- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
100 Tahun Setelah Aku Mati [TAMAT]


TS
kulon.kali
100 Tahun Setelah Aku Mati [TAMAT]
![100 Tahun Setelah Aku Mati [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2016/08/08/8901141_20160808100843.jpg)
Cover keren By Awayaye
Salam untuk semua warga jagad Kaskus, ane disini adalah newbie se newbie-newbienya, sekian lama menjadi Silent Rider akhirnya ane memutuskan untuk menulis cerita saya.
sebelumnya ane juga permisi dulu sama momod dan sesepuh pinisepuh yang menghuni sub forum SFTH

dan mohon maaf jika banyak salah dalam penulisan cerita ini.
"Kita hidup di dunia yang sama dengan mereka, kita hanya berbeda dimensi dengan mereka, percayalah.. mungkin mereka ada disampingmu sekarang"
Nama saya Rizal panggil saja saya dg nama itu dicerita ini, saya orang jogja tulen, saat ini saya adalah a real man dalam arti saya adalah laki-laki dewasa. Kisahku ini akan menceritakan awal kehidupanku yang bisa dikatakan adalah pil pahit yg harus kutelan, akan banyak air mata yg tertumpah, dan ketakutan yang tergenang, sebaiknya siapkan hati kalian dan jangan parno..
saya Rizal, saya INDIGO !!
Dan kisah saya dimulaii..
....
INDEKS :
PART1
PART2
PART3
PART4
PART5
PART6
PART7
PART8
PART9
PART10
PART11
PART12
PART13
PART14
PART15
PART16
PART17
PART18
PART19
PART20
PART21
PART22
PART23
PART24
PART25
PART26
PART27
PART28
PART29
PART30
PART31
PART32
PART33
PART34
PART35
PART36
PART37
PART38
PART39
PART40
PART41
PART42
PART43
PART44
PART45
PART46
PART47
PART48
PART49
PART50
PART51
PART52
PART53
PART54
PART55
PART56
PART57
PART58
PART59
PART60
PART61
PART62
PART63
PART64
PART65
PART66(6)
PART67
PART68
PART69
PART70
100 TAHUN SETELAH AKU MATI
EPILOG
PART 1 (Teman masa kecil).
apakah kalian pernah main ayunan? saat kecil saya ingat betul ada ayunan yg dibuatkan dar ban bekas oleh bapak saya yg di ikatkan di sebuah pohon nangka, setiap pagi dan sore saya sering main disitu. sendirian karena di tempat tnggalku yg dulu tidak banyak anak seusiaku. sampai suatu hari saat saya tengah bermain ada yang mendorong ayunan pelan, saya menoleh dan dibelakang saya ada seorang anak perempuan seusia saya kala itu. Dia tersenyum dan berkata "aku ikut main yaa, aku sedih main sendiri terus" anak ini memakai baju terusan rok dengan warna putih berenda.
Saya : ayokkk.. Kamu siapa?
Kataku dengan khas suara anak usia 6 tahun..
"Sari"
Saya : oooo ayo main..
Kami pun bermain layaknya bocah tk pada umumnya, Sari ini waktu itu penampilanya sama seprti layaknya anak umur 6tahun biasa, seingatku dulu rambutnya panjang dan kulitnya putih sekali..
Sore menjelang kami dduk2 di dekat ayunan.
sari : pulang yaa.. Ibuku manggil..
Saya : mana?? Aku gak denger?
Sari : kamu belum bisa denger sekarang... Besok main lagi yaa..
sari berlari ke semak2 dan ga tau kemana dia pergi...
Oh iya saat itu saya tinggal di daerah semarang. Karena bapak saya tugas disana sebagai angkatan bersenjata. Tempatnya msh d desa jd rumah2 sdikit berjauhan..
Saya dijemput ibu saya yang muncul dr samping rumah.
Ibu : ayoo rizal mandi dulu,

saya : sama sari bukk
ibu : sari siapa nak?
saya : sari ya sari buk
saya dan ibu saya akhirnya masuk kerumah.
setelah pertemuanku dengan sari perlahannn saya merasa tak hanya keluarga saya yg tinggal disini... hari pertemuan dengan sari adalah hari kamis. selain hari kamis kami tidak pernah bertemu.. pertemuan kamipun brlangsung sudah bberapa minggu.. dan banyak kejadian anehh yg br saya sadari setelah sedikit lebih berumur..
diantaranya sari mennunjukan rumahnya tapi saya gak liat apa2
begitu ibu saya datang sari langsung pergi ngumpet. bahkan ibu saya sempat ikut mencarinya tp tidak pernah ketemu padahal saya yakin dia td dibalik pohon, dia juga sering memakan bunga, ya bunga melati dimakan mentah.
saya jg masih bocah kala itu dan pikiran saya blm sampai jauh.. tidak ada rasa khawatir sama sekali yabg saya tau saya punya teman bermain yang menyenangkan......
berbeda dengan ibu saya. ya beliau mulai khawatirr. ternyata diam2 beliau sering mengintip saya. dan yang mengejutkan beliau berkata tidak melihat apa pun selain saya yg bermain sendiri dan berbicara sendiri !!!
kisah ini tentu juga banyak dialami anak2 dg kemanpuan kusus lain seperti saya pola yg selalu seperti ini, nanti akan saya ceritakan..
hari demi hari berlalu ibu melarang saya bermain lagi dengan sari. tiap saya curi waktu bermain ayunan di hari kamis sari pasti sudah duduk sambil mengayunkan ayunan pelan sambil bersenandung macapat jawa. dan setiap pulang kerumah dan ditanya main dimana saya jawab main sama sari. ibu pasti langsung memarahi saya. saya jg gak tau knp..
saking khawatirnya ibu menyuruh orang untuk mencopot ayunanya dan dipindah ke depan teras depan rumah.. tapi itu tidak membuat saya jera saya masih saja bermain di dekat pohon nangka dan asem jawa di belakang rumah. untuk apa lagi kalau bukan bermain dengan sari..
sampai akhirnya ibu marah besar dan meminta orang utk meratakan dan membersihkan halaman belakang rumah dr pepohonan. awalnya banyak yg gak ngebolehin krna rumah yg di huni kami sekarang adl rumah dinas tua dan pohon2 d belakang rumah jg sangat tua. dan orang yg dimintai tolong jg merasa keberatan. tp bukan ibuk namanya kalau sudah pnya keinginan harus terlaksana. setelah dapat meyakinkan bapak akhirnya pohon2 di halaman belakang ditebang. dan dibuat pelataran dr konblok..
disinilah kisah kelam saya dimulai dan akan berlanjut hingga saya dewasa.
Diubah oleh kulon.kali 03-01-2017 14:27



rahmahjr19287 dan 112 lainnya memberi reputasi
97
5.4M
9K
Thread Digembok
Tampilkan semua post


TS
kulon.kali
#7664
Part 65 ( JanganTerror Keluargaku!)
Hidupku terasa komplit, ya terasa semuanya begitu indah, terlebih hadirnya Abimanyu membuat kami semakin bersyukur atas anugerah dan karunia-Nya yang sudah begitu banyak dilimpahkan kepada kami, tangis dan tawa dari Abi membuat rumah yang sudah terlalu lama sepi ini menjadi lebih berwarna, dulu rumah ini ditempati oleh 3 orang, saya, Bapak, dan ibuk, seiring berjalanya waktu Ibuk pergi meninggalkan rumah ini, beberapa tahun kemudian giliran bapak yang menyusul ibuk pergi meninggalkan rumah ini, beliau berdua tidak akan kembali dan tinggalah saya sendiri di rumah ini untuk waktu yang cukup lama, sampai risa datang, memberikan wajah baru disini, beberapa waktu seterusnya datang seorang lagi yang meramaikan rumah ini, yaitu Abimanyu anaku.. dan jadilah kami menjadi 3 orang penghuni tetap rumah ini..
Abimanyu tumbuh dengan cepat dan tidak terasa umurnya sudah menginjak bulan ketujuh, dia mewarisi kulit halus ibunya, dan abi adalah anak yang gemar berceloteh dan tertawa, tampaknya dia mewarisi bakat cerewet dari ibunya,dan ukuran tubuhnya cukup besar untuk ukuran anak berumur tujuh bulan,
Semua yang terjadi begitu indah bagi saya dan risa, beberapa hal yang menjadi kendala kami adalah ketika saya dan risa harus bekerja dan dengan terpaksa musti meninggalkan Abi kepada pengasuh kepercayaan kami, andai saja saya masih punya orangtua tentunya abi akan aman diasuh kakek dan neneknya, mertuaku juga bekerja secara terpisah ibu mertuaku di Thailand sedangkan bapak mertuaku juga masih menjadi polisi aktif, jadi kami mengambil jalan tengah dengan meminta bantuan seorang pengasuh bernama Ibu Mus untuk menjaga abi selama kami bekerja..
“mas, makan siang dulu” begitu kata risa dari seberang telefon..
“iya nduk, kamu juga jangan lupa makan” jawab saya
Waktu itu adalah pertengahan tahun 2012 saya sedang memakan bekal makan siangku yang dibuatkan risa sedari pagi tadi, suasana rumah sakit tempatku menghadapi koas sedang tidak begitu sibuk, jadi ada sedikit waktu lebih lama istirahat buat saya..
“Mas, kira2 si bima lagi ngapain ya?”
“kok bima sih?,abi... kalo bima nanti udah beda tokoh nduk”
“yahh.. mas kan kerenan kalo bima manggilnya” celoteh risa dari ujung telefon,
Kami memang selalu begini saling mengabari setiap ada kesempatan dan waktu luang di sela kesibukan kami.
“biar aku telepon bu mus si Abima lagi apa”
“hihi Abima panggilanya jadi lucu, iya mas aku lanjut kerja lagi ya mas, bye sayang”
Klik, telefon itu ditutup oleh istri saya,
Saya menggeser layar handphone dan mencari kontak telepon rumah saya
Ttuuuuuttttt...tuuuuutttt...tuuutttt, suara dial telefon yang sedang menyambungkan ke nomor telefon rumahku..
Ahh tidak ada jawaban, yang terdengar hanya suara operator yang meminta saya mencoba lagi..
“mungkin bu mus sama abi lagi jalan2” begitu pikir saya dalam hati..
Saya beranjak dan berjalan di sepanjang koridor rumah sakit itu menuju keruangan saya...
Dan handphone di saku kemeja saya berdering..
“nah ini ibu mus” gumam saya ketika melihat nomor kontak rumahku yang tertera di layar panggilan itu..
“haloo bu, gimana si Abi lagi ngapain?”
“bu mus?” ulang saya lagi ketika yang saya dengar hanya hembusan nafas yang terdengar berat..
“hhhrrrrrr hrrrrrrr hrrrrhahahaha” Deggg...suara itu, bukan suara bu mus
.. suara tawa yang berat dan terdengar ganjil.. ini ... tidak beres...
Kata saya berbicara sendiri dan sedetik kemudian saya segera berlari untuk segera pulang dan mengecek keadaan Abi, saya tidak memperdulikan izin karena saya sedang panik, siapa suara tadi? Saya takut ada orang yang berniat tidak baik sedang berada dirumah saya..
Saya sampai di parkiran dan segera naik diatas pespaku, menggenjotnya sekuat tenaga dan dengan kecepatan penuh saya melaju kerumah..
Saya menjadi pengendara yang sangat ugal-ugalan dijalanansaya tidak peduli dengan berapa lampu merah yang saya terobos, beruntung saya tidak dikejar polisi, saya terlalu terburu-buru, saya terlalu takut jika terjadi apa2 dengan abi...
Kenapa gerbangnya terbuka?, kenapa pintu depan juga terbuka? Batin saya ketika sudah sampai halaman rumah..
“bu muss!!” teriak saya yang langsung masuk kedalam rumah..
“bu mus!!” teriak saya lagi yang mencari-cari dimana bu mus dan abi berada, rumah dalam keadaan rapi tidak ada tanda dimasuki orang asing, dan begitu saya sampai di belakang rumah.....
Saya lega, tenryata bu mus dan Abi tengah bermain di balkon..
“bu mus, kenapa gak jawab telefon saya tadi?, saya panggil dari depan juga tidak dijawab” begitu kata saya kepada bu mus..
“loh mas, bukanya tadi udah saya telepon balik?, tapi yang ngomong tadi si abi ditelepon tadi”
“Abi bu???” tanya saya seakan tidak percaya..
“iya mas, tadi itu kan mas rizal telpon, lha saya lagi dibelakang sama abi, pas saya telpon balik mas rizal abinya minta gagang teloponya trus ngoceh kayak biasanya itu mas”
Saya terhenyak mendengar keterangan bu mus, beliau tidak pernah berbohong, dan hari itu ada yang tdak beres, ada yang tidak beres dengan abi... hal yang saya takutkan menjadi kenyataan,
Saya menggendong abi, dan membawanya berjalan masuk ke ke ruang tengah..
Saya menatap abi yang hanya tertawa dengan tawa khas anak balita yang lucu, tapi lebih dari itu, lebih dari itu saya melihat jauh lebih dalam anak 7 bulan ini, abi bahkan memiliki sesuatu yang lebih besar dari yang saya miliki, dan semua ini membuat saya risau...
Saya duduk di sofa, dan mendudukan abi pangkuanku, saya meberikan mainan kesukaan abi berupa bebek dari karet dan mengelus kepalanya, memori saya memutar kemasa lalu, dimana kyai dulu mengatakan bahwa kehidupan orang sepertiku tidak akan mudah, akankah itu menurun keanak saya? Saya sangat tidak ingin abimanyu ikut merasakan kejadian-kejadian itu, kejadian yang mebuatku menjadi anak yang penakut, dan minder, akankah mata istimewa itu bisa ditutup?, kyai dulu tidak mampu menutup bakat lahir yang sudah dikaruniakan kepadaku, apakah abi akan bernasib sama? Sungguh saya berdoa agar hal yang saya khawatirkan itu tidak menjadi kenyataan..
**
Malam hari, purnama bersinar penuh baik abi dan risa sudah tidur di satu tempat tidur, saya melihat mereka yang tidur dengan nyamanya, saya mendekat dan mencium kening putra kesayanganku itu, dan saya mengelus rambut ibunya yang masih terlihat ayu bahkan setelah sekian lama saya mengenalnya, jelas malam itu saya tidak bisa tidur, saya menuju keruang tengah dan menyalakan tv sekedar membunuh perasaan cemas yang sedari tdai mengangguku..
Saya hanya menonton acara berita dan hari sudah menjelang tengah malam saat hawa dingin itu muncul... yaa.. hawa dingin negatif yang besar sedang mendekat kerumahku..
Saya berdiri dari sofa tempat saya duduk dan mencari asal energi itu, indraku menuntunku ke pintu belakang, dengan hati2 saya buka pintu itu dan benar saja sosok itu muncul malam ini.. sosok yang terllihat seperti golongan genderuwo itu berdiri dengan jarak yang tidak seberapa jauh dari ambang pintu dimana saya mematung karena heran dengan ukuran tubuh makhluk raksasa itu, mungkin sekitar 5 meter.. ya 5 meter tingginya dengan bulu lebat berwarna hitam legam, wajahnya menakutkan menyerupai kera dengan moncong seperti anjing, kepalanya seperti manusia denganrambut gondrong yang menjuntai kumal sampai punggungnya, lidahanya menjulur berwarna merah darah yang meneteskan liur yang seperti lendir berwarna butih pucat... dan bau makhluk itu sangat busuk, baunya seperti bangkai yang akan membuatmu muntah jika berada didekatnya, matanya besar dan merona merah dengan pendar cahaya yang semakin membuat bulu kuduk saya berdiri, tangan2 besar dan berotot itu menggaruk2 tubuhnya, cakar yang seperti belati itu mengayun keudara, dia terlihat seperti binatang buas, seperti beruang yang sangat menakutkan..
“aku ingin mengawal anakmu!!” kata makhluk itu dengan suara menggelegar....
“anaku tidak butuh di kawal!!” jawab saya dengan lantang dan bersiap menantang jin pengganggu itu...
“haaa.. bapak yang bodoh!, aku menyukai anakmu, dia akan jadi ttempat menyenangkan untuk bermain!!”
“hadapi bapaknya, sebelum main2 dengan anaknya!” tantang saya kepada makhluk tinggi besar itu
“hrrrrrrr... hhhrrrrrrr” sosok itu hanya menggeram, dan berjalan kekiri dan kekanan didepanku..
Saya berjalan mendekatinya, menyiapkan bait doa amalan untuk memukul mundur atau kalau perlu membakar makhluk itu agar tidak mendekat dengan abi...
“ak tidak ada urusan denganmu!!, hmrrrrr kalau begitu keluargamu yang akan menangggung akibatnya!!”
Dan dalam sekejab Makhluk itu menghilang dari pandanganku, sebelum saya sempat menjangkaunya..
Saya mengheningkan cipta, dan berdoa untuk sekian kalinya, kepada Al-Aziz yang maha perkasa, yang maha melindungi, semoga kami dilindungi dari tipu daya makhluk yang selalu mengganggu manusia, dari makhluk yang bermaksud buruk kepada keluargaku...
**
Saya kembali kedalam rumah dan mengunci pintu belakang, saya masih berdiri dibelakang pintu dengan kaca tembus pandang itu dan melihat kearah purnama yang terlihat indah namun tidak bersahabat, dari dulu saya tidak suka malam hari, saya tidak suka gelap malam, dan saya benci kehadiran mereka yang datang dan menggagguku, saya seperti kembali kemasa kecil dimana saat matahari sudah tenggelam dikalahkan bulan, saya hanya bisa meringkuk dikamar dengan berselimut di seluruh tubuh menghindari pandangan mata terkutuk ini untuk melihat mereka, mereka yang tidak sepatutnya dilihat manusia pada umumnya, saya menutup tirai itu, dan berjalan menuju kamar, dari sela tirai cahaya bulan merembes masuk kedalam rumah dan membuat penerangan remang yang mengantarkan saya didepan pintu kamar..
Saya menoleh kebelakang dan bergumam, “jauhi keluargaku!!”
Saya berbaring dikasur, dengan abimanyu ada disampingku, disisi lain ibunya tidur dengan posisi miring menghadap abi, saya ikut memeringkan posisi tidur saya hingga menghadap ke abi,
“nak, selama ada bapak dan ibumu, semua akan baik saja” kalimat terakhir saya di hari itu mengantarkan saya ikut terlelap bersama istri dan anaku..
**
“mas!!, bangun mas!!” terdengar suara dan gunjangan ditubuhku yang membuat saya bangun, matasaya melirik kearah jam, saya baru tidur 3 jam dan sekarang masih pukul 3 pagi,
“ada apa nduk?” tanya saya pada risa yang membangunkanku..
“abima tadi tiba2 bangun, terus mutah2 mas” kata risa yang terlihat takut,
Saya buru2 bangun dan mengecek abi, suhu tubuhnya tinggi, dan dia menangis dengan kerasnya,
Saya melihat sisa muntahanya yang berwarna kehijauan, aneh.. abi masih diberi asi dan untuk makanan tambahan belum terlalu serring diberikan, tapi kenapa muntahnya seperti ini? Saya biingung dengan kondisi abi..
“mas kita ke ugd aja mas, aku takut abima kenapa2” saya mengiyakan permintaan risa..
“kamu siap2 nduk, bawa baju seadanya, aku ngeluarin mobil” jawab saya dan dengan segera beranjak keluar membuka garasi dan pagar untuk mengeluarkan mobil,
Risa disamping saya dengan menggendong abi erat2, kami segera masuk mobil dan saya memacu kendaraan secepat saya bisa..
“abi gimana nduk??” masih mutah mas, ayo cepet mas,aku khawatri banget”ucap risa yang panik dari kursi belakang, saya membenamkan kaki ke pedal gas lebih dalam lagi agar segera sampai kerumah sakit yang berada di utara jogja, jalanan ring road yang masih senggang membuat saya benar2 ngebut sekencang yang saya bisa, sesetiap saat saya mengecek risa dan abi lewat spion tengah, dan tampak risa sudah menangis karena melihat kondisi abi yang drop secara tiba2,
Saya sangat tidak konsentrasi kejalan, karena harus mebaginya untuk mnanyakan kondisi abi dan sebagainya,
“mas, mas !!! abi kejang masss!!!” teriak risa histeris dari belakang, saya yang kalap segera memacu mobil tua itu ke batas kecepatan maksimal, keringat dingin mulai muncul dan perasaan cemas yang teramat sangat membuat perhatian saya buyar, saya menyalib truk tanki bahab bakarberukuran besar didepanku yang menghalangi jalan, saya membantinf stir kekanan, sambil memainkan perseneleng saya gas dalam2 mobil itu, dan tiba-tiba....
“rizal!! Hati2 didepanmu!” saya tersentak kaget
“sari!??” pandangan saya kembali kedepan dan dengan mendadak saya putar stir itu ke kiri karena didepan mobil kami ada truk yang mogok ditengah jalan, yang hampirrr... hampirrr saja saya tabrak..
Cciiiitttttttt begitu bunyi mobil yang berbelok tajam dibarengi klakson kencang dari truk tangki bahan bakar dibelakangku yang mengerem dengan kepayahan, saya tidak peduli dengan truk itu dan segera melaju kedepan, dan dibelakang saya risa menjerit ketakutan..
“mas hati2!!” teriak risa dengan histeris..
Hampir hampir.. hampir saja celaka, gumam saya dengan menghela nafas, kalau saja dia tidak muncul pasti saya sudah menabrak truk itu..
Saya menoleh ke sisi kiri dimana saya yakin ada sari tadi yang duduk disitu, tapi aneh kursi disamping saya tetap kosong, tapi mata ini tidak pernah berbohong, itu sari itu tadi benar2 sari yang memperingatkanku agar tidak celaka, ahh say akan memikirkan hal itu nanti, yang terpenting sekarang adalah keselamatan anaku,
Dan akhirnya saya bisa membawa abi sampai ke ugd, abi segera ditangani petugas medis dan kami harus bersabar menunggu sampai dokter jaga yang menangani abi selesai..
“mas, aku takut banget mas.. kenapa kok abi tiba2 kayak gitu, padahalkan mas tau sendiri abi tadi sehat2 aja kan?” kata risa dengan tangis dan membenamkan wajahnya kepundaku..
Saya sendiripun tidak habis pikir, berbagai spekulasi muncul diotaku, tapi saya tidak ingin membuat risa bertambah takut dan panik,
“sabar nduk, kita berdoa semoga abi gapapa, semua akan baik-baik saja” jawab saya sambil merangkulnya dan mencium kepala risa...
20 menit, 30 menit dan sekitar menit ke 50 dokter baru keluar dari kamar penangangn pasien..
“pak, anak saya kenapa pak?” tanya risa dengan memburu
“ibuk tenang dulu, putra ibuk sekarang sudah mulai stabil, dari hasil cek darah tadi ada indikasi kalau putra ibuk mengalami keracunan, putra ibuk harus dirawat inap untuk malam ini, sampai kita melihat perkembangan kesehatanya besok” kata dokter itu
Risa menggenggam tanganku, tanganya sangat dingin dan bergetar, pasti dia masih shok dengan keadaan abi yang tiba2 keracunan tanpa tau apa sebabnya,
Kami Cuma bisa mengangguk tanda faham yang dikatakan dokter, dan segera setelah abi dipindahkan ke bangsal lain, kami diperkenankan masuk..
Abi , dia sedang tertidur, saya tidak tega melihatnya anak yang belum genap 12 bulan kini harus terbaring sakit disini, dan prasangka buruk saya langsung mengarah ke makhluk itu, makhluk gelap itu...
Saya memandang risa yang duduk di samping abi sambil menangis tertahan, saya tidak tega melihat risa ketika menangis sedih seperti itu..
“nduk, kita harus sabar, abi itu anakmu, dan abi bakal kuat kayak kamu, kita harus percaya sama anak kita” kata saya dengan memegang bahunya dari belakang...
“aku takut mas... aku takut banget” jawab risa dengan berbisik dan memelku..
“aku juga takut nduk, tapi kita gak boleh ketakutan, kita harus ada buat abi” balas saya sambil membelainya pelan...
Fajar sebentar lagi tiba, dan adzan subuh sudah berkumandang, dan mengajak umatnya untuk bangun dari tidurnya dan mendirikan shalat, karena sesungguhnya sholat itu lebih baik dar pada tidur, saya dand risa masih menunggui abi di bangsal anak.
“aku tinggal sholat kamu gapapa nduk?, tolong jagain abi, kalau ada apa2 kamu tau harus gimana” kata saya dengan berbisik kepada risa..
Risa mengangguk, dengan senyuman tipis yang dia paksakan, saya tau sifat risa yang seperti ini berarti dia tidak ingin menunjukan bahwa dia tidak ingin saya lebih khawatir..
Saya berjalan meningalkan ruangan, dan melangkah melawati lorong rumah sakit yang masih sepi dari aktivitas itu, deretan kursi besi khas rumah sakit berjejer, fokus saya adalah ke mushala kecil yang ada diujung lorong itu, saya mengambil wudhu dan ikut shalat bersama beberapa jamaah yang sudah lebih dulu mendirikan shalat dari pada shalat...
Selepas shalat saya masih bersimpuh dengan waktu yang cukup lama, saya masih berdoa dengan khusuk, memohon pertolongan yang Maha penyembuh, untuk mengangkat apa yang diderita anak saya, dan berdoa untuk segala bentuk keselamatanya didunia, dan berdoa semoga dilindungi dari segala bentuk gangguan dan marabahaya seperti barusan..
Saya menyukupkan ibadah saya dan segera berjalan kembali ke ruangan perawatan abi, saya melewati jalan yang sama seperti saya menuju kemari tadi, dan saat saya melewati lorong dengan deretan kursi besi, saya melihat sosok itu!! ,..
Sobat kecilku “Sari!!” ya saya yakin itu sari sedang duduk di deretan kursi paling ujung sambil menoleh kearahku, dia duduk dengan wujud anak2, wujud yang kali pertama dia tampakanpadaku..
Saya menghampiri sari yang seperti sengaja menunggu saya disana..
“sari??, akhirnya kamu datang”
“bukanya aku berjanji menjadi temanmu?” jawab sari sambil memainkan kakinya yang diayun2kan..
“aku melihatmu dulu, sewaktu hari pernikahanku”
“lalu?” jawab sari singkat..
“kamu kelihatan tidak senang waktu itu” jawab saya sambil menginga kejadian lalu saat sari muncul ddengan wujud menyeramkan di hari pernikahanku..
“iya zal, aku sangat tidak senang waktu itu”
“kenapa sari?”
“aku tidak senang ada golonganku yang mengganggu keluarga dari temanku” jawab sari sambil menoleh kearah pintu ruangan perawatan abi...
“maksudmu?? “ tanya saya yang sedikit bingung..
“rizal, anakmu itu sama sepertimu, ini sudah digariskan, bahkan sebelum dia lahir, seperti kamu dulu banyak dari golonganku akan menyukaimu, begitu juga dengan anakmu, dan ada yang berniat buruk kepada keluargamu, dia mencari tumbal untuk dikorbankan”
Deggg... saya paham dengan maksud sari..” sosok hitam itu”
“iya, dia ada dibelakang risa istrimu saat hari pernikahanmu, aku berusaha menjauhkanya, tapi aku tidak cukup kuat untuk membuatnya pergi, jadi aku menampakan diri dengan wujud lain, dan berharap kamu paham, kalau ada dari bangsa kami yang berniat buruk”
“waktuku tidak banyak, aku Cuma bisa mengatakan itu, ujian terberatmu mungkin akan segera datang, aku harus segera pergi... jika tidak dia akan menyiksaku dan tidak membiarkanku pergi lagi... hati2 rizal, jaga keluargamu”
“sari.. tunggu!” cegah saya sebelum sari menghilang secara tiba2 dari depan mata saya..
Ternyata ini.. ternyata ini artinya, misteri penampakan sari waktu itu..
Dan dia datang dengan teka-teki baru, kali ini teka-teki yang berkaitan dengan keselamatan keluargaku “jika tidak dia akan menyiksaku dan tidak membiarkanku pergi lagi” dan apa pula maksudnya dari perkataan itu?
Semua ini membuat saya bingung, tapi ada semacam benang yang saling menghubungkan, kali ini saya benar2 butuh pertolongan dari kyai... saya melangkah masuk kedalam ruangan saya pandang kedua orang itu, risa dan abimanyu..
“saya tidak akan biarkan hal buruk terjadi pada kalian”
Hidupku terasa komplit, ya terasa semuanya begitu indah, terlebih hadirnya Abimanyu membuat kami semakin bersyukur atas anugerah dan karunia-Nya yang sudah begitu banyak dilimpahkan kepada kami, tangis dan tawa dari Abi membuat rumah yang sudah terlalu lama sepi ini menjadi lebih berwarna, dulu rumah ini ditempati oleh 3 orang, saya, Bapak, dan ibuk, seiring berjalanya waktu Ibuk pergi meninggalkan rumah ini, beberapa tahun kemudian giliran bapak yang menyusul ibuk pergi meninggalkan rumah ini, beliau berdua tidak akan kembali dan tinggalah saya sendiri di rumah ini untuk waktu yang cukup lama, sampai risa datang, memberikan wajah baru disini, beberapa waktu seterusnya datang seorang lagi yang meramaikan rumah ini, yaitu Abimanyu anaku.. dan jadilah kami menjadi 3 orang penghuni tetap rumah ini..
Abimanyu tumbuh dengan cepat dan tidak terasa umurnya sudah menginjak bulan ketujuh, dia mewarisi kulit halus ibunya, dan abi adalah anak yang gemar berceloteh dan tertawa, tampaknya dia mewarisi bakat cerewet dari ibunya,dan ukuran tubuhnya cukup besar untuk ukuran anak berumur tujuh bulan,
Semua yang terjadi begitu indah bagi saya dan risa, beberapa hal yang menjadi kendala kami adalah ketika saya dan risa harus bekerja dan dengan terpaksa musti meninggalkan Abi kepada pengasuh kepercayaan kami, andai saja saya masih punya orangtua tentunya abi akan aman diasuh kakek dan neneknya, mertuaku juga bekerja secara terpisah ibu mertuaku di Thailand sedangkan bapak mertuaku juga masih menjadi polisi aktif, jadi kami mengambil jalan tengah dengan meminta bantuan seorang pengasuh bernama Ibu Mus untuk menjaga abi selama kami bekerja..
“mas, makan siang dulu” begitu kata risa dari seberang telefon..
“iya nduk, kamu juga jangan lupa makan” jawab saya
Waktu itu adalah pertengahan tahun 2012 saya sedang memakan bekal makan siangku yang dibuatkan risa sedari pagi tadi, suasana rumah sakit tempatku menghadapi koas sedang tidak begitu sibuk, jadi ada sedikit waktu lebih lama istirahat buat saya..
“Mas, kira2 si bima lagi ngapain ya?”
“kok bima sih?,abi... kalo bima nanti udah beda tokoh nduk”
“yahh.. mas kan kerenan kalo bima manggilnya” celoteh risa dari ujung telefon,
Kami memang selalu begini saling mengabari setiap ada kesempatan dan waktu luang di sela kesibukan kami.
“biar aku telepon bu mus si Abima lagi apa”
“hihi Abima panggilanya jadi lucu, iya mas aku lanjut kerja lagi ya mas, bye sayang”
Klik, telefon itu ditutup oleh istri saya,
Saya menggeser layar handphone dan mencari kontak telepon rumah saya
Ttuuuuuttttt...tuuuuutttt...tuuutttt, suara dial telefon yang sedang menyambungkan ke nomor telefon rumahku..
Ahh tidak ada jawaban, yang terdengar hanya suara operator yang meminta saya mencoba lagi..
“mungkin bu mus sama abi lagi jalan2” begitu pikir saya dalam hati..
Saya beranjak dan berjalan di sepanjang koridor rumah sakit itu menuju keruangan saya...
Dan handphone di saku kemeja saya berdering..
“nah ini ibu mus” gumam saya ketika melihat nomor kontak rumahku yang tertera di layar panggilan itu..
“haloo bu, gimana si Abi lagi ngapain?”
“bu mus?” ulang saya lagi ketika yang saya dengar hanya hembusan nafas yang terdengar berat..
“hhhrrrrrr hrrrrrrr hrrrrhahahaha” Deggg...suara itu, bukan suara bu mus
.. suara tawa yang berat dan terdengar ganjil.. ini ... tidak beres...
Kata saya berbicara sendiri dan sedetik kemudian saya segera berlari untuk segera pulang dan mengecek keadaan Abi, saya tidak memperdulikan izin karena saya sedang panik, siapa suara tadi? Saya takut ada orang yang berniat tidak baik sedang berada dirumah saya..
Saya sampai di parkiran dan segera naik diatas pespaku, menggenjotnya sekuat tenaga dan dengan kecepatan penuh saya melaju kerumah..
Saya menjadi pengendara yang sangat ugal-ugalan dijalanansaya tidak peduli dengan berapa lampu merah yang saya terobos, beruntung saya tidak dikejar polisi, saya terlalu terburu-buru, saya terlalu takut jika terjadi apa2 dengan abi...
Kenapa gerbangnya terbuka?, kenapa pintu depan juga terbuka? Batin saya ketika sudah sampai halaman rumah..
“bu muss!!” teriak saya yang langsung masuk kedalam rumah..
“bu mus!!” teriak saya lagi yang mencari-cari dimana bu mus dan abi berada, rumah dalam keadaan rapi tidak ada tanda dimasuki orang asing, dan begitu saya sampai di belakang rumah.....
Saya lega, tenryata bu mus dan Abi tengah bermain di balkon..
“bu mus, kenapa gak jawab telefon saya tadi?, saya panggil dari depan juga tidak dijawab” begitu kata saya kepada bu mus..
“loh mas, bukanya tadi udah saya telepon balik?, tapi yang ngomong tadi si abi ditelepon tadi”
“Abi bu???” tanya saya seakan tidak percaya..
“iya mas, tadi itu kan mas rizal telpon, lha saya lagi dibelakang sama abi, pas saya telpon balik mas rizal abinya minta gagang teloponya trus ngoceh kayak biasanya itu mas”
Saya terhenyak mendengar keterangan bu mus, beliau tidak pernah berbohong, dan hari itu ada yang tdak beres, ada yang tidak beres dengan abi... hal yang saya takutkan menjadi kenyataan,
Saya menggendong abi, dan membawanya berjalan masuk ke ke ruang tengah..
Saya menatap abi yang hanya tertawa dengan tawa khas anak balita yang lucu, tapi lebih dari itu, lebih dari itu saya melihat jauh lebih dalam anak 7 bulan ini, abi bahkan memiliki sesuatu yang lebih besar dari yang saya miliki, dan semua ini membuat saya risau...
Saya duduk di sofa, dan mendudukan abi pangkuanku, saya meberikan mainan kesukaan abi berupa bebek dari karet dan mengelus kepalanya, memori saya memutar kemasa lalu, dimana kyai dulu mengatakan bahwa kehidupan orang sepertiku tidak akan mudah, akankah itu menurun keanak saya? Saya sangat tidak ingin abimanyu ikut merasakan kejadian-kejadian itu, kejadian yang mebuatku menjadi anak yang penakut, dan minder, akankah mata istimewa itu bisa ditutup?, kyai dulu tidak mampu menutup bakat lahir yang sudah dikaruniakan kepadaku, apakah abi akan bernasib sama? Sungguh saya berdoa agar hal yang saya khawatirkan itu tidak menjadi kenyataan..
**
Malam hari, purnama bersinar penuh baik abi dan risa sudah tidur di satu tempat tidur, saya melihat mereka yang tidur dengan nyamanya, saya mendekat dan mencium kening putra kesayanganku itu, dan saya mengelus rambut ibunya yang masih terlihat ayu bahkan setelah sekian lama saya mengenalnya, jelas malam itu saya tidak bisa tidur, saya menuju keruang tengah dan menyalakan tv sekedar membunuh perasaan cemas yang sedari tdai mengangguku..
Saya hanya menonton acara berita dan hari sudah menjelang tengah malam saat hawa dingin itu muncul... yaa.. hawa dingin negatif yang besar sedang mendekat kerumahku..
Saya berdiri dari sofa tempat saya duduk dan mencari asal energi itu, indraku menuntunku ke pintu belakang, dengan hati2 saya buka pintu itu dan benar saja sosok itu muncul malam ini.. sosok yang terllihat seperti golongan genderuwo itu berdiri dengan jarak yang tidak seberapa jauh dari ambang pintu dimana saya mematung karena heran dengan ukuran tubuh makhluk raksasa itu, mungkin sekitar 5 meter.. ya 5 meter tingginya dengan bulu lebat berwarna hitam legam, wajahnya menakutkan menyerupai kera dengan moncong seperti anjing, kepalanya seperti manusia denganrambut gondrong yang menjuntai kumal sampai punggungnya, lidahanya menjulur berwarna merah darah yang meneteskan liur yang seperti lendir berwarna butih pucat... dan bau makhluk itu sangat busuk, baunya seperti bangkai yang akan membuatmu muntah jika berada didekatnya, matanya besar dan merona merah dengan pendar cahaya yang semakin membuat bulu kuduk saya berdiri, tangan2 besar dan berotot itu menggaruk2 tubuhnya, cakar yang seperti belati itu mengayun keudara, dia terlihat seperti binatang buas, seperti beruang yang sangat menakutkan..
“aku ingin mengawal anakmu!!” kata makhluk itu dengan suara menggelegar....
“anaku tidak butuh di kawal!!” jawab saya dengan lantang dan bersiap menantang jin pengganggu itu...
“haaa.. bapak yang bodoh!, aku menyukai anakmu, dia akan jadi ttempat menyenangkan untuk bermain!!”
“hadapi bapaknya, sebelum main2 dengan anaknya!” tantang saya kepada makhluk tinggi besar itu
“hrrrrrrr... hhhrrrrrrr” sosok itu hanya menggeram, dan berjalan kekiri dan kekanan didepanku..
Saya berjalan mendekatinya, menyiapkan bait doa amalan untuk memukul mundur atau kalau perlu membakar makhluk itu agar tidak mendekat dengan abi...
“ak tidak ada urusan denganmu!!, hmrrrrr kalau begitu keluargamu yang akan menangggung akibatnya!!”
Dan dalam sekejab Makhluk itu menghilang dari pandanganku, sebelum saya sempat menjangkaunya..
Saya mengheningkan cipta, dan berdoa untuk sekian kalinya, kepada Al-Aziz yang maha perkasa, yang maha melindungi, semoga kami dilindungi dari tipu daya makhluk yang selalu mengganggu manusia, dari makhluk yang bermaksud buruk kepada keluargaku...
**
Saya kembali kedalam rumah dan mengunci pintu belakang, saya masih berdiri dibelakang pintu dengan kaca tembus pandang itu dan melihat kearah purnama yang terlihat indah namun tidak bersahabat, dari dulu saya tidak suka malam hari, saya tidak suka gelap malam, dan saya benci kehadiran mereka yang datang dan menggagguku, saya seperti kembali kemasa kecil dimana saat matahari sudah tenggelam dikalahkan bulan, saya hanya bisa meringkuk dikamar dengan berselimut di seluruh tubuh menghindari pandangan mata terkutuk ini untuk melihat mereka, mereka yang tidak sepatutnya dilihat manusia pada umumnya, saya menutup tirai itu, dan berjalan menuju kamar, dari sela tirai cahaya bulan merembes masuk kedalam rumah dan membuat penerangan remang yang mengantarkan saya didepan pintu kamar..
Saya menoleh kebelakang dan bergumam, “jauhi keluargaku!!”
Saya berbaring dikasur, dengan abimanyu ada disampingku, disisi lain ibunya tidur dengan posisi miring menghadap abi, saya ikut memeringkan posisi tidur saya hingga menghadap ke abi,
“nak, selama ada bapak dan ibumu, semua akan baik saja” kalimat terakhir saya di hari itu mengantarkan saya ikut terlelap bersama istri dan anaku..
**
“mas!!, bangun mas!!” terdengar suara dan gunjangan ditubuhku yang membuat saya bangun, matasaya melirik kearah jam, saya baru tidur 3 jam dan sekarang masih pukul 3 pagi,
“ada apa nduk?” tanya saya pada risa yang membangunkanku..
“abima tadi tiba2 bangun, terus mutah2 mas” kata risa yang terlihat takut,
Saya buru2 bangun dan mengecek abi, suhu tubuhnya tinggi, dan dia menangis dengan kerasnya,
Saya melihat sisa muntahanya yang berwarna kehijauan, aneh.. abi masih diberi asi dan untuk makanan tambahan belum terlalu serring diberikan, tapi kenapa muntahnya seperti ini? Saya biingung dengan kondisi abi..
“mas kita ke ugd aja mas, aku takut abima kenapa2” saya mengiyakan permintaan risa..
“kamu siap2 nduk, bawa baju seadanya, aku ngeluarin mobil” jawab saya dan dengan segera beranjak keluar membuka garasi dan pagar untuk mengeluarkan mobil,
Risa disamping saya dengan menggendong abi erat2, kami segera masuk mobil dan saya memacu kendaraan secepat saya bisa..
“abi gimana nduk??” masih mutah mas, ayo cepet mas,aku khawatri banget”ucap risa yang panik dari kursi belakang, saya membenamkan kaki ke pedal gas lebih dalam lagi agar segera sampai kerumah sakit yang berada di utara jogja, jalanan ring road yang masih senggang membuat saya benar2 ngebut sekencang yang saya bisa, sesetiap saat saya mengecek risa dan abi lewat spion tengah, dan tampak risa sudah menangis karena melihat kondisi abi yang drop secara tiba2,
Saya sangat tidak konsentrasi kejalan, karena harus mebaginya untuk mnanyakan kondisi abi dan sebagainya,
“mas, mas !!! abi kejang masss!!!” teriak risa histeris dari belakang, saya yang kalap segera memacu mobil tua itu ke batas kecepatan maksimal, keringat dingin mulai muncul dan perasaan cemas yang teramat sangat membuat perhatian saya buyar, saya menyalib truk tanki bahab bakarberukuran besar didepanku yang menghalangi jalan, saya membantinf stir kekanan, sambil memainkan perseneleng saya gas dalam2 mobil itu, dan tiba-tiba....
“rizal!! Hati2 didepanmu!” saya tersentak kaget
“sari!??” pandangan saya kembali kedepan dan dengan mendadak saya putar stir itu ke kiri karena didepan mobil kami ada truk yang mogok ditengah jalan, yang hampirrr... hampirrr saja saya tabrak..
Cciiiitttttttt begitu bunyi mobil yang berbelok tajam dibarengi klakson kencang dari truk tangki bahan bakar dibelakangku yang mengerem dengan kepayahan, saya tidak peduli dengan truk itu dan segera melaju kedepan, dan dibelakang saya risa menjerit ketakutan..
“mas hati2!!” teriak risa dengan histeris..
Hampir hampir.. hampir saja celaka, gumam saya dengan menghela nafas, kalau saja dia tidak muncul pasti saya sudah menabrak truk itu..
Saya menoleh ke sisi kiri dimana saya yakin ada sari tadi yang duduk disitu, tapi aneh kursi disamping saya tetap kosong, tapi mata ini tidak pernah berbohong, itu sari itu tadi benar2 sari yang memperingatkanku agar tidak celaka, ahh say akan memikirkan hal itu nanti, yang terpenting sekarang adalah keselamatan anaku,
Dan akhirnya saya bisa membawa abi sampai ke ugd, abi segera ditangani petugas medis dan kami harus bersabar menunggu sampai dokter jaga yang menangani abi selesai..
“mas, aku takut banget mas.. kenapa kok abi tiba2 kayak gitu, padahalkan mas tau sendiri abi tadi sehat2 aja kan?” kata risa dengan tangis dan membenamkan wajahnya kepundaku..
Saya sendiripun tidak habis pikir, berbagai spekulasi muncul diotaku, tapi saya tidak ingin membuat risa bertambah takut dan panik,
“sabar nduk, kita berdoa semoga abi gapapa, semua akan baik-baik saja” jawab saya sambil merangkulnya dan mencium kepala risa...
20 menit, 30 menit dan sekitar menit ke 50 dokter baru keluar dari kamar penangangn pasien..
“pak, anak saya kenapa pak?” tanya risa dengan memburu
“ibuk tenang dulu, putra ibuk sekarang sudah mulai stabil, dari hasil cek darah tadi ada indikasi kalau putra ibuk mengalami keracunan, putra ibuk harus dirawat inap untuk malam ini, sampai kita melihat perkembangan kesehatanya besok” kata dokter itu
Risa menggenggam tanganku, tanganya sangat dingin dan bergetar, pasti dia masih shok dengan keadaan abi yang tiba2 keracunan tanpa tau apa sebabnya,
Kami Cuma bisa mengangguk tanda faham yang dikatakan dokter, dan segera setelah abi dipindahkan ke bangsal lain, kami diperkenankan masuk..
Abi , dia sedang tertidur, saya tidak tega melihatnya anak yang belum genap 12 bulan kini harus terbaring sakit disini, dan prasangka buruk saya langsung mengarah ke makhluk itu, makhluk gelap itu...
Saya memandang risa yang duduk di samping abi sambil menangis tertahan, saya tidak tega melihat risa ketika menangis sedih seperti itu..
“nduk, kita harus sabar, abi itu anakmu, dan abi bakal kuat kayak kamu, kita harus percaya sama anak kita” kata saya dengan memegang bahunya dari belakang...
“aku takut mas... aku takut banget” jawab risa dengan berbisik dan memelku..
“aku juga takut nduk, tapi kita gak boleh ketakutan, kita harus ada buat abi” balas saya sambil membelainya pelan...
Fajar sebentar lagi tiba, dan adzan subuh sudah berkumandang, dan mengajak umatnya untuk bangun dari tidurnya dan mendirikan shalat, karena sesungguhnya sholat itu lebih baik dar pada tidur, saya dand risa masih menunggui abi di bangsal anak.
“aku tinggal sholat kamu gapapa nduk?, tolong jagain abi, kalau ada apa2 kamu tau harus gimana” kata saya dengan berbisik kepada risa..
Risa mengangguk, dengan senyuman tipis yang dia paksakan, saya tau sifat risa yang seperti ini berarti dia tidak ingin menunjukan bahwa dia tidak ingin saya lebih khawatir..
Saya berjalan meningalkan ruangan, dan melangkah melawati lorong rumah sakit yang masih sepi dari aktivitas itu, deretan kursi besi khas rumah sakit berjejer, fokus saya adalah ke mushala kecil yang ada diujung lorong itu, saya mengambil wudhu dan ikut shalat bersama beberapa jamaah yang sudah lebih dulu mendirikan shalat dari pada shalat...
Selepas shalat saya masih bersimpuh dengan waktu yang cukup lama, saya masih berdoa dengan khusuk, memohon pertolongan yang Maha penyembuh, untuk mengangkat apa yang diderita anak saya, dan berdoa untuk segala bentuk keselamatanya didunia, dan berdoa semoga dilindungi dari segala bentuk gangguan dan marabahaya seperti barusan..
Saya menyukupkan ibadah saya dan segera berjalan kembali ke ruangan perawatan abi, saya melewati jalan yang sama seperti saya menuju kemari tadi, dan saat saya melewati lorong dengan deretan kursi besi, saya melihat sosok itu!! ,..
Sobat kecilku “Sari!!” ya saya yakin itu sari sedang duduk di deretan kursi paling ujung sambil menoleh kearahku, dia duduk dengan wujud anak2, wujud yang kali pertama dia tampakanpadaku..
Saya menghampiri sari yang seperti sengaja menunggu saya disana..
“sari??, akhirnya kamu datang”
“bukanya aku berjanji menjadi temanmu?” jawab sari sambil memainkan kakinya yang diayun2kan..
“aku melihatmu dulu, sewaktu hari pernikahanku”
“lalu?” jawab sari singkat..
“kamu kelihatan tidak senang waktu itu” jawab saya sambil menginga kejadian lalu saat sari muncul ddengan wujud menyeramkan di hari pernikahanku..
“iya zal, aku sangat tidak senang waktu itu”
“kenapa sari?”
“aku tidak senang ada golonganku yang mengganggu keluarga dari temanku” jawab sari sambil menoleh kearah pintu ruangan perawatan abi...
“maksudmu?? “ tanya saya yang sedikit bingung..
“rizal, anakmu itu sama sepertimu, ini sudah digariskan, bahkan sebelum dia lahir, seperti kamu dulu banyak dari golonganku akan menyukaimu, begitu juga dengan anakmu, dan ada yang berniat buruk kepada keluargamu, dia mencari tumbal untuk dikorbankan”
Deggg... saya paham dengan maksud sari..” sosok hitam itu”
“iya, dia ada dibelakang risa istrimu saat hari pernikahanmu, aku berusaha menjauhkanya, tapi aku tidak cukup kuat untuk membuatnya pergi, jadi aku menampakan diri dengan wujud lain, dan berharap kamu paham, kalau ada dari bangsa kami yang berniat buruk”
“waktuku tidak banyak, aku Cuma bisa mengatakan itu, ujian terberatmu mungkin akan segera datang, aku harus segera pergi... jika tidak dia akan menyiksaku dan tidak membiarkanku pergi lagi... hati2 rizal, jaga keluargamu”
“sari.. tunggu!” cegah saya sebelum sari menghilang secara tiba2 dari depan mata saya..
Ternyata ini.. ternyata ini artinya, misteri penampakan sari waktu itu..
Dan dia datang dengan teka-teki baru, kali ini teka-teki yang berkaitan dengan keselamatan keluargaku “jika tidak dia akan menyiksaku dan tidak membiarkanku pergi lagi” dan apa pula maksudnya dari perkataan itu?
Semua ini membuat saya bingung, tapi ada semacam benang yang saling menghubungkan, kali ini saya benar2 butuh pertolongan dari kyai... saya melangkah masuk kedalam ruangan saya pandang kedua orang itu, risa dan abimanyu..
“saya tidak akan biarkan hal buruk terjadi pada kalian”



symoel08 dan 24 lainnya memberi reputasi
25