serangan Dua Sisi
#11 - Santet?
#12 - Pesilat Manis
#13 - Anak Kurang Ajar
# 14 - 5 Motor 10 Orang
# 15 - Tau?
# 16 - Aku Ikut
# 17 - Dunia Yang Sempit
suatu ketika di masa depan
#18 - Kuda - Kuda
#19 - Inspirasi?
#20 - Idaman
#21 - Berat
#22 - Kepo Membawa Luka
#23 - Gosip Oh Gosip
#24 - Obat Galau
Konfliknya sendiri terjadi ga neko2 gan, karena wanita, banyak wanita. Dimana banyak pemuda galau saat sendiri dan ini malah galau karena terlalu banyak.
Kalo ditanya ini kisah nyata atau fiksi, ane bisa jamin ini semua adalah fiksi yang didasari kisah nyata. Trus fiksi atau nyata? Ga usah dipikirin gan, nikmati ajah.
Perkenalan
Jadi perkenalken, ane bernama sani. Umur ane saat cerita ini adalah 22 tahun. Pria yang sudah bukan remaja tapi juga belum mencapai kedewasaan yang hakiki. Bahasamu nak.
Ane anak pertama dari tiga bersaudara. Adik ane dua duanya cowok, yang nomor dua umur 20 tahun. Dia ga kuliah, dia kerja. Kerjanya nongkrong ga jelas sama sohib2nya. Padahal udah sering ane nasehatin, tapi dasarnya bebel.
Kalau yang bontot masih SMA kelas dua, ya mudah2an gak aneh2 seperti adik kedua ane. Kedua orang tua ane lengkap, ada bapak yang kumisan sama ibu yang cerewet. Bapak ane kerja sebagai guru disalah satu smp di kota B, sedangkan Ibu jualan kue basah di rumah. Dengan bapak seorang guru dan ibu berjualan kue, kita sekeluarga hidup cukup sederhana.
Ane sendiri dengan penuh perjuangan, darah dan air mata serta tak lupa doa orangtua, lulus sma bisa melanjutkan kuliah dan 4 tahun kemudian ane lulus dengan nilai membanggakan.
Ane masih inget, tangis haru ibu ane saat ane lulus kuliah, perasaan ane campur aduk gan. Tapi ane yakin, ini adalah batu loncatan buat ane untuk meringankan beban bapak sama ibu ane.
Sudah cukup perkenalannya. Kini go on to the next story.
Daftar Isis
#1 - Berangkat
#2 - Putri
#3 - Kantor X Kota Z
#4 - Gani
#5 - Rumah Baru
#6 - Orang Baik
#7 - Malam Minggu Perdana
#8 - Temen SMS
#9 - Keponakan Ibu
#10 - Serangan Dua Sisi
#11 - Santet?
#12 - Pesilat Manis
#13 - Anak Kurang Ajar
# 14 - 5 Motor 10 Orang
# 15 - Tau?
# 16 - Aku Ikut
# 17 - Dunia Yang Sempit
suatu ketika di masa depan
#18 - Kuda - Kuda
#19 - Inspirasi?
#20 - Idaman
#21 - Berat
#22 - Kepo Membawa Luka
#23 - Gosip Oh Gosip
#24 - Obat Galau
Quote:
BERANGKAT
Tiga bulan pasca wisuda, sekarang ane sedang mempersiapkan kepergian ane ke Kota “S”. Kota “S” adalah kota penempatan kerja ane. Diluar dugaan memang, tapi mau gimana lagi, kontrak kerja sudah ane tandatangani. Bisa dituntut ane kalo mangkir.
Oiya, Perusahaan tempat ane diterima kerja (Sekarang ane sebut perusahaan X) memang cukup besar dan cabangnya tersebar diseluruh Indonesia.
Ane sendiri daftar di tiga Perusahaan. Prosesnya sendiri dimulai dua tiga bulan sebelum wisuda. Dari tiga perusahaan, dua berhasil lolos psikotest, bukan ane ga bisa lolos yang satu lagi gan, ane sengaja. Hal itu dikarenakan, Perusahaan dibidang pertambangan itu secara jelas mengatakan bahwa penempatan kerja bagi kami yang diterima adalah Papua gan. Jujur ane belum siap. Jadi waktu test ane isi dengan mengarang bebas.
Perusahaan kedua, ane juga gagal gan. Jadi waktu test kesehatan, ane ga ikut, bukan karena takut ketauan ane penyakitan gan, namun ane kena diare parah dan jadiya ane pasrah.
Bersyukur di Perusahaan X ini semua proses bisa ane lewatin dengan lancar, mungkin karena udah jalannya. Dari ratusan mahasiswa yang daftar, Cuma tujuh orang gan yang diterima. Gimana gak bangga coba.
Dua bulan pasca wisuda ane tandatangan kontrak kerja dan besoknya langsung disuruh ikut pendidikan prajabatan di Kota “N”.
Skip
Selesai pendidikan, kami diberi waktu satu minggu untuk melapor ke kota penempatan masing2. Kesempatan ini tentu saja ane manfaatkan bersama keluarga. Dan disinilah ane sekarang, Bandara.
Ditemani kedua orangtua ane dan si bontot. Ade kedua ane ga ikut soalnya tidur, sehabis begadang semalaman. Terlihat dari wajah Bapak ane raut biasa (spik2 tabah mungkin), beda sama ibu dan ade ane yang kelihatan sedih.
Satu jam sebelum take off, terpaksa ane harus check in.
Bapak: Kamu baik-baik disana San, Jangan lupa solat.
Ane: Iya Pak
Ibu: San, nanti kalo udah sampai langung kabari Ibu. (sambil bercucuran air mata)
Ane: Pasti Bu
Bicara ke si bontot,
Ane: Kamu jaga bapak sama ibu ya, abang kamu juga, kamu jangan ikut2an kaya abang kamu yang satu.
Si bontot: Iya Bang, Abang hati2 disana
Dan kami pun perpisah di pintu keberangkatan diiringi acara dadah-dadahan.
Tiga bulan pasca wisuda, sekarang ane sedang mempersiapkan kepergian ane ke Kota “S”. Kota “S” adalah kota penempatan kerja ane. Diluar dugaan memang, tapi mau gimana lagi, kontrak kerja sudah ane tandatangani. Bisa dituntut ane kalo mangkir.
Oiya, Perusahaan tempat ane diterima kerja (Sekarang ane sebut perusahaan X) memang cukup besar dan cabangnya tersebar diseluruh Indonesia.
Ane sendiri daftar di tiga Perusahaan. Prosesnya sendiri dimulai dua tiga bulan sebelum wisuda. Dari tiga perusahaan, dua berhasil lolos psikotest, bukan ane ga bisa lolos yang satu lagi gan, ane sengaja. Hal itu dikarenakan, Perusahaan dibidang pertambangan itu secara jelas mengatakan bahwa penempatan kerja bagi kami yang diterima adalah Papua gan. Jujur ane belum siap. Jadi waktu test ane isi dengan mengarang bebas.
Perusahaan kedua, ane juga gagal gan. Jadi waktu test kesehatan, ane ga ikut, bukan karena takut ketauan ane penyakitan gan, namun ane kena diare parah dan jadiya ane pasrah.
Bersyukur di Perusahaan X ini semua proses bisa ane lewatin dengan lancar, mungkin karena udah jalannya. Dari ratusan mahasiswa yang daftar, Cuma tujuh orang gan yang diterima. Gimana gak bangga coba.
Dua bulan pasca wisuda ane tandatangan kontrak kerja dan besoknya langsung disuruh ikut pendidikan prajabatan di Kota “N”.
Skip
Selesai pendidikan, kami diberi waktu satu minggu untuk melapor ke kota penempatan masing2. Kesempatan ini tentu saja ane manfaatkan bersama keluarga. Dan disinilah ane sekarang, Bandara.
Ditemani kedua orangtua ane dan si bontot. Ade kedua ane ga ikut soalnya tidur, sehabis begadang semalaman. Terlihat dari wajah Bapak ane raut biasa (spik2 tabah mungkin), beda sama ibu dan ade ane yang kelihatan sedih.
Satu jam sebelum take off, terpaksa ane harus check in.
Bapak: Kamu baik-baik disana San, Jangan lupa solat.
Ane: Iya Pak
Ibu: San, nanti kalo udah sampai langung kabari Ibu. (sambil bercucuran air mata)
Ane: Pasti Bu
Bicara ke si bontot,
Ane: Kamu jaga bapak sama ibu ya, abang kamu juga, kamu jangan ikut2an kaya abang kamu yang satu.
Si bontot: Iya Bang, Abang hati2 disana
Dan kami pun perpisah di pintu keberangkatan diiringi acara dadah-dadahan.
Quote:
PUTRI
Hari Senin Jam sebelas siang. Akhirnya ane sampai di bandara Kota "S". Ane sangat bersyukur bisa menginjak daratan, berhubung selama di pesawat, hampir tiap menit ane mikir pesawat ini bakal jatoh. Maklum pengalaman pertama.
Di Kota ini ane ga punya sodara ataupun kenalan, satu-satunya yang ane andalkan adalah Putri. Putri, gadis seumuran ane yang sama2 diterima di Perusahaan X dan kita juga sama2 dapat penempatan kerja di Kota ini. Selama pendidikan, ane ga terlalu kenal dengan Putri, maklum peserta yang ikut pendidikan sekitar 200 orang dan grup kami pun terpisah.
Waktu itu
Saat lokasi penempatan kerja diumumkan, hanya ada dua ekspresi yang terlihat, gembira dan sedih. Tidak sedikit malah yang sampai menangis karena daerah penempatannya tidak ada di peta, bercanda gan. Setelah cukup menerima kenyataan hal selanjutnya yang kami lakukan adalah mencari teman seperjuangan. Saat sedang menatap masa depan tiba2 ada cewe nyapa ane.
Putri: Sani ya?
Ane: Iya, kamu Putri kan?
Putri: Iya, Eh kamu penempatan di Kota S juga ya?
Ane: Iya Put, tau darimana? kamu stalkingin aku ya?
Putri: Ih Ge-Er, Aku nanya2 tadi ke orang kantor, setelah aku lacak, yang penepatan di sana cuma kamu sama aku.
Ane: Serius? cuma kita berdua?
Putri: Iya San.
Dalam hati ane ngerasa campur aduk gan. Disatu sisi ane seneng ada temen seperantauan disisi lain orang itu cewe, bisa bawa sial ni kata kasino.
Putri: Hoi kok melamun. (sambil menepuk pundakku)
Ane: Enggak kok, aku lagi mikirin gimana nanti kita disana. Oiya kamu punya saudara disana? Kalo aku ga punya.
Putri: Enggak. Tapi aku punya kenalan kakak kelasku dulu dikampus dia juga penempatan disana. Nanti aku minta bimbingan dia.
Ane: Alhamdulillah, aman kalo gitu. trus kamu mau berangkat kesana hari apa? biar aku barengin sampenya.
Putri: Belum tau san, nanti aku kabarin deh. Minta nomer kamu.
Ane: Nih, xxxxxxxxxxx
Tuit...Tuit...HP ane bunyi
Putri: Itu nomer aku. Yaudah sampai jumpa di Kota S ya san.
Waktu itu ane mikir, tu anak kok ga keliatan sedih ya. padahal ane tau kota asal dia beda pulau dari kota S. Ane punya hobi ngebaca orang gan, dari percakapan barusan ane bisa tarik kesimpulan bahwa Putri itu anaknya supel dan mandiri gan.
Kalo fisik sendiri sih, wajahnya biasa-biasa menurut ane, Mata bagus, hidung mancung, bibir mungil dan giginya rapih. Kulitnya sawo matang, rambut diikat sebahu, Tingginya setelinga ane, berat badan proposional-lah. Intinya ga jelek-jelek amat soalnya dia cakep, tapi sayang bukan tipe ane.
Tiga hari dirumah, Putri nelpon ane. Dimana kita berdua sepakat untuk datang hari senin pagi, jadi siang kita udah bisa melapor ke kantor.
Balik lagi ke Bandara kota S. Udah dua jam ane nunggu Putri, pesawatnya masih belum tiba. Memang sih, Putri sempat SMS yang mana bahwa pesawatnya di delay. Tapi tetep aja ane Bete. (Terbukti katamu Kas, cewe bikin sial ). 15 menit kemudian, tibalah pesawat Putri. Ane nunggu Putri ditempat kedatangan. Dari luar Ane bisa melihat Putri, dia melambaikan tangan ke ane sambil senyum sumringah. Dia mengisyaratkan mau mengambil bagasi dulu dan ane pun memberi isyarat dengan jempol. Ada yang beda dari putri gan. Dia berubah.
NB: Pasti ada sebagian yang ngarep ane jelasin ukuran gunung-nya Putri
Hari Senin Jam sebelas siang. Akhirnya ane sampai di bandara Kota "S". Ane sangat bersyukur bisa menginjak daratan, berhubung selama di pesawat, hampir tiap menit ane mikir pesawat ini bakal jatoh. Maklum pengalaman pertama.
Di Kota ini ane ga punya sodara ataupun kenalan, satu-satunya yang ane andalkan adalah Putri. Putri, gadis seumuran ane yang sama2 diterima di Perusahaan X dan kita juga sama2 dapat penempatan kerja di Kota ini. Selama pendidikan, ane ga terlalu kenal dengan Putri, maklum peserta yang ikut pendidikan sekitar 200 orang dan grup kami pun terpisah.
Waktu itu
Saat lokasi penempatan kerja diumumkan, hanya ada dua ekspresi yang terlihat, gembira dan sedih. Tidak sedikit malah yang sampai menangis karena daerah penempatannya tidak ada di peta, bercanda gan. Setelah cukup menerima kenyataan hal selanjutnya yang kami lakukan adalah mencari teman seperjuangan. Saat sedang menatap masa depan tiba2 ada cewe nyapa ane.
Putri: Sani ya?
Ane: Iya, kamu Putri kan?
Putri: Iya, Eh kamu penempatan di Kota S juga ya?
Ane: Iya Put, tau darimana? kamu stalkingin aku ya?
Putri: Ih Ge-Er, Aku nanya2 tadi ke orang kantor, setelah aku lacak, yang penepatan di sana cuma kamu sama aku.
Ane: Serius? cuma kita berdua?
Putri: Iya San.
Dalam hati ane ngerasa campur aduk gan. Disatu sisi ane seneng ada temen seperantauan disisi lain orang itu cewe, bisa bawa sial ni kata kasino.
Putri: Hoi kok melamun. (sambil menepuk pundakku)
Ane: Enggak kok, aku lagi mikirin gimana nanti kita disana. Oiya kamu punya saudara disana? Kalo aku ga punya.
Putri: Enggak. Tapi aku punya kenalan kakak kelasku dulu dikampus dia juga penempatan disana. Nanti aku minta bimbingan dia.
Ane: Alhamdulillah, aman kalo gitu. trus kamu mau berangkat kesana hari apa? biar aku barengin sampenya.
Putri: Belum tau san, nanti aku kabarin deh. Minta nomer kamu.
Ane: Nih, xxxxxxxxxxx
Tuit...Tuit...HP ane bunyi
Putri: Itu nomer aku. Yaudah sampai jumpa di Kota S ya san.
Waktu itu ane mikir, tu anak kok ga keliatan sedih ya. padahal ane tau kota asal dia beda pulau dari kota S. Ane punya hobi ngebaca orang gan, dari percakapan barusan ane bisa tarik kesimpulan bahwa Putri itu anaknya supel dan mandiri gan.
Kalo fisik sendiri sih, wajahnya biasa-biasa menurut ane, Mata bagus, hidung mancung, bibir mungil dan giginya rapih. Kulitnya sawo matang, rambut diikat sebahu, Tingginya setelinga ane, berat badan proposional-lah. Intinya ga jelek-jelek amat soalnya dia cakep, tapi sayang bukan tipe ane.
Tiga hari dirumah, Putri nelpon ane. Dimana kita berdua sepakat untuk datang hari senin pagi, jadi siang kita udah bisa melapor ke kantor.
Balik lagi ke Bandara kota S. Udah dua jam ane nunggu Putri, pesawatnya masih belum tiba. Memang sih, Putri sempat SMS yang mana bahwa pesawatnya di delay. Tapi tetep aja ane Bete. (Terbukti katamu Kas, cewe bikin sial ). 15 menit kemudian, tibalah pesawat Putri. Ane nunggu Putri ditempat kedatangan. Dari luar Ane bisa melihat Putri, dia melambaikan tangan ke ane sambil senyum sumringah. Dia mengisyaratkan mau mengambil bagasi dulu dan ane pun memberi isyarat dengan jempol. Ada yang beda dari putri gan. Dia berubah.
NB: Pasti ada sebagian yang ngarep ane jelasin ukuran gunung-nya Putri
Quote:
KANTOR X DESA Z
"Ada yang beda dari putri gan. Dia berubah."
Tak lama putri keluar dengan membawa troli.
Putri: heeiii, sani. Udah lama ya disini. Maaf ya pesawatku delay sampe 2 jam.
Ane masih terpana sama putri.
Putri: heh, kebiasaan bengongnya kumat deh.
Ane: siapa yang bengong.
Gimana ga mau bengong gan, tampilan putri sekarang sama terakhir kita ketemu beda banget. Waktu pendidikan itu, pakaian kita seragam yang gombrong sekarang putri pakai kaos putih semi ketat dan celana jins ngepres di kaki. Kulitnya sekarang jauh lebih putih dari seminggu lalu. Wajahnya ga pake make up, natural tapi manis banget gan. Istigfar sani istigfar.
Ane: tapi kamu cakepan dari seminggu lalu put. Abis pasang susuk ya?
Putri: enak aja, emang aslinya aku tuh cantik gini. Kalo semasa pendidikan, gimana ga mau kucel, hari2 kita dijemur.
Ane: hehe, iya juga ya. Yaudah, kamu udah makan?
Putri: udah tadi di pesawat.
Ane: trus kita mau ngapain sekarang? Kamu udah hubungin senior kamu, siapa namanya put?
Putri: kak gani namanya, udah san, rencananya tadi dia mau jemput kita, tapi ga jadi soalnya mendadak ada kerjaan yang ga bisa ditinggal.
Ane: trus gmana put?
Putri: kita naik taksi aja sampai kantor x di daerah z. Supirnya tau kok.
Ane: okeh, ayo deh. Sini aku bawain barang2 kamu.
Putri: makasih ya, kamu baik deh. -sambil senyum manja ke ane.
Ga sulit bagi kita berdua untuk menemukan taksi. Baru berapa langkah keluar, kita udah diperebutkan oleh sopir2. Ane pilih asal aja taksinya. Si sopir langsung menyebutkan harga fantastis buat ane.
Ane: mahal banget pak.
Sopir: memang segitu, kalo gak percaya tanya aja sama supir sebelah. (lu kata toko)
Ane diskusi ke putri dan dia bilang memang harganya segitu kata kak gani.
Aku menghela nafas. Dalam hati ane bilang kenapa ga ngomong daritadi. Kan ane ga perlu debat sama si supir. Keki bro. Untung sekarang putri cakep kalo enggak,,,,
Dan ternyata taksinya itu bukan taksi yang seperti ane bayangkan gan. Si sopir bawa ane ke mobil avanza gitu. Sempet curiga, tapi ane perhatiin memang taksi yang umumnya itu malah ga kliatan. Ane berbisik lagi sama putri. Belum selesai ane tanya dia udah bilang memang begitu. Ih, cipok juga ni anak. Pasrah aja deh, tapi tetep waspada.
Ane duduk disebelah supir, sedang putri duduk di belakang ane. Ane tanya2 sama si supir, perjalanan ke tempat tujuan ane sekitar dua jam. Ane perhatiin setengah jam pertama kita lewatin kota. Ga jauh beda dari kota asal ane. Nah, sisanya cuma pohon doang gan. Mana berkelak kelok lagi. Maklum lokasinya di atas gunung, walhasil ane sempet minta si supir buat nepi, muntah gan. Si putri mah keliatan anteng tidur dibelakang. Ga takut apa dia, ane sama si supir tibatiba sepakat buat ngapa2in dia.
Setelah dua jam lewat, akhirnya kita sampe di kota z. Lebih cocok disebut desa menurut ane, keliatan sepi soalnya. Beberapa kali tanya2 orang akhirnya kita sampai di kantor x.
Kantornya lumayan besar gan. Ane langsung nanya ke pos satpam mau menghadap, tapi satpam bilang pegawai2 sudah pada pulang. Maklum kita sampe jam 5 lewat. Ga kehabisan akal ane minta ketemu sama gani, ditambah embel2 udah janjian. Disebelah ane, Putri sedang menelpon Kak Gani untuk mengabarkan posisi kita sudah di luar kantor.
Tak lama, Kak Gani keluar dari kantor dan ane pun terkejut.
"Ada yang beda dari putri gan. Dia berubah."
Tak lama putri keluar dengan membawa troli.
Putri: heeiii, sani. Udah lama ya disini. Maaf ya pesawatku delay sampe 2 jam.
Ane masih terpana sama putri.
Putri: heh, kebiasaan bengongnya kumat deh.
Ane: siapa yang bengong.
Gimana ga mau bengong gan, tampilan putri sekarang sama terakhir kita ketemu beda banget. Waktu pendidikan itu, pakaian kita seragam yang gombrong sekarang putri pakai kaos putih semi ketat dan celana jins ngepres di kaki. Kulitnya sekarang jauh lebih putih dari seminggu lalu. Wajahnya ga pake make up, natural tapi manis banget gan. Istigfar sani istigfar.
Ane: tapi kamu cakepan dari seminggu lalu put. Abis pasang susuk ya?
Putri: enak aja, emang aslinya aku tuh cantik gini. Kalo semasa pendidikan, gimana ga mau kucel, hari2 kita dijemur.
Ane: hehe, iya juga ya. Yaudah, kamu udah makan?
Putri: udah tadi di pesawat.
Ane: trus kita mau ngapain sekarang? Kamu udah hubungin senior kamu, siapa namanya put?
Putri: kak gani namanya, udah san, rencananya tadi dia mau jemput kita, tapi ga jadi soalnya mendadak ada kerjaan yang ga bisa ditinggal.
Ane: trus gmana put?
Putri: kita naik taksi aja sampai kantor x di daerah z. Supirnya tau kok.
Ane: okeh, ayo deh. Sini aku bawain barang2 kamu.
Putri: makasih ya, kamu baik deh. -sambil senyum manja ke ane.
Ga sulit bagi kita berdua untuk menemukan taksi. Baru berapa langkah keluar, kita udah diperebutkan oleh sopir2. Ane pilih asal aja taksinya. Si sopir langsung menyebutkan harga fantastis buat ane.
Ane: mahal banget pak.
Sopir: memang segitu, kalo gak percaya tanya aja sama supir sebelah. (lu kata toko)
Ane diskusi ke putri dan dia bilang memang harganya segitu kata kak gani.
Aku menghela nafas. Dalam hati ane bilang kenapa ga ngomong daritadi. Kan ane ga perlu debat sama si supir. Keki bro. Untung sekarang putri cakep kalo enggak,,,,
Dan ternyata taksinya itu bukan taksi yang seperti ane bayangkan gan. Si sopir bawa ane ke mobil avanza gitu. Sempet curiga, tapi ane perhatiin memang taksi yang umumnya itu malah ga kliatan. Ane berbisik lagi sama putri. Belum selesai ane tanya dia udah bilang memang begitu. Ih, cipok juga ni anak. Pasrah aja deh, tapi tetep waspada.
Ane duduk disebelah supir, sedang putri duduk di belakang ane. Ane tanya2 sama si supir, perjalanan ke tempat tujuan ane sekitar dua jam. Ane perhatiin setengah jam pertama kita lewatin kota. Ga jauh beda dari kota asal ane. Nah, sisanya cuma pohon doang gan. Mana berkelak kelok lagi. Maklum lokasinya di atas gunung, walhasil ane sempet minta si supir buat nepi, muntah gan. Si putri mah keliatan anteng tidur dibelakang. Ga takut apa dia, ane sama si supir tibatiba sepakat buat ngapa2in dia.
Setelah dua jam lewat, akhirnya kita sampe di kota z. Lebih cocok disebut desa menurut ane, keliatan sepi soalnya. Beberapa kali tanya2 orang akhirnya kita sampai di kantor x.
Kantornya lumayan besar gan. Ane langsung nanya ke pos satpam mau menghadap, tapi satpam bilang pegawai2 sudah pada pulang. Maklum kita sampe jam 5 lewat. Ga kehabisan akal ane minta ketemu sama gani, ditambah embel2 udah janjian. Disebelah ane, Putri sedang menelpon Kak Gani untuk mengabarkan posisi kita sudah di luar kantor.
Tak lama, Kak Gani keluar dari kantor dan ane pun terkejut.
Diubah oleh bisulmerekah 03-04-2017 15:12
2
37.1K
Kutip
168
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
bisulmerekah
#107
Quote:
BERAT
Rahma : namanya .... namanya ... iko uwais.
Ane : hmmm, itu mah namanya impian si miskin.
Rahma : biarlah, yang penting rahma gak ngegantung anak orang kaya kak sani. Eh ngomong2 hubungan kak sani sama bunga gimana?
Ane : hubungan kakak sama bungan baik. Kakak gak ngegantung ya, kakak kan cuma ga mau salah langkah karna buru2 memutuskan sesuatu.
Rahma : iya deh, tapi kak kita un tinggal empat bulan lagi lho. Terus kak sani jadi macarin bunga?
Ane : hmm... tau deh ma, makin kesini, kakak makin sadar kalo kakak tuh anggep bunga cuma kaya adik aja. Lagian dengan sifat bunga yang posesif, kakak ga yakin bakal betah jadi pacarnya. Tapi ma, di sisi lain kakak pantang ingkar janji.
Rahma : yaudah kak, kalo menurut bunga, jalan terbaik buat kak sani adalah, kita segera cabut dari sini terus belanja, nanti kemaleman pulangnya.
Ane : dasar, kirain mau kasih solusi bener. Yaudah yuk.
Ane dan rahma mulai menyusuri isi mall yang sedang ramai pengunjung. Pemberhentian pertama kami adalah toko buku gramedia di lantai satu. Disini rahma bermaksud untuk membeli buku2 latihan un dan beberapa penunjangnya.
Tidak ingin membuang kesempatan, ane bergeriliya menyusuri rak demi rak, berharap ada buku untuk menolak cinta wanita tanpa memberikan rasa sakit. Tapi tentu aja, harapan ane sia2. Yang malah ane temui, kebanyakan adalah buku2 novel cinta remaja. Pantes aja remaja sekarang lebih pandai mendramatisir masalah percintaan, bagaimana enggak, lha wong text book-nya ngabisin 3 rak sendiri.
Selesai dari toko buku, giliran ane mengajak rahma ke lantai 3 dimana perlengkapan komputer dan handphone dikhususkan di lantai itu. Tapi tentu aja kita ke lantai 3 setelah selesai tawaf di lantai 1 dan 2.
Di lantai ini selain mencari perlengkapan it untuk kantor, ane mencoba memenuhi rasa penasaran ane dengan handphone yg bernama blackberry. Maklum disaat cerita ini berlangsung, seantero kantor heboh membicarakan tentang bb, yang katanya handphone pintar itu.
Ane mendatangi salah satu counter hp dan memulai aksi ane untuk bertanya2 pada sang enci. Ane takjub gan, bukan dengan kelebihannya tapi sama harganya yang menurut ane gak masuk akal buat pegawai rendahan kaya ane.
Skip. Selesai juga keperluan ane dan rahma di mall.
Ane : trus kita mau kemana nih?
Rahma : kita ke toko olah raga dulu yak kak sebentar.
Ane : lho enggak di dalem aja tadi,
Rahma : beda kak, ini toko langganan rahma.
Ane : trus mau beli apa ma disana?
Rahma : nanti juga tau kak, yaudah ni angkotnya.
10 menit berlalu dan kami pun sampai. Sebuah ruko yang cukup besar di pinggir jalan. Di pintu masuk tertulis "TOKO OLAHRAGA HAJI ALI". Di dalamnya terlihat penuh dengan perlengkapan olah raga namun tersusun rapih beraturan. Ane mengikuti rahma di belakang sampai seoarang om-om tambun menyambut rahma dengan teriakan,
"Eh aa tamu istimewa." Dengan wajah sumringah.
Rahma : paman ali (rahma mencium tangan si om-om yang namanya ali)
Om : kamu kemana aja, udah lama ga main kesini. Terus kapan mau tanding lagi. Kalo ada pertandingan jangan lupa kabarin om. Terus ini siapa, pacar kamu? Wah kamu pinter pilih cowo ya, tapi bisa silat juga ga? Pasti jago dong. Trus....
Rahma : op om op... (memberi isyarat dengan kedua tangannya), satu satu ya pertanyaannya, rahma bingung jawabnya...
Om : oh iya, yaudah sini kita duduk dulu, mari dek sini (mengarahkan ane ke dalam ruangan lain). Namamu siapa dek?
Ane : nama saya sani om.
Om : dek sani sudah lama pacaran sama rahma? Kok om gak tau ya? Kamu dari perguruan mana? Pernah....
Rahma : oom....
Om : oh iya maap, mau minum apa nih?
Ane : ga usah repot2 om...
Om : yaudah tunggu sebentar ya.(meninggalkan ane dan rahma)
Rahma : om ali emang gitu kak orangnya, kalo enggak diberentiin, bisa habis harry potter 7 buku.
Ane : hahaha, iya, unik orangnya.
Om : nah ini dia, ayo diminum jangan malu2, anggap aja rumah sendiri. Kalian dari mana? Pasti abis jalan2 ya. Memang hari libur begini enaknya jalan2 berduaan sama pacar, tapi inget jangan kebablasan.... (silakan ente kira2 sendiri gan)
Untuk menghemat waktu dan tenaga, ane ringkas siapa sebenernya om ali ini. Beliau adalah salah satu warga desa kita juga, namun beliau sudah lama hijrah ke kota untuk berbisnis perlengkapan olah raga, sesuai passionnya di bidang tersebut. Om ali kenal rahma karena beliau adalah kerabat guru yang kemudian jatuh cinta dengan kemampuan rahma di atas arena sehingga beliau pun hingga kini menjadi sponsor utama padepokan guru. Beliau sangat hobby dengan olah raga beladiri, tidak mengenal jenis dan cabang olahrganya. Selama pertarungan indah dilihat, om ali pasti suka. Dan tentu saja, om ali adalah fans nomor satu rahma.
Rahma : oiya om, alat yang itu masih ada?
Om : yang itu... yang itu... oh ada ma. Kamu sekarang mau pake? Nah gitu dong, alat ini kan memang om desain buat meningkatkan performa kamu di arena.
Rahma : hehe... berarti boleh dong rahma ambil.
Om : ya boleh sekali dong rahma yang cantik. Om bahagia kalo rahma jadi terima alat buatan om.
Om ali bergegas masuk ke ruangan lain dan ane masih belum tau alat yang dibicarakan mereka berdua.
Om : ini dia,
Om ali mengeluarkan bungkusan yang masih tertutup rapi.
Om : cara pakenya beg...
Rahma : udah om, aku udah paham kok. Kan om pernah jelasin ke aku dulu.
Om : oh iya ya. Maklum udah tua. Jadi san, om buat alat untuk latihan rahma, alat ini om buat sendiri lho. Ya walaupun modifikasi dari alat yang sudah ada, tapi alat om ini lebih efektif, efisien serta ......
Rahma : udah udah om... alat buatan om ali emang keren, rahma acungin empat jempol buat om. Tapi kita harus pulang om, takut kesorean nanti bapak marah.
Om : yah kok buru2, yasudah tapi nanti rahma sering2 main ya kemari. Terus hasil latihan pake alat om dikasih tau gimananya.
Rahma : siap om, yaudah aku pamit ya om.
Ane inisiatip membawakan bungkusan yang dikasih om ali, dan ternyata berat buanget gan. Ane sampe tergopoh2 membawanya.
Ane mengikuti rahma mencium tangan om ali dan meninggalkan om ali dengan tokonya.
Ane : ma ini apaan sih berat banget.
Rahma : ini buat latihan kak.
Ane : kaya barbel ya?
Rahma : ya semacam itulah. Oiya kakak beneran kan mau cepet jago?
Ane : iya dong (jawab ane tegas)
Rahma : nah kalo gitu ini buat kak sani.
Ane : ha? Serius? Kan om ali kasih buat kamu.
Rahma : aku males pake2 gituan kak, mending buat kakak. Kan yang mau cepet jago kakak.
Ane masih mencerna perkataan rahma. Hingga kami sampai di terminal dan menaiki bus yang akan membawa kami ke desa. Kondisi bus masih kosong dan tentu ane memilih posisi terdepan lagi.
Ane : trus cara pake alatnya gimana ma?
Rahma : buka dulu deh kak.
Ane membuka bungkusan dari plastil hitam dan kardus itu. Isinya adalah plat2 besi dan dua buah benda semacam kain yang memiliki banyak kantung dengan perekat dan tali2.
Rahma : ini pemberat kaki kak, mulai sekarang kakak pake ini terus kemana aja, dan kapan aja. Jangan dilepas kecuali untuk aktifitas yang gak mungkin pake alat ini. Oke.... (ditutup dengan senyum manis rahma)
Rahma : namanya .... namanya ... iko uwais.
Ane : hmmm, itu mah namanya impian si miskin.
Rahma : biarlah, yang penting rahma gak ngegantung anak orang kaya kak sani. Eh ngomong2 hubungan kak sani sama bunga gimana?
Ane : hubungan kakak sama bungan baik. Kakak gak ngegantung ya, kakak kan cuma ga mau salah langkah karna buru2 memutuskan sesuatu.
Rahma : iya deh, tapi kak kita un tinggal empat bulan lagi lho. Terus kak sani jadi macarin bunga?
Ane : hmm... tau deh ma, makin kesini, kakak makin sadar kalo kakak tuh anggep bunga cuma kaya adik aja. Lagian dengan sifat bunga yang posesif, kakak ga yakin bakal betah jadi pacarnya. Tapi ma, di sisi lain kakak pantang ingkar janji.
Rahma : yaudah kak, kalo menurut bunga, jalan terbaik buat kak sani adalah, kita segera cabut dari sini terus belanja, nanti kemaleman pulangnya.
Ane : dasar, kirain mau kasih solusi bener. Yaudah yuk.
Ane dan rahma mulai menyusuri isi mall yang sedang ramai pengunjung. Pemberhentian pertama kami adalah toko buku gramedia di lantai satu. Disini rahma bermaksud untuk membeli buku2 latihan un dan beberapa penunjangnya.
Tidak ingin membuang kesempatan, ane bergeriliya menyusuri rak demi rak, berharap ada buku untuk menolak cinta wanita tanpa memberikan rasa sakit. Tapi tentu aja, harapan ane sia2. Yang malah ane temui, kebanyakan adalah buku2 novel cinta remaja. Pantes aja remaja sekarang lebih pandai mendramatisir masalah percintaan, bagaimana enggak, lha wong text book-nya ngabisin 3 rak sendiri.
Selesai dari toko buku, giliran ane mengajak rahma ke lantai 3 dimana perlengkapan komputer dan handphone dikhususkan di lantai itu. Tapi tentu aja kita ke lantai 3 setelah selesai tawaf di lantai 1 dan 2.
Di lantai ini selain mencari perlengkapan it untuk kantor, ane mencoba memenuhi rasa penasaran ane dengan handphone yg bernama blackberry. Maklum disaat cerita ini berlangsung, seantero kantor heboh membicarakan tentang bb, yang katanya handphone pintar itu.
Ane mendatangi salah satu counter hp dan memulai aksi ane untuk bertanya2 pada sang enci. Ane takjub gan, bukan dengan kelebihannya tapi sama harganya yang menurut ane gak masuk akal buat pegawai rendahan kaya ane.
Skip. Selesai juga keperluan ane dan rahma di mall.
Ane : trus kita mau kemana nih?
Rahma : kita ke toko olah raga dulu yak kak sebentar.
Ane : lho enggak di dalem aja tadi,
Rahma : beda kak, ini toko langganan rahma.
Ane : trus mau beli apa ma disana?
Rahma : nanti juga tau kak, yaudah ni angkotnya.
10 menit berlalu dan kami pun sampai. Sebuah ruko yang cukup besar di pinggir jalan. Di pintu masuk tertulis "TOKO OLAHRAGA HAJI ALI". Di dalamnya terlihat penuh dengan perlengkapan olah raga namun tersusun rapih beraturan. Ane mengikuti rahma di belakang sampai seoarang om-om tambun menyambut rahma dengan teriakan,
"Eh aa tamu istimewa." Dengan wajah sumringah.
Rahma : paman ali (rahma mencium tangan si om-om yang namanya ali)
Om : kamu kemana aja, udah lama ga main kesini. Terus kapan mau tanding lagi. Kalo ada pertandingan jangan lupa kabarin om. Terus ini siapa, pacar kamu? Wah kamu pinter pilih cowo ya, tapi bisa silat juga ga? Pasti jago dong. Trus....
Rahma : op om op... (memberi isyarat dengan kedua tangannya), satu satu ya pertanyaannya, rahma bingung jawabnya...
Om : oh iya, yaudah sini kita duduk dulu, mari dek sini (mengarahkan ane ke dalam ruangan lain). Namamu siapa dek?
Ane : nama saya sani om.
Om : dek sani sudah lama pacaran sama rahma? Kok om gak tau ya? Kamu dari perguruan mana? Pernah....
Rahma : oom....
Om : oh iya maap, mau minum apa nih?
Ane : ga usah repot2 om...
Om : yaudah tunggu sebentar ya.(meninggalkan ane dan rahma)
Rahma : om ali emang gitu kak orangnya, kalo enggak diberentiin, bisa habis harry potter 7 buku.
Ane : hahaha, iya, unik orangnya.
Om : nah ini dia, ayo diminum jangan malu2, anggap aja rumah sendiri. Kalian dari mana? Pasti abis jalan2 ya. Memang hari libur begini enaknya jalan2 berduaan sama pacar, tapi inget jangan kebablasan.... (silakan ente kira2 sendiri gan)
Untuk menghemat waktu dan tenaga, ane ringkas siapa sebenernya om ali ini. Beliau adalah salah satu warga desa kita juga, namun beliau sudah lama hijrah ke kota untuk berbisnis perlengkapan olah raga, sesuai passionnya di bidang tersebut. Om ali kenal rahma karena beliau adalah kerabat guru yang kemudian jatuh cinta dengan kemampuan rahma di atas arena sehingga beliau pun hingga kini menjadi sponsor utama padepokan guru. Beliau sangat hobby dengan olah raga beladiri, tidak mengenal jenis dan cabang olahrganya. Selama pertarungan indah dilihat, om ali pasti suka. Dan tentu saja, om ali adalah fans nomor satu rahma.
Rahma : oiya om, alat yang itu masih ada?
Om : yang itu... yang itu... oh ada ma. Kamu sekarang mau pake? Nah gitu dong, alat ini kan memang om desain buat meningkatkan performa kamu di arena.
Rahma : hehe... berarti boleh dong rahma ambil.
Om : ya boleh sekali dong rahma yang cantik. Om bahagia kalo rahma jadi terima alat buatan om.
Om ali bergegas masuk ke ruangan lain dan ane masih belum tau alat yang dibicarakan mereka berdua.
Om : ini dia,
Om ali mengeluarkan bungkusan yang masih tertutup rapi.
Om : cara pakenya beg...
Rahma : udah om, aku udah paham kok. Kan om pernah jelasin ke aku dulu.
Om : oh iya ya. Maklum udah tua. Jadi san, om buat alat untuk latihan rahma, alat ini om buat sendiri lho. Ya walaupun modifikasi dari alat yang sudah ada, tapi alat om ini lebih efektif, efisien serta ......
Rahma : udah udah om... alat buatan om ali emang keren, rahma acungin empat jempol buat om. Tapi kita harus pulang om, takut kesorean nanti bapak marah.
Om : yah kok buru2, yasudah tapi nanti rahma sering2 main ya kemari. Terus hasil latihan pake alat om dikasih tau gimananya.
Rahma : siap om, yaudah aku pamit ya om.
Ane inisiatip membawakan bungkusan yang dikasih om ali, dan ternyata berat buanget gan. Ane sampe tergopoh2 membawanya.
Ane mengikuti rahma mencium tangan om ali dan meninggalkan om ali dengan tokonya.
Ane : ma ini apaan sih berat banget.
Rahma : ini buat latihan kak.
Ane : kaya barbel ya?
Rahma : ya semacam itulah. Oiya kakak beneran kan mau cepet jago?
Ane : iya dong (jawab ane tegas)
Rahma : nah kalo gitu ini buat kak sani.
Ane : ha? Serius? Kan om ali kasih buat kamu.
Rahma : aku males pake2 gituan kak, mending buat kakak. Kan yang mau cepet jago kakak.
Ane masih mencerna perkataan rahma. Hingga kami sampai di terminal dan menaiki bus yang akan membawa kami ke desa. Kondisi bus masih kosong dan tentu ane memilih posisi terdepan lagi.
Ane : trus cara pake alatnya gimana ma?
Rahma : buka dulu deh kak.
Ane membuka bungkusan dari plastil hitam dan kardus itu. Isinya adalah plat2 besi dan dua buah benda semacam kain yang memiliki banyak kantung dengan perekat dan tali2.
Rahma : ini pemberat kaki kak, mulai sekarang kakak pake ini terus kemana aja, dan kapan aja. Jangan dilepas kecuali untuk aktifitas yang gak mungkin pake alat ini. Oke.... (ditutup dengan senyum manis rahma)
Diubah oleh bisulmerekah 02-03-2017 14:58
0
Kutip
Balas